Malam ini Yahya berangkat ke kafe setengah jam lebih awal. Meninggalkan Sadam yang sedang goleran malas di atas kasur berseprai bunga tulip.Udara dingin yang menusuk kulit memaksa Yahya mengeluarkan sebuah jaket dari dalam tas, memakainya untuk sedikit menghangatkan tubuh. Dia memilih berjalan ke pangkalan ojek daripada duduk di halte bus, ingin cepat sampai ke kafe.
Dilain tempat pada waktu yang sama, Sadam tengah senyum-senyum mirip orang gila sambil memandangi satu bandel fotocopyan yang berisi ribuan vocabulary dan macam-macam jenis grammar.
Sebelum berangkat ke kafe tadi Yahya baru memberitahu kalau itu titipan dari Faranisa.
Sadam sigap meraih ponselnya yang bergetar sekilas. Ada notifikasi dari aplikasi chat, pesan singkat dari beberapa orang. Dia segera membuka tanpa menunggu waktu lama.
Ada banyak sekali tanda lingkaran hijau disetiap samping nama kontak yang mengirimi Sadam pesan, menandakan pesan tersebut belum dibuka. Tapi satu kontak yang dia pasang paku adalah yang paling menarik perhatian.
Sadam juga nggak tahu kenapa dia mengepin nama Faranisa. Nggak ada alasan spesial sebenarnya, dia cuma nggak mau kalau Faranisa ngechat, pesannya kependam sama pesan-pesan dari gadis lain, dia malas scrool.
Faranisa : apa
Anda : kertas vocab yg lo kasih wangi
Faranissa : g penting
Anda : penting lah, itu artinya lo nyemprot minyak di kertas itu sebelum dikasih ke gue
Anda : gue merasa seperti gue ini spesial buat lo gitu, eak ahaha
[read]
Anda : kok di read doang?
Anda : belum meningguy kan lu?
Faranissa : g kerja?
Anda : tau aje hari ini gue kerja
[read]
Anda : kalau kibird lo rusak,
gue telpon aja dehAnda : *kibord
Anda : vc aja deh gimana?
Anda : lo boleh dandan dulu gih sebelum gue vc biar cantik
Anda : tapi gue lebih suka cewe yg natural sih
Sadam berdecak, pesan terakhirnya hanya centang satu. Dia melihat bawah nama Faranissa, sudah tidak online.Ponsel polos yang dibuat berdosa karena terdapat video dan gambar tidak senonoh di galeri itu Sadam lempar ke tengah kasur setelah dia mematikan sambungan data internet.
Selanjutnya dia beranjak untuk berganti seragam kerja. Menyisir rambutnya sebentar dan memberikan sentuhan gel, dia sudah seminggu nggak memakai sampo soalnya lupa terus. Kalau ke parcil, niatnya mau beli keperluan rumah malah belok beli yang nggak penting. Roti milna misalnya.
Eh tapi, roti milna termasuk kebutuhan yang sangat penting ndeng. Sadam bisa tahan tidak memakai shampo selama seminggu daripada sehari tidak ngemil roti milna sehari.
Dia memungut ponsel dan memasukkan ke dalam tas, lanjut memakai jaket denim yang masih menyisahkan aroma yang Faranisa pakai.
Aroma melon segar yang selalu tercium setiap dia berdekatan dengan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Javanese Boys
أدب الهواةSadam masih dengan dirinya yang labil dan ceroboh. Seseorang yang terlanjur mencicipi manisnya kebohongan. Bohong itu candu, nyaman tapi tidak aman. Dia ingin keluar dari zona nyaman, tapi nyatanya tidak semudah yang dia rencanakan. Yahya sudah ter...