"Lo yakin di sini tempatnya, Ta?" Endra melihat sekeliling taman yang lumayan ramai. Dia dan Suta baru saja sampai. Mereka mengenakan kaos dan celana pendek selutut, tidak lupa dengan topi untuk menghalangi seseorang mengenali wajahnya.
"Benerlah."
"Ramai, Ta."
"Emang itu tujuannya, En. Kalo ramai, si Wira gak mungkin bisa ngapa-ngapain Rila."
"Bener juga sih. Tumben banget otak lo berguna," komen Endra santai. Lelaki itu duduk di sebuah bangku semen yang tidak jauh dari tempat mereka parkir. "Ngudud bentar, mereka belum datang, kan?"
"Silahkan. Iya, belum. Mungkin sekitar sepuluh menit lagi."
Endra mengangguk-angguk. Dia mulai membakar rokoknya dan melihat sekeliling. Baru kali ini dia ke sini, taman di area sebuah kampus yang terbuka oleh umum. Lumayan ramai pengunjungnya dan rata-rata mereka ke sana untuk olahraga karena jalan di sini yang lumayan panjang dan lurus. Ada juga yang sekedar duduk dan membawa keluarga. Sebuah kolam ikan besar di tengah taman menambah kesan indah dari seluruh desain taman ini. Belum lagi ada undakan tempat duduk di sisi kanan sebuah gedung besar yang dijadikan perpustakaan. Endra berdecak kagum.
"Kenapa lo?"
"Asik juga nongkrong sore-sore gini."
"Asiklah. Makanya nongkrong jangan cuma malem. Kayak kalong aja lo."
"Kayak lo nya nggak," balas Endra sambil tertawa meremehkan.
Tiba-tiba Endra melihat Rila sudah datang dengan Wira. Lantas dia menarik Suta untuk menepi agar tidak tampak keberadaan mereka. "Sini, Rila udah ada."
"Oh iya," Suta baru sadar kalau kakaknya sudah datang. "Semoga aja berhasil rencana kali ini, gue mau hidup Rila tenang kayak dulu."
Endra mengangguk-angguk, sembari bergumam, "Aamiin."
Mereka berdua pun duduk di undakan tangga menuju gedung pertemuan yang berada tepat di seberang gedung perpustakaan. Sedangkan Rila dan Wira baru saja menuju tengah taman untuk berkeliling. Dengan mengintip sedikit dari balik topi, mereka terus mengawasi tiap gerak-gerik Wira maupun Rila.
"Kalo beneran video tuh ada?"
"Yaudah, tinggal rusakin aja hape nya sekalian," jawab Suta enteng. Dia sudah tidak peduli, yang penting Rila bisa lolos dari jeratan manusia sejenis Wira. "Tapi gue pecaya tuh video cuma buat ngancam aja."
"Kenapa gitu?"
"Ya percaya aja, dia emang gak punya hal lain yang bisa ngancem Rila."
Dari tempat mereka berada, wajah Rila tampak terlihat ragu. Mungkin memikirkan bagaimana jika Wira melakukan sesuatu yang buruk padanya atau justru ke Suta. Cukup waktu itu saja Suta bonyok karena Wira, Rila berjanji pada dirinya sendiri tidak akan membiarkan Suta kembali terluka akibat Wira.
"Ayo, Ril. Lo aman," gumam Endra seolah bisa menjawab keraguan dalam benak Rila. Bagaimana keadaannya nanti, dia akan sangat siap pasang badan untuk Rila maupun Suta.
Rila dan Wira tampak tidak berbicara saat berjalan di area taman. Wajah Wira yang masam dan Rila yang lelah. Mereka terus berjalan melewati jalan setapak yang mengelilingi sebuah kolam kecil yang di tengahnya terdapat air mancur kecil. Hingga lima belas menit kemudian, tidak ada tanda-tanda rencana yang sudah mereka buat akan tereksekusi, yang ada hanya Endra dan Suta menunggu sambil garuk-garuk karena banyak digigit nyamuk.
"Gue curiga Rila gak bakalan ngelakuin yang lo suruh," Endra berspekulasi. Suta meraup wajahnya kecewa sekaligus geram. "Rila gak seberani itu, Ta."
"Gue udah bilang, lo sama gue di sini, gak bakalan biarin tuh makhluk brengsek ngelukain dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Endra & Suta
Teen Fiction[WARNING! Cerita ini mengandung konten kekerasan] Ini bukan romansa anak remaja. Bukan. Ini tentang persahabatan antara Endra dan Suta. Dua lelaki kelas XI yang hidupnya baru saja diubah oleh takdir. Tidak ada lagi kehidupan sesederhana nongkrong, m...