Dua batang rokok menjadi sarapan ampuh bagi keruwetan hidup yang dijalani Endra dan Suta. Disaat semua murid sibuk ke kantin, mereka justru mengasingkan diri ke toilet paling ujung, yang jarang digunakan siswa membuang hajat, paling hanya digunakan sebagai bolos atau merokok saat mulut mereka sudah masam.
Beruntung sekali hari ini tempat itu tidak ada orang lain, hanya mereka berdua.
"Stres kenapa lo?"
"Cewek yang waktu itu gue ceritain, udah tinggal di rumah." Helaan nafas terdengar, "dia ketiduran, jadi gue yang ngemesin isi koper tuh anak. Eh, bangun-bangun malah marah. Masih enak juga gue bantuin." Endra menghisap rokoknya dalam.
"Lo, ngemesin dalaman dia juga?"
"I ... iya. Salah ya?"
Plak!
"Sakit bego!"
"Salah lah goblok. Itu kan privasi dia, mana yang ngemesin cowok kayak lo lagi." Tiba-tiba Suta memicingkan mata, menatap Endra dengan tatapan menuduh, "Apa rasanya megang daleman cewek, En?" goda Suta.
"Anjir, biasa aja woi!" Endra mengelak. Padahal saat itu terjadi pun dia merasa deg-degan. Dia tidak menyangkal karena sedikit tergoda. Tapi tidak mungkin mengatakan itu pada Suta, yang ada lelaki bermulut bocor itu bakalan menjadikan dia bulan-bulanan.
"Omong kosong! Gak cocok dah lo bual sama gue. Lo ... tegang ya?!" Tuduh Suta.
Endra berdiri. Menyentil puntung rokok ke lantai dan memijaknya hingga gepeng. "Males gue ngomong sama lo."
Suta tidak bisa menahan tawanya. "Woi, Endra! Ternyata lo normal ya?!" Suta segera bangkit setelah membuat rokoknya ke tong sampah dan mengejar Endra. "Anjir ... sohib gue normal," gumamnya masih tidak percaya.
"Bang Endra!" langkah Endra terhenti, berikut Suta yang di belakangnya.
Seorang perempuan bermata coklat menghampirinya. Dia menyerahkan baju futsal tim sekolahnya. "Tadi Aryo nyuruh aku ngasi ke abang," jelas perempuan dengan badge bertuliskan 'Lova Biyani'. Kedua lelaki itu memicing melihat Lova. Endra baru menyadari setelah beberapa detik setelahnya, ini perempuan yang waktu itu digangguin di depan warung depan sekolah. Yang Suta meminta Endra membantunya, namun lelaki itu enggan.
Endra pun menerimanya. Baju itu memang sudah hampir seminggu dipinjam oleh Aryo –adik kelas yang juga teman se-tim di futsal sekolahnya. "Makasih." Balas Endra singkat, padat dan jelas.
Lova akan berbalik namun tidak jadi saat Suta memanggilnya, "Lova, cepet banget mau baliknya."
Dia mengulas senyum manis dipadukan rasa canggung. "Aku ... emang mau ngapain juga bang?"
"Gak mau kenalan sama abang ini?" Suta menunjuk Endra dengan dagunya. "Kenalan dulu bentar dong. Abang ini jomblo loh."
"Apaan sih lo." Tubuh Endra ditahan Suta untuk tetap di sana.
"Ehmm ..." Lova pun mengulurkan tangannya pada Endra, "Nama saya Lova. Nama abang siapa?"
Dengan sedikit enggan, dia menyambutnya dan memperkenalkan diri, "Syailendra."
Lova manggut-manggut dan segera pergi dari sana dengan berlari kecil. Mata Endra terus mengikuti tubuh ramping itu sampai tidak kelihatan di persimpangan koridor.
"Mata lo kayak mao keluar, En." Suta mengomentari Endra. Dia lalu meninggalkan Endra yang masih terpaku.
"Lova," gumamnya.
*
Brak!
"Arya Suta! Sini lo! Gue mao ngomong sama lo." Suta mengusap telinganya. Dia heran dikelilingi orang-orang yang suka bener teriak. Pertama, Endra, sekarang Dendi –teman di sispala-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endra & Suta
Ficção Adolescente[WARNING! Cerita ini mengandung konten kekerasan] Ini bukan romansa anak remaja. Bukan. Ini tentang persahabatan antara Endra dan Suta. Dua lelaki kelas XI yang hidupnya baru saja diubah oleh takdir. Tidak ada lagi kehidupan sesederhana nongkrong, m...