18. UAS Hari Pertama

5K 438 8
                                    

18. UAS Hari Pertama

•~•

"Rasanya, kayak udah lama banget." Nafis menatap gedung sekolahnya. Gara-gara Papa yang memanggil guru ke rumah, membuat Nafis tampak asing dengan sekolahnya.

Dan hari ini, adalah hari pertama UAS. Nafis dibolehkan berangkat sekolah. Lagi pula, Nafis tidak mau UAS sendirian di rumah.

"Lo mau masuk gak? Harus cari ruangan kita ini." ujar Reno membuat Nafis langsung menatapnya.

Keduanya berjalan bersisian. Nafis memegang kartu untuk UASnya. Disana tertulis kalau dia dan Reno berada di ruangan yang sama. Ruang dua belas.

Di mading, Reno mencari nomor dua belas. Saat menemukannya, dia kembali ke Nafis. "Di kelas sebelas IPS tiga."

Nafis mengangguk. Sejak tadi dia merasa terus di perhatikan. Ya siapa juga yang tidak bingung kalau Nafis yang sudah tidak masuk lebih dari dua bulan, tiba-tiba masuk kembali. Mereka memang melihat kecelakaan Nafis, hanya saja mereka mengira kalau Nafis keluar dari sekolah.

Lama tidak berangkat soalnya.

"Ren, lo masih suka sama Layla?" tanya Nafis memecah keheningan di antara mereka.

"Layla? Gue gak suka sama dia." Reno membantah.

"Gue liat lo seneng banget ketemu dia. Waktu gue jalan di belakang lo juga kayaknya lo seneng banget ngobrol sama dia." jelas Nafis. Melirik Reno yang berjalan di sebelahnya.

Reno mengernyit. Keduanya berjalan menuju gedung jurusan IPS. Di sekolah mereka, ada tiga jurusan dengan tiga gedung utama juga. Ada gedung anak IPS, IPA dan jurusan Bahasa. Gedung bahasa tepat berada di tengah. Langsung berhadapan dengan gerbang. IPS di sisi kiri dan kanan ada IPA.

Sekolah sebesar itu kantin cuman satu. Makanya kalau istirahat, rata-rata murid laki-laki pergi ke belakang sekolah. Di sana ada warung yang biasa menjadi tempat tongkrongan kalau istirahat atau jam kosong.

"Dateng juga lo berdua." Haikal langsung berbicara saat melihat keduanya datang.

Nafis mendudukkan dirinya di lantai. Tepat di sebelah Chiko yang tampak fokus dengan game di ponselnya. Nafis tidak peduli, dia merasa kalau satu minggu kedepan rasanya akan menyebalkan.

Dia satu kelas dengan Reno, Jevan dan Haikal tentu saja. Tapi ada si menyebalkan Zio. Zio sebenarnya pelawak di kelas selain Haikal. Tapi menurut Nafis, Zio menyebalkan. Entah karena hidupnya yang datar makanya Zio tampak menyebalkan di matanya.

Tapi, seharusnya dia juga menganggap Haikal menyebalkan bukan?

Sudahlah.

"Kita duduk sama anak kelas sebelas ya?"

Nafis langsung menoleh saat dia mendengar seseorang yang tadi bicara. Teman sekelasnya. Nafis lupa siapa namanya saking lama tidak bertemu dan dia tidak menggunakan grup kelasnya dengan baik.

Mata pelajaran hari ini agama, matematika dan bahasa Indonesia. Klise. Agama dan Indonesia pasti di hari pertama. Tidak tau kenapa. Dan di sabtu nanti, bahasa Inggris dan olahraga.

Haikal menendang pelan kaki Nafis membuat cowok itu langsung menatapnya. Haikal menunjukkan ponselnya. Nafis mengernyit, dia merogoh ponselnya. Ada pesan dari Haikal.

Kebingungan Nafis semakin menjadi. "Jangan deketin Juna?" gumam Nafis teramat pelan. "Juna siapa?"

Haikal menatapnya intens, kembali mengetikkan balasan untuk Nafis. Memberitahu padanya agar menuruti apa yang ia minta.

Ya oke. Nafis memasukkan ponselnya ke dalam tas saat bel berbunyi. Nafis cuman bawa pena dua sama kartas UASnya. Yang penting mengerjakan ya?

"Na.." ucapan Haikal tertahan di tenggorokan. Wah sial. Mereka benar-benar satu kelas dengan Juna.

BACKSTREET ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang