Hancur.
Hati Joana hancur sehancur- hancurnya. Ternyata Jonas sudah pergi. Penthouse itu sepi tak berpenghuni. Hanya tinggal sesal menyelimuti. Meraung dengan sejuta memori yang masih terpatri.
Menyusuri setiap sudut tempat itu. Di mana canda- tawa pernah ada. Bahkan masih terasa jelas hingga kini bagaimana bayangan mereka bersama menjalani segala aktifitas, kecuali kamar atas yang terkunci. Jonas menghilang meninggalkan semuanya.
Termasuk ruangan pribadi di balik tembok itu. Masih tetap sama seperti terakhir Joana lihat. Hanya saja ada satu hal yang berbeda. Ada sebuah figura besar dengan dia dan Jonas di dalamnya. Fotonya saat di pulau dulu. Saat mereka berciuman dengan kembang api di atasnya. Entah dari mana laki- laki itu mendapatkannya.
Kaki Joana rasanya tidak mampu menopang diri. Dia jatuh berlutut melihat foto tersebut. Menyesali keterlambatannya dan juga aksi diamnya selama ini.
"Aku memang bodoh banget, Jo. Maafin aku. " Isak tangis Joana kembali terdengar seraya menundukkan wajahnya. "Andai bisa kuputar waktu. Aku gak akan gegabah pada hari itu. Aku yang salah."
"Itu bukan salah kamu, Joana."
Joana spontan berbalik. Dia mengira tadi itu suara Jonas, tetapi rupanya bukan.
"Jer, kamu di sini?"
"Ya. Tempat ini mau dikosongkan secepatnya."
"Kenapa?"
"Jonas yang mau. Dia minta tolong sama aku sebelumnya. "
Semakin sakit hati Joana mendengarnya. Jonas benar- benar ingin menghapus semua memori tentang mereka.
"Aku mau minta maaf juga sama kamu, Joana. Malam itu... Aku terlambat menyelamatkanmu."
Masih jelas terekam di otak Joana, suara dobrakan pintu serta teriakan Jer yang memanggil namanya dan Jonas histeris.
"Andai aku dengerin kamu saat itu. Mungkin gak sampai begini kejadiannya, " sela Joana sembari berdiri "aku akui, aku juga salah atas peristiwa tersebut."
"Ya. Tapi gak menurut Jonas. Dia menganggap itu murni kesalahannya penuh. Maka karena itu, dia memilih pergi, Joana. Dia takut melukai kamu lagi. Takut kamu memaafkannya. Dia menghukum dirinya untuk itu."
Joana menggelengkan kepalanya tak percaya. "Gak. Gak. Jonas gak boleh berpikir seperti itu. Kalau nyatanya kami sama- sama terluka bila berpisah, kenapa akhirnya harus seperti ini? "
"Karena kenyataannya Jonas gak sekuat yang kamu kira, Joana." Jer menjawab langsung dengan tegas, "dia hancur. Bahkan sebelum bertemu kamu. Dia hanya raga dengan jiwa yang hanya separuh! Dan sekarang.... kamu tahu sendiri. Dia gak lebih dari mayat hidup."
"Maksud kamu?" Joana tak bisa mencerna apa yang dikatakan Jer. Akan tetapi, ada perasaan tak enak yang menjalar di hatinya. "Di mana Jonas? Aku mau ketemu dia. "
Jer justru terdiam dengan pandangan bingung.
"Apa gak ada yang kasih tahu kamu?"
"Apa?"
Joana semakin yakin. Perasaannya tak pernah salah. Pasti ada sesuatu yang terjadi.
"Ikut aku. "
***
Menyesal. Seakan mulut tak lagi ada guna. Semuanya terlambat meninggalkan perih dan luka. Hanya bisa terdiam merenungi apa yang telah terlewatkan. Namun, apa yang terlewatkan sebenarnya tak benar - benar diam.
"Jo.... " Joana tak mampu lagi melanjutkan ucapannya. Air matanya berulang kali jatuh, tetapi percuma, karena tak bisa mengembalikan keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Aggression [TAMAT]
عاطفية"LOVE is nothing without AGGRESSION." Tentang cinta yang mencuat setelah terpendam se- dekade lamanya. Antara menangkap cahaya dan menetapkan sebuah rasa. Jonas akhirnya mempunyai kesempatan untuk mendekati Joana, cinta pertamanya. Dia sengaja mela...