꧐꧒ : dua

144 21 0
                                    


Sadam sedang asik menikmati es marimas melon di kantin sambil ngemil cireng harga gopek plus sambal rujak ketika suara 'ting! ting! ting!' dari kentongan besi keramat yang dibunyikan oleh pak Jumaidi sudah menggelegar ke seluruh penjuru sekolah. Didepannya ada Yoga yang sedang asik push rank sambil sibuk ngunyah kacang polong seribuan ditemani es teajus melati kesukaannya.

Mereka terpaksa kabur dari lapangan karena hampir ketahuan bu Marni sedang nonton pertandingan bola kelas boga. Bukan apa-apa, Sadam hanya malas jika nanti mendapat hukuman yang memalukan dari guru wanita berusia mendekati pensiun tersebut.

Soalnya, guru perempuan paruh baya berkacamata bulat mirip kacamata yang biasa dipakai Harry Potter itu terkenal suka ngasih hukuman yang aneh-aneh.

Tahun lalu Sadam pernah kena hukuman dari bu Marni karena ketahuan bolos pelajaran hanya untuk nonton kelas boga lagi praktek masak. Padahal waktu itu dia masih kelas 11 dan bu Marni bukan guru mapelnya.

Kala itu bu Marni menyuruh Sadam untuk mencari bunga sepatu di TK belakang SMK. Sadam mengiyakan saja tanpa pertimbangan, mengira tanaman bunga sepatunya ada di halaman TK. Eh ternyata nggak ada. Setelah menyakan kepada guru TK yang kebetulan lewat, ternyata tanaman tersebut ada di dekat ruangan kantor kepala sekolah.

Sadam terpaksa memakai alasan nyari bunga sepatu untuk praktek IPA, padahal pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam saja tidak ada. Tapi untungnya kepala sekolah TK mengizinkan tanpa banyak bertanya.

Bisa dibilang hari itu hari sial untuk Sadam. Dia dikerubungi anak-anak TK gara-gara seragam batik khas SMKnya bercorak sama persis seperti seragam batik TK tersebut. See? Dia merasa harga dirinya jatuh gara-gara masalah corak seragam batik sekolah doang. Memang sekolahnya nggak kreatif banget sih, bisa-bisanya seragam TK dan SMK bisa plek ketiplek.

Mereka mengira Sadam murid baru, ya kali aja murid TK segede itu!

Sadam diajak main bola dan main lompat tali, disuruh megang talinya tanpa diberi kesempatan untuk melompat. Sadam nggak bisa menolak, soalnya dia tipikal orang nggak tegaan. Selain itu melihat tawa tanpa beban para bocil-bocil itu sedikit mengobati rindu Sadam pada adik-adiknya.

Sadam baru bisa terlepas dari bocil-bocil TK ketika bu Marni menyusul dan menyuruh dia balik lagi ke SMK. Ketika sampai di SMK Sadam disuruh nyemir sepatu bu Marni pakai bunga sepatu yang tadi dia petik. Bu Marni itu sudah tua, tapi kerandomannya melebihi Sadam.

"Gue kira kalian lagi dihukum bu Marni," ucap seorang cowok yang baru saja datang dan mengambil duduk disebelah Sadam.

"Hampir kena," sahut Sadam sekenanya.

Zidan hanya membulatkan bibir tanpa berniat menyahut. Tangan kirinya memegang gelas kaca berisi es dawet beras yang kalau kata Sadam adalah es darah isi belatung gendut. Karena menurut Sadam dawet beras itu mirip belatung.

Sadam melirik es milik Zidan sekilas, "menjijikkan!"

Zidan mengabaikan, menyedot esnya banyak-banyak.

Cowok yang terkenal paling berduit diantara semua anak SMK Bina Generasi ini juga merupakan teman akrab Sadam selain Yoga. Zidan itu sudah bagaikan malaikat penyelamat untuk Sadam, satu-satunya teman yang bisa Sadam andalkan masalah cuan.

Selain itu, kontrakan yang sekarang Sadam tempati bersama Yahya adalah rumah Zidan yang sudah tidak terpakai. Keluarga Zidan memang tergolong keluarga mampu, sudah gitu baik hati dan dermawan. Buktinya, papi Bos alias bapaknya Zidan meminjamkan rumahnya secara cuma-cuma untuk ditinggali Sadam dan Yahya. Awalnya papi Bos emang menggratiskan biaya kontrakan Sadam dan Yahya karena katanya tidak ikhlas meminjami rumahnya daripada kosong, tapi mereka menolak tegas dan bilang kalau mereka mampu membayar walau harus kerja serabutan.

Javanese BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang