Pagi tadi aku masih menangis
Ada rasa yang tak kunjung mati
Ada seseorang di atasku
Menahan semua rasa malu; Rumpang, Nadine Amizah
•••
CINTA ITU OMONG KOSONG.
Keyakinan tersebut telah aku genggam erat sejak masih duduk di bangku kelas 6 SD. Di usia semuda itu, aku tengah menyaksikan bagaimana rumah yang diagung-agungkan menjanjikan perasaan aman dan damai lebih terlihat seperti ring tinju.
Suara teriakan, umpatan kasar, dan sumpah serapah adalah menu yang aku santap hampir setiap hari. Tak jarang pula aku melihat wajah Ayah memerah, sedangkan Bunda menangis diam-diam di dalam kamar. Dan setiap kali hal itu terjadi, aku langsung tahu bahwa pertandingan telah selesai. Ayah pemenangnya. Lebih tepatnya...
Ayah selalu menang.
Mulanya, aku menduga Ayah pasti kuat sekali sebab, beliau selalu menang. Namun, belakangan aku baru menyadari bukan Ayah yang kuat, melainkan Bunda yang sengaja mengalah.
Dalam setiap perdebatan, Bunda selalu mengizinkan Ayah menjadi orang terakhir yang berbicara. Bunda tidak pernah berambisi memenangkan pertandingan. Bunda juga tidak pernah menyimpan dendam meski Ayah sering mengutuknya dengan kata-kata kasar. Dari situ, aku tahu seberapa luas cinta Bunda untuk Ayah.
Akan tetapi, sepertinya Ayah tidak menyadari perasaan Bunda. Barangkali, Ayah memang tidak pernah peduli pada perasaan Bunda. Karena alih-alih menunjukan cintanya yang tak seberapa, Ayah justru membalas ketulusan Bunda dengan gugatan cerai.
"Akhirnya Cinderella dan Pangeran pun menikah. Keduanya saling mencintai dan hidup bahagia selamanya..."
Aku mendengus geli, menertawakan sebaris kata penutup dari buku dongeng favoritku dulu. Saat masih kecil, kalimat itu berhasil membuatku terbuai mendambakan akhir bahagia seperti yang dijanjikan di dalam kisah Cinderella. Tetapi, semakin beranjak dewasa, aku mulai menyadari kebodohanku menaruh harapan terlalu banyak pada cerita dongeng, cerita yang jelas-jelas diciptakan hanya untuk menghibur, bukan untuk dipercaya.
Karena faktanya, tidak ada akhir bahagia di dunia ini, tidak ada cinta yang bertahan selamanya.
Jika memang ada, Ayah dan Bunda tidak mungkin saling membentak hanya karena masalah sepele. Jika memang ada, Bunda tidak perlu terjaga tengah malam hanya untuk menangis diam-diam. Jika memang ada, Ayah tak akan sampai hati meninggalkan keluarga kecilnya begitu saja.
Dari Ayah, aku mengerti bahwa cinta tidak mampu menjamin apa-apa. Dari Bunda, aku menyadari bahwa mencintai seseorang adalah perbuatan paling sia-sia.
***
"Ini beneran buat gue?"
Aku tersenyum geli melihat reaksi Rhea sesaat setelah menerima koleksi buku dongeng masa kecilku. Mata bulat perempuan itu berbinar cerah selagi memindai isi totebag, seolah baru saja menemukan harta karun yang harganya mampu membuat seseorang menganggur seumur hidup. Berbanding terbalik denganku, perempuan asal Jogja itu sangat menyukai cerita fiksi, apalagi yang alurnya happy ending.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Cinta Itu Sia-Sia
Romance"Apa yang paling nggak pasti di dunia ini?" "Perasaan manusia." • Sejak kecil Kaluna telah menyaksikan orang-orang yang dia cintai memilih pergi meninggalkannya. Hingga Kaluna menjadi skeptis pada cinta dan memilih menutup pintu hatinya rapat-rapat...