Sadam terbangun ketika bunyi guntur yang sangat memekakkan telinga mengagetkannya. Dia mengusap-usap dada sambil membaca istigfar sebelum akhirnya duduk bersandar dinding sambil mengucek matanya.Aroma parfum khas Yahya yang memenuhi indra penciumannya langsung bisa membuat Sadam sadar kalau ternyata dia nggak tidur di kamarnya sendiri.
Jam dinding menunjukkan pukul 2 pagi, itu artinya dia sudah tidur selama dua jam di kamar Yahya.
Sadam menoleh pada sahabatnya yang duduk di kursi sambil fokus pada laptop. Dia akhirnya beranjak turun dari kasur milik Yahya.
Menghampiri Yahya sambil menguap, sedikit mencondongkan tubuh untuk melihat apa yang sedang Yahya kerjakan sampai dini hari seperti ini.
"Yak, koe durung turu?" Suara rendah dan serak khas bangun tidur Sadam berhasil membuat Yahya terkejut bukan main.
(yak, kamu belum tidur?)"Dam! Ngagetin wae awakmu!" Yahya ngelus dada.
Sadam mengucek-ucek matanya, "bukannya tidur malah utuban, nonton apaan sih?"
"Kayak nggak asing sama lagunya," Sadam bergumam.
Yahya lekas menutup laptopnya, lalu menatap Sadam dengan saksama. "Dam?"
"Hmm?"
"Sana tahajudan," suruh Yahya.
Sadam mengangguk-angguk, "koe ndang turuo, mengko ndasmu mumet maneh."
(kamu cepet tidur, ntar kepalamu pusing lagi)Mengangguk pelan, "aku udah bangun, nanti tidur lagi bentar mau selesaiin tugas," kata Yahya.
Sadam akhirnya melangkah keluar dari kamar Yahya yang temaram. Masih menahan kantuknya, dia terus menutup mulutnya ketika menguap. Suara Yahya mengintruksikan Sadam untuk berhenti ketika dia sampai di ambang pintu.
"Ntar selesai sholat aku boleh minta tolong buat bikinin kopi panas nggak, Dam?"
Sadam mengangguk terpatah, "boleh sih. Tapi awakmu bakalan susah tidur kalau minum kopi."
"Dam, bisa?"
Kalau sudah ditatap dan disenyumin seperti itu oleh Yahya tentu Sadam luluh. Jujur saja jika dia seorang gadis, dia sudah jatuh cinta kepada Yahya. Sayangnya dia cowok, walau suka luluh oleh Yahya tentu dia masih waras dan nggak pernah ada niatan untuk belok.
"Gausah senyum-senyum! dikira seganteng Liminho apa?!"
Selepas Sadam benar-benar meninggalkan kamarnya, Yahya kembali membuka laptop. Melanjutkan apa yang sudah dia mulai. Matanya ngantuk berat, rasa-rasanya sudah tidak tahan untuk melek. Tapi dia tahan sebisa mungkin.
Sambil tangan kirinya memijit kepala yang kadang terasa pening, tangan kanan Yahya tetap fokus menari diatas keyboard.
•jaboy•
Tentang sahabatnya yang sering absen karena sakit Caca sudah terbiasa sejak zaman akhir smp. Karina yang saat itu tiba-tiba menderita penyakitㅡentah apa Karina masih merahasiakannyaㅡmembuat Caca sering merasa mau apa banget sewaktu tidak ada Karina.
Gadis itu tidak pandai berteman. Dia bukan introvent, dia hanya sering merasa tidak nyaman ketika berbaur bersama teman lain selain Karina.
Jika dibilang Caca tidak memiliki teman selain Karina, sebenarnya tidak juga. Ada Delta yang cukup dekat dengannya. Namun tetap saja, Caca dan Delta itu tidak sedekat Caca dan Karina.
Caca punya banyak teman yang sering menunjukkan kepedulian terhadapnya, tapi dia hanya merasa aman dan nyaman mau melakukan apa saja tanpa banyak pikir ketika hanya bersama Karina. Kepercayaannya kepada Karina melebihi apapun, dia sudah kenal Karina sejak zaman sekolah memakai kaos kaki balerina.
![](https://img.wattpad.com/cover/239820517-288-k321995.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Javanese Boys
Fiksi PenggemarSadam masih dengan dirinya yang labil dan ceroboh. Seseorang yang terlanjur mencicipi manisnya kebohongan. Bohong itu candu, nyaman tapi tidak aman. Dia ingin keluar dari zona nyaman, tapi nyatanya tidak semudah yang dia rencanakan. Yahya sudah ter...