꧐꧙ : sembilan

23 2 0
                                    


Sadam mengganti seragam kejuruan dengan kemeja osis di dalam kelas tanpa malu-malu, menyisahkan kolornya dengan santai. Ngapain malu? Penghuni kelasnya berbatang semua.

Dia melipat seragam kejuruannya asal setelah selesai memakai kemeja dan celana abu-abu, lalu langsung keluar dari kelas tanpa menunggu Yoga dan Zidan yang sedang ribut membahas hal random tidak penting

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia melipat seragam kejuruannya asal setelah selesai memakai kemeja dan celana abu-abu, lalu langsung keluar dari kelas tanpa menunggu Yoga dan Zidan yang sedang ribut membahas hal random tidak penting.

Tujuannya kali ini ke UKS, dia butuh salep untuk mengobati luka bakar di tangannya.

Tadi waktu praktik pengelasan, Sadam terkena percikan bunga api karena lengan pakaiannya dia gulung ke atas. Luka seperti itu sebenarnya sudah biasa bagi anak otomotif. Ini masih mending jika dibandingkan percikan bunga api yang masuk ke mata. Tapi perbandingan yang nomor dua ini jarang terjadi karena ketika praktik mengelas siswa diwajibkan memakai kaca mata bening, ya kecuali yang mengeyel dan tidak mau menerapkan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja.

Sadam berhenti di wastafel yang ada di dekat tangga untuk membasuh tangan. Dia membiarkan air kran menyembur luka bakarnya kurang lebih 10 menit lamanya sambil tebar senyum ke adik kelas cantik yang lewat di koridor, kebiasaan.

"Thanks."

Sadam buru-buru mematikan kran, menatap gadis yang berdiri di sampingnya sambil menyodorkan topi. Wajahnya datar banget, Sadam paling nggak suka sama tipe cewek seperti ini.

Sok cuekㅡatau memang cuek?

"Ngagetin aja," ucap Sadam, lalu mengambil topi yang gadis itu sodorkan kepadanya.

"Tadi mau gue balikin istirahat pertama tapi lo nggak ada di kelas."

"Santai aja."

Tatapan gadis itu beralih kepada luka bakar yang sudah melepuh di tangan kiri Sadam, "kenapa?"

"Hah?"

Gadis tersebut berdecak pelan, "tangan lo kenapa?"

Sadam ber-oh sambil mengangguk, lalu katanya, "nggak papa."

"Ikut gue," ucap gadis itu, tanpa aba-aba menarik tangan kanan Sadam yang masih memegang topi.

Sadam tersentak sebentar karena kaget, tapi dia hanya menurut saja kemana gadis itu membawanya. UKS.

Yaelah dari tadi juga sebenernya Sadam mau ke UKS.

Gadis yang tidak Sadam ketahui namanya itu melepaskan cekalan di pergelangan tangan Sadam setelah mereka sudah memasuki UKS.

Sadam memilih langsung duduk di tepi brankar, sedangkan gadis itu berjalan ke lemari dinding tempat penyimpanan segala keperluan pengobatan.

Gadis itu kembali menghampiri Sadam sambil membawa perban, hansaplast plester roll kain, gunting, dan salep. Meletakkannya di nakas, lalu dia menarik bangku untuk duduk di depan Sadam.

"Busett, buat apaan tuh perban?" Tanya Sadam.

Gadis itu tidak menjawab, malah menarik tangan kiri Sadam dan menatap lukanya sebentar. Lalu gadis itu mengambil salep khusus luka bakar yang tadi dia ambil, mengoleskannya pelan-pelan di permukaan luka Sadam.

Javanese BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang