Bismillah dulu. Saya dapet ilmu baru dari anime soalnya')
15. Mimpi
•~•
"Semuanya sudah normal, tidak ada lagi yang perlu di khawatirkan." Dokter Na tersenyum melihat Nafis, "Untuk mata, kalau ada keluhan bisa langsung datang kesini. Jangan di biarkan. Mengerti?"
Nafis mengangguk, "Mengerti. Terimakasih, Dokter."
"Sama-sama," balas Dokter Na sambil tersenyum.
"Kalau begitu, kami permisi, Dok. Terimakasih waktunya selama ini." Jerry ikut berbicara.
"Bukan masalah. Itu kewajiban saya."
Setelah itu, Nafis dan Jerry pergi. Cara jalan Nafis sudah normal kembali. Hanya saja, cowok itu belum boleh melakukan kegiatan berat apalagi yang banyak di gunakan adalah kakinya. Lebih baik pelan dan perlahan. Kalau sudah enakan, baru bisa naik ke beban yang lebih tinggi.
"Pa, aku mau ke apartemen sama Haikal. Papa balik ke kantor aja." ucap Nafis saat keduanya sudah di parkiran.
"Kamu mau nginep?"
"Hum. Lagi pengen di sana. Tapi beneran, cuman hari ini. Besok aku pulang." jawab Nafia semeyakinkan mungkin.
"Ya udah, Papa anter aja. Apartemen kamu sama kantor Papa searah."
Wah! Nafis kira Papa akan melarang, ternyata memperbolehkan.
"Makasih, Papa."
•~•
Nafis meletakkan ayam tepungnya ke atas piring. Sebelum ke apartemen, Jerry mengajaknya untuk belanja bahan masakan dulu. Secara, Nafis benar-benar tidak di perbolehkan makan junk food sama Jerry.
Jadi, alhasil Nafis harus memasak sendiri. Tapi tidak masalah sih. Nafi juga rasanya juga sudah lama sekali tidak memasak.
Gelas ia isi dengan es batu lalu menuang kopi yang tadi sudah ia buat. Waktu itu, Nafis iseng beli mesin kopi karena dia yang emang cinta kopi. Jadilah, dia beli.
Piring berisi ayam tepung dan saos ia angkat dengan tangan kanan. Sedangkan tangan kirinya memegang gelas kopi. Cowok itu melangkah menuju ruang keluarga. Meletakkan piring dan gelasnya di atas meja.
Televisi ia nyalakan. Membuka netflix untuk mencari film yang sudah ingin ia tonton sejak dua hari lalu tapi belum ia sempat nonton. Nafis duduk nyaman di atas karpet. Kakinya selonjor lurus. Punggungnya sendiri bersandar di sofa.
Nafis terlihat sangat menikmati film dan ayamnya. Walaupun selama ini bersantai, tapi rasanya beda saat di rumah dan apartemen. Entah apa yang berbeda.
Pintu terbuka membuat Nafis langsung menoleh. Terlihat Haikal yang baru pulang sekolah. Tampak sangat lelah. Kemeja sekolahnya tampak kusut dan keluar dari celana. Dasinya entah hilang kemana dan lagi Haikal mirip murid terlantar sekarang.
"Lo kenapa sih?" tanya Nafis heran.
Haikal menutup pintu. Melangkah mendekat ke arah Nafis. Tasnya ia letakkan di sofa. Ikut duduk di atas karpet, memeluk tubuh Nafis.
"Capek," gumamnya pelan. Dia meletakkan keningnya di pundak kiri Nafis.
Nafks mengangkat tangannya. Mengusak kepala Haikal lembut. "Mau makan? Ayamnya masih ada."
"Gak mau. Gue tadi abis makan soto di sekolah sebelum pulang."
"Tumben. Biasanya langsung balik."
"Soalnya gue pengen soto." jawab Haikal. Dia menciumi pundak Nafis yang terhalanh kaos putihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BACKSTREET ✔ [TERBIT]
Teen FictionNgakunya cuman sekedar temen sekelas, tapi di belakang saling mengungkapkan cinta. Yang pasti, bukan cuman Haikal dan Nafis.