Senyum tipis Sadam tercetak kala ingatannya dihampiri masa lalu, tepatnya pada dua tahun yang lalu ketika dia pertama kali datang ke Jakarta bersama Yahya untuk melakukan tes masuk SMA.
Mereka melakukan tes bukan cuma-cuma. Jauh hari sudah mereka persiapkan untuk bisa masuk ke SMA populer tersebut. Dan hari itu--hari pertama mereka datang ke Jakarta--merupakan tes tahap akhir untuk menentukan kelulusan.
Sebelumnya, untuk para pendaftar jalur prestasi yang ada di luar kota sudah dimudahkan untuk melakukan tes tahap pertama dan kedua melalui online. Sadam dan Yahya bersyukur karena setidaknya mereka hanya butuh Wi-Fi dan komputer perpustakaan SMP untuk melancarkan aksi.
Tetapi dengan satu tindakan konyol, Sadam gugur pada tes tahap akhir.
Yahya sudah pasti diterima karena dia tidak banyak tingkah, pandai menjaga sikap.
"Ini bandrek pesenanmu," suara Yahya terdengar begitu pintu kontrakan dibuka lebar dari luar.
Sadam yang sedang duduk di kursi ruang tamu langsung menyambut sahabatnya dengan cengiran, "santene ndhi?" (santannya mana?)
"Awakmu ora pesen santen."
(kamu nggak pesan santan)"Yo seharuse tanpa aku ngomong, koe peka. Awake dewe uwes konconan sui banget, tapi koe ora paham kesukaanku," (ya seharusnya tanpa aku ngomong, kamu peka. kita sudah temenan lama banget. tapi kamu nggak paham kesukaanku) ucap Sadam sambil menurunkan kedua kakinya yang dari tadi nangkring diatas kursi.
Yahya mengambil duduk di kursi tunggal, "kesukaanmu nggodain cewek, dibaperi, dipacarin, terus ditinggal minggat?"
"Astaghfirullah lambemu itu nggak bener, kesukaanku ini lho perut!" Sadam emoshie sambil mengusap perutnya kasar, memperlihatkan kepada Yahya.
Yahya tidak menanggapi, meletakkan keresek yang dibawanya ke atas meja kayu bertaplak hitam dengan vas bunga diatasnya. Vas bunga yang bunganya sudah raib karena satu persatu diambilin Sadam untuk dikasih ke ceng-cengannya. Nggak modal.
"Sana ambil gelas," suruh Yahya kepada Sadam disamping dia mengeluarkan dua bandrek dari dalam kresek hitam.
Sadam menegakkan tubuhnya, "langsung diminum dari plastiknya saja nggak usah pake gelas segala, males nyucinya."
"Awakmu gelem lambene melepuh?" Yahya mendelik. Bagaimana bisa Bandrek sepanas itu mau diminum langsung dari plastiknya?
(kamu mau bibirmu)"Kalau melepuh mergo Sindy sih orapopo," Sadam nyengir lebar, menjilat bibir atas dan bawahnya secara bergantian.
Yahya bergidik jijik, "wedokan tok utekmu kui isine," (perempuan doang otakmu itu isinya) ucapnya sebelum beranjak dari duduk, mengalah untuk mengambil gelas.
Maap-maap saja Yahya masih sayang sama bibir.
[jaboy]
Motor klasik milik Sadam baru mau menyala ketika dia hampir menyerah untuk menyalakan gas. Yahya bernapas lega, dia sudah hampir berangkat sekolah naik bus tapi nggak dibolehin Sadam. Katanya sayang uang, lima ribu bisa buat beli bandrek nanti malam.
![](https://img.wattpad.com/cover/239820517-288-k321995.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Javanese Boys
FanfictionSadam masih dengan dirinya yang labil dan ceroboh. Seseorang yang terlanjur mencicipi manisnya kebohongan. Bohong itu candu, nyaman tapi tidak aman. Dia ingin keluar dari zona nyaman, tapi nyatanya tidak semudah yang dia rencanakan. Yahya sudah ter...