꧐꧕ : lima

74 17 0
                                    

Sehabis sholat dhuhur Sadam langsung melesat ke toilet karena perutnya sakit. Pas lagi pada doa dan dzikiran, Sadam terkentut-kentut. Untungnya dia berada di shaf paling belakang plus pojok kanan sendiri.

Salahnya, istirahat pertama dia bukannya kekantin untuk sarapan malah ngikut cewek-cewek kelas pemasaran pada rujakan. Kebetulan mangga dan jambu air di belakang sekolah lagi berbuah banyak.

Cewek-cewek kalau bikin sambal masukin cabenya ke cobek nggak ngotak. Pedesnya ngalahin omongan tetangga. Tapi walau rasanya sampai membakar lidah, Sadam malah nggak mau berhenti makan. Enak cuy ternyata.

Pedes-pedes enak, makannya sambil keringetan, minumnya es marimas anggur. Anjir nikmat banget deh beneran Markonang.

"Nabungnya udah?" Tanya Zidan ketika Sadam sudah balik dari toilet, dia sekarang di kantin nyamperin Yoga dan Zidan yang lagi makan siang.

Ralat, Yoga dan Zidan ternyata udah selesai makan siang terbukti dengan piring masing-masing yang sudah kosong. Hanya minuman yang tersisa sedikit di gelas mereka, es teajus melati milik Yoga dan es marimas jambu biji milik Zidan.

"Kalau belum gue nggak bakal kesini," jawab Sadam sambil mengambil duduk di depan Yoga sama Zidan.

"Hmm bau tai menyengat sekali," Zidan nyeletuk, refleks dapat gamparan dari Sadam sebagai pihak yang merasa tersindir.

"Gue udah cebok pake air satu bak ya bangsat! Sini mulutlo gue sumpel pake same fuck."

"Maunya sumpel pake doll are aja."

"Diem, brisik!" Yoga sensi, maklumin aja karena dia belum berhasil mendapatkan hatinya neng Nadia.

"Njir sensi," ucap Zidan, lalu cowok itu menggeser sepiring gado-gado didepannya kearah Sadam, "nih makan."

Apa yang dilakukan Zidan membuat Sadam menatapnya curiga, antisipasi.

"Kenapa tuh muka, gitu amat natapnya," ucap Zidan.

"Gue curiga."

Zidan ngelus dada, "astagfirullah, padahal niat gue baik lho Boy, salahkah daku memesankan dago-dago untuk you?"

"Ada racunnya nggak nih?"

"Ya nggak lah, gile kali lo apa untungnya bunuh lo hey? Utang lo di gue masih banyak, belom dibayar."

"Yeeuu si kampret, nggak usah bawa-bawa utang nyet."

"Yakali gue bawa-bawa cangcut."

"Bangsat brisik banget!"

Sadam dan Zidan kompak menatap Yoga, Sadam sih diam saja, sudah tau Yoga kenapa. Zidan beda lagi, biasa anak itu banyak tanya, "kenapa lo?"

"GPP."

"Idiee udah kayak betina aja kalau ditanya jawabnya gpp," ucap Zidan.

Sadam menelan gado-gadonya, "kalah gas dari Jojo."

"Diam Nyet! Raimu minta gue gampar!?" Yoga masih sensi.

Sadam terkekeh, "idiee..."

"Noh biar makin panas," Zidan mengarahkan kepala Yoga kearah dimana anak laki-laki berbadan gempal dan anak perempuan bercardigan ungu sedang duduk berhadapan sambil menikmati makanan.

Javanese BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang