Dunia tak setara kita
Dunia tak menggenggam kita
Dunia tak sajikan cinta
Dunia dan kita, tak setara; Dunia dan Kita, Dialog Dini Hari
•••
Tidak disukai adalah keahlianku. Kesadaran itu pertama kali aku peroleh dari Bunda. Senyuman sinis, tatapan penuh kebencian, dan kutukan yang tidak menyenangkan untuk didengar sudah bukan lagi hal baru bagiku. Aku telah terbiasa dengan semua itu. Bahkan, aku tidak lagi merasakan sakit setiap kali kejadian serupa menimpaku.
Selain mati rasa, aku mulai mewajarkan jika orang-orang di sekitarku tidak menyukaiku. Namun, meskipun terbiasa, tak urung aku sering mempertanyakan di mana sebenarnya letak kesalahanku. Mungkin, aku memang tidak pandai mengambil hati. Atau mungkin aku memang ditakdirkan untuk tidak mudah disukai?
"Tolong cabut sanksi Kenan."
Suara yang terdengar lembut, tetapi bernada mengancam itu menyeret paksa kesadaranku yang sempat tenggelam dalam lamunan. Perlahan aku mendongak, irisku langsung bertemu dengan milik Felicia.
Saat ini, perempuan berwajah cantik yang terkenal murah senyum itu tidak menunjukkan keramahannya seperti biasa. Meskipun bibir Felicia menyunggingkan senyuman, tetapi tatapan perempuan itu sudah cukup menggambarkan isi hatinya yang sebenarnya. "Aku kakak pembimbing kelompok sepuluh. Kenan itu salah satu anak didikku," ujarnya.
Walaupun aku sudah dapat menebak ke mana arah pembicaraan ini pergi, tak urung aku tetap mencari tahu. "Terus kenapa kalau dia anak didik lo?" tanyaku.
"Dia tanggung jawabku," jawab Felicia dengan ketenangan yang patut diacungi jempol.
"Gitu?" Aku mengerutkan kening. "Terus kasus Delia gimana? Bukannya dia juga anak didik lo?"
Delia adalah salah satu anggota kelompok sepuluh. Di hari pertama inisiasi, perempuan malang itu telah menjadi bual-bualanku karena mengenakan celana jeans sobek. Alhasil, Delia harus bergabung dengan oknum-oknum lain yang melanggar peraturan untuk lari memutari lapangan sebanyak dua puluh kali.
"Perasaan kemarin lo nggak belain Delia sama sekali. Kenapa sekarang tiba-tiba pasang badan?" Aku bersidekap, kutatap Felicia penuh selidik. "Atau jangan-jangan lo cuma melindungi orang-orang tertentu?"
Aku sengaja menekan kata-kata terakhir, terang-terangan menyindir Felicia yang tidak bersikap adil dan terkesan menyalahgunakan wewenang demi kepentingan pribadi. Hebatnya, setelah dicecar habis-habisan, ekspresi Felicia tetap tidak berubah.
"Kemarin acara baru dimulai, Lun. Hari ini, kan, udah mulai kegiatannya," Felicia menghela napas berat, tatapannya memelas. "Kasihan kalau Kenan sampai ketinggalan yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Cinta Itu Sia-Sia
Romance"Apa yang paling nggak pasti di dunia ini?" "Perasaan manusia." • Sejak kecil Kaluna telah menyaksikan orang-orang yang dia cintai memilih pergi meninggalkannya. Hingga Kaluna menjadi skeptis pada cinta dan memilih menutup pintu hatinya rapat-rapat...