Ragamu masih, jiwamu masih
Nafasmu masih, langkahmu masih
Hidupmu masih, mimpimu, harapmu
Apa yang hilang?;Perjalanan Menawar Racun, Kunto Aji
***
Berhentilah mengkhawatirkan masa depan, syukurilah hari ini, dan hiduplah dengan sebaik-baiknya adalah nasihat paling tidak berguna namun juga paling sering kudengar.
Menurutku, nasihat itu tidak lebih dari sebatas bualan yang menjanjikan harapan kosong. Cara kerjanya mirip seperti obat pereda nyeri yang hanya menghilangkan rasa sakit, tetapi tidak benar-benar menyembuhkan luka.
Aku tidak bermaksud menghina pencipta nasihat itu maupun orang-orang yang memilih mempercayainya, karena aku pun pernah menjadi bagian dari orang-orang tersebut. Hingga akhirnya aku menyadari kepercayaanku tidak mengubah apa-apa.
Berhenti mengkhawatirkan masa depan tidak membuat masa depanku jadi tidak mengkhawatirkan. Bersyukur setiap hari tidak mengubah saldo tabunganku jadi ratusan juta. Dan hidup sebaik-baiknya...
Apa itu hidup sebaik-baiknya?
Barangkali, yang dimaksud dengan hidup sebaik-baiknya adalah melakukan hal-hal terbaik sepanjang hidup hingga titik darah penghabisan. Namun, menjalani hidup yang seadanya saja sudah sangat cukup membuatku frustrasi, bagaimana dengan sebaik-baiknya? Bisa-bisa sebelum mencapai kesempurnaan itu, aku sudah gila duluan.
Akibat terlalu sering dicekoki standar baik dan buruk, aku nyaris muntah saat mengetahui hidup pun tidak luput dari penilaian itu. Demi tetap mempertahankan kewarasan, aku memilih menjadi biasa-biasa saja.
Aku tidak pernah memaksa diriku menempati posisi pertama, syukur jika bisa. Tetapi, berada di urutan kedua, ketiga, belasan, atau bahkan puluhan pun aku tidak masalah selama itu bukan yang terakhir. Aku juga tidak menerapkan prinsip bermimpilah setinggi-tingginya. Tidak pernah berekspektasi kelak aku harus menjadi orang hebat, berkedudukan tinggi, dan dihormati.
Semuanya sebatas cukup, tidak lebih tidak kurang.
"Gimana hari pertama kerja di Kafe Bang Kribo?"
Rhea menyambutku dengan pertanyaan itu sesaat setelah aku mengetuk pintu kamar kosnya. Aku sangat lega melihat Rhea masih bersemangat. Setidaknya, ketakutanku harus mengusik tidurnya karena baru pulang tengah malam, terbukti tidak terjadi.
"Lumayan," jawabku lebih menjurus pada amplop putih yang masih tersimpan di kantung celanaku. Amplop itu berisi selembar uang lima puluh ribu, upahku hari ini.
"Lo nggak capek?" Rhea merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Gue yang cuma kuliah dan nggak ngapa-ngapain seharian ini aja capek banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Cinta Itu Sia-Sia
Romance"Apa yang paling nggak pasti di dunia ini?" "Perasaan manusia." • Sejak kecil Kaluna telah menyaksikan orang-orang yang dia cintai memilih pergi meninggalkannya. Hingga Kaluna menjadi skeptis pada cinta dan memilih menutup pintu hatinya rapat-rapat...