DUA BELAS

20 1 0
                                    

Baru saja masuk ke pintu kelas, Misti sudah dikejutkan dengan wajah Suja yang muncul tiba-tiba. Perempuan itu hampir terjungkal ke belakang kalau Suja tidak dengan cepat menahannya. Lelaki itu sama kagetnya dengan Misti.

"Kamu kenapa sih, Ja?! Ngagetin aja." Misti menarik nafas dalam sebelum melanjutkan langkah.

"Eh, Mis!" Suja mengikuti Misti di belakangnya. "Endra gimana keadaannya?"

Misti duduk dan meletakkan tas gendong berbahan rajutnya. "Baik kok."

"Tapi dia gak sekolah, kan?"

Kening Misti langsung mengerut, "Sekolah. Aku pergi kan sama-sama."

"Lah, ini dia bilang di grup." Suja memperlihatkan chat dari Endra yang dikirim ke grup futsal.

Endra: Gue gak sekolah hari ini, kalo pak Amin nanya bilang aja gue sakit.

"Lima menit yang lalu?" Gumam Misti. "Beneran ini?" Tanyanya tidak yakin. Pasalnya tadi dia memang pergi dengan Endra menggunakan mobil. Lelaki itu pun terlihat biasa saja meski jalannya tidak senormal biasanya. Saat Misti bertanya keadaannya pun lelaki itu menjawab dengan santai kalau dia sehat-sehat saja.

"Beneranlah Mis, masa iya ini fake chat sih."

Misti kembali melihat chat itu dengan seksama. Bahkan, untuk meyakinkannya, Suja membuka nomor Endra agar Misti semakin percaya. Misti memang gak hafal, tapi dia ingat foto profil whatsapp abangnya itu. Dia pun terdiam karena itu memang Endra.

"Tuh emang beneran abang lo, Mis." Suja baru akan menekan tombol power di ponselnya saat terlebih dahulu satu chat kembali masuk di grup tim futsal.

Endra: Tolong jangan ada yang bilang adek gue kalo gue bolos.

Deg!

Secara bersamaan Misti dan Suja saling berpandangan.

"Mis," Suja dengan segera memasukkan ponsel ke saku seragamnya saat melihat Misti jalan meninggalkan kelas.

Pasti dia mau nanya ke Suta, pikirnya. Suja pun berjalan cepat mengejar Misti yang ternyata belum jauh. "Mis!" Panggilannya itu diacuhkan. Dia tetap mengejar Misti yang berjalan terburu. Suja baru akan berteriak hati-hati pada Misti saat akan melewati simpang tiga selasar sekolah, namun rasanya dia telat ketika tubuh Misti ditubruk murid yang berlari terburu-buru.

"Mis!" Suja langsung berlari ketika melihat Misti terjatuh.

*

Suta mengambil dua buah permen dari sakunya. Dia membaca tulisan 'i miss you' di bagian belakang bungkusnya dan tersenyum dengan perasaan lega.

"Bagi permen Ta," Yudi, teman sekelasnya tiba-tiba saja menghampiri Suta dan meminta permennya. Suta pun langsung memasukkan permen satunya.

"Beli sendiri woi! Gue aja dikasi." Suta berhasil memasukkan sebuah permen ke mulutnya. Dia lalu menutup mata sambil merasakan permen itu perlahan lumer. Efek permen pemberian gebetan memang gak ada duanya.

"Kan lo punya satu lagi Ta, yaelah pelit banget lo."

Suta menggeleng dengan wajah sok bijak. "Gue bukan pelit Yud, ini permen bukan dari sembarang orang, jadi gue gak bisa asal bagi juga."

Yudi pun mendorong tubuh Suta dengan kesal, sedangkan Suta yang menabrak dinding hanya bisa tertawa melihat wajah Yudi yang kesal. "Yud, besok gue beliin sepuluh." Suta melambangkan angka sepuluh dengan kedua tanggannya di udara. "Gue janji!" Yudi pun menjawabnya dengan ancungan jari tengah dan berjalan menjauh dari Suta yang sekarang terbahak.

Endra & SutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang