Semesta bergulir tak kenal arah
Seperti langkah-langkah menuju kaki langit
Seperti genangan akankah bertahan
Atau perlahan menjadi lautan?; Hujan Di Mimpi, Banda Neira
•••
Dibandingkan hantu, aku lebih takut dengan badut. Beberapa orang menduga aku mengindap Caulrophobia; jenis fobia spesifik di mana pengidapnya merasakan ketakutan mendalam terhadap badut. Tetapi, dugaan itu langsung patah lantaran aku tidak hanya takut pada badut, melainkan semua kostum maskot.
Di saat kebanyakan anak suka melihat maskot, aku justru menangis histeris. Bahkan, aku pernah dilarikan ke rumah sakit setelah menghadiri pesta ulang tahun Dhea, teman sekelasku di sekolah dasar. Gara-gara maskot Dora dan Boots yang orangtua Dhea sewa untuk memeriahkan pesta, asmaku kambuh.
Bunda pernah mencoba menenangkanku dengan memberikan penjelasan bahwa maskot tidak bernyawa, ada manusia di dalamnya yang menggerakkan kostum itu. Akan tetapi, informasi dari Bunda sama sekali tidak mengurangi rasa takutku dan malah membuat maskot semakin terlihat menyeramkan di mataku.
Aku selalu meyakini kostum-kostum jelek itu dapat melahap jiwa siapa pun yang berada di dalamnya. Karena berdasarkan pengamatanku, setiap orang yang mengenakan kostum pasti akan bertingkah aneh, seperti sedang dirasuki oleh roh jahat. Namun, semakin bertambahnya usia, aku mulai menyadari keyakinanku ternyata salah. Orang yang berada di balik kostum bertingkah aneh bukan karena kerasukan, melainkan sengaja.
Sengaja ingin ditertawakan.
Setelah mengetahui fakta itu, perasaan takutku bertumbuh menjadi benci, bukan hanya pada wujud maskot, tetapi juga tugasnya. Dan sialnya, hari ini aku merasa semua orang menatapku dengan cara yang sama seperti saat mereka menyambut maskot. Sosok yang kubenci...
"Cantik, ingin rasa hati berbisik~"
Aliran darah mengalir deras ke kepalaku saat mendengar sepenggal lirik lagu Kahitna itu dinyanyikan oleh mahasiswa yang sedang duduk di selasar kampus. Sebenarnya, aku tidak punya masalah dengan Kahitna, tetapi sejak lagunya dinyanyikan oleh Kenan—yang terang-terangan mendedikasikan lagu itu untukku— semalam, aku jadi sensi.
Bagaimana tidak?
Lagu itu mendadak populer di kampus. Ke mana pun aku pergi, ada saja mahasiswi maupun mahasiswa yang sedang menyanyikannya. Baik itu di kantin, parkiran, selasar, bahkan di toilet. Aku sempat curiga sebenarnya mereka menyanyikan lagu itu memang karena suka atau hanya ingin mengejekku?
Mungkin aku memang sedang sensi. Karena selain besar kepala mengira orang-orang sengaja menyanyikan lagu Kahitna hanya untuk mengejekku, aku pun mulai berhalusinasi mereka sedang membicarakan aku—untuk dugaan yang terakhir ini aku agak ragu itu hanya sebatas halusinasiku saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Cinta Itu Sia-Sia
Romance"Apa yang paling nggak pasti di dunia ini?" "Perasaan manusia." • Sejak kecil Kaluna telah menyaksikan orang-orang yang dia cintai memilih pergi meninggalkannya. Hingga Kaluna menjadi skeptis pada cinta dan memilih menutup pintu hatinya rapat-rapat...