Lima; Perasaan Manusia

1.8K 357 38
                                    

Lahir, kita semua tak berdayaLalu hidup kita mesti berupayaDan dewasa terpaksa memikul rayaBanyak yang aku tak akan tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lahir, kita semua tak berdaya
Lalu hidup kita mesti berupaya
Dan dewasa terpaksa memikul raya
Banyak yang aku tak akan tahu

; Tanya, Dere

•••


Di dunia ini tidak ada ketidakpastian yang melebihi perasaan manusia. Dulu, aku meyakini perasaan manusia itu konstan, yang tidak mungkin berubah sampai kapan pun juga. Seperti halnya cinta Bunda yang tersirat dalam bait-bait indah yang selalu beliau bisikkan padaku setiap malam. Juga, cinta Ayah yang tersimpan dalam sebungkus permen Yupi, yang sengaja beliau beli untukku setiap akhir pekan.

Hingga tiba masanya, aku menyaksikan sendiri bagaimana waktu mulai mengikis segalanya. Situasi yang menuntunku pada kesadaran bahwa perasaan manusia memiliki masa tenggang. Kini, aku percaya perasaan manusia pasti berubah seiring berjalannya waktu. Pada akhirnya, yang menetap hanyalah kenangan, bukan penciptanya.

Bodohnya, setelah mengetahui perasaan manusia bersifat dinamis, aku tetap mencoba percaya. Dan seperti yang sudah-sudah, aku menyesal.

"Setelah gue pikir-pikir, hukuman bikin kliping udah lebih dari cukup." Pendapat tersebut diutarakan oleh Bella, oknum yang kemarin paling tidak terima mengetahui Kenan hanya dijatuhi sanksi ringan.

"Iya, kasihan kalau harus ditambah tugas bersihin toilet. Apalagi toilet cowok. Itu, kan, jorok banget." Kalau pendapat yang satu ini disampaikan oleh Selena, oknum yang kemarin menggebu-gebu mengusulkan hukuman membersihkan toilet selama satu bulan sebagai sanksi tambahan untuk Kenan.

Aku menatap Bella dan Selena bergantian, sedetik kemudian tawaku pecah. Aku tidak sedang menertawakan betapa labilnya perasaan kedua perempuan itu; dari benci menjadi kasihan, atau malah naksir—hanya dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam. Aku pun tidak keberatan jika alasan perasaan mereka berubah ternyata hanya karena sempat terlibat percakapan dengan Kenan di selasar pagi ini.

Justru penyebab tawaku pecah adalah diriku sendiri. Di antara Bella dan Selena, aku yang paling menggelikan. Bisa-bisanya aku menjatuhkan kepercayaanku yang berharga itu pada manusia, apalagi manusia yang dimaksud adalah Bella dan Selena, yang bahkan tidak lebih bijaksana dibandingkan Cut Pat Kai—siluman babi dalam serial Kera Sakti.

Terlepas dari itu, meskipun kehilangan dua pendukung, aku tetap optimis karena masih menyimpan dukungan suara dari Axel, Piter, Robin, Rhea, Fadil, dan Angga yang bersikeras ingin menambah sanksi Kenan. Jadi, jika dibandingkan dengan Felicia yang hanya mendapatkan tambahan suara dari Bella dan Selena, aku cukup percaya diri dapat memenangkan perdebatan ini.

Namun, kepercayaan diriku seketika tergantikan dengan firasat buruk saat melihat Felicia memasuki ruang BEM bersama dengan Adam dan Hendric. Benar saja, belum sempat mengucapkan apa-apa, bibirku sudah lebih dulu dibungkam dengan pernyataan tak terduga dari Adam.

Jatuh Cinta Itu Sia-SiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang