DUA PULUH

11 0 0
                                    

Suta harus tabah ketika tidur tiba-tiba harus merasakan wajahnya dihantam oleh sebuah bantal. Rasa ngilu di wajahnya langsung terasa kembali. Dia ingin memaki tapi tidak jadi, mengingat yang melakukan itu Endra –si pemilik kamar. Suta cukup tau diri untuk berterima kasih Endra sudah menampungnya semalam, walaupun dia tidak sepenuhnya meminta izin pada sahabatnya itu.

"Lo ngapain di sini?!" Tanya Endra kaget.

"Ya numpang tidurlah."

"Kapan gue ngebiarin lo masuk?!"

"Udahlah, En, gak penting. Mending lo lanjut tidur," suruh Suta dengan suara serak.

"Sekolah woi!"

"Gue izin." Suta membalikkan badan seshingga membelakangi Endra yang sudah bangun. Dia memilih melanjutkan tidur, rencananya hari ini dia memang tidak masuk sekolah. Keadaannya sangat tidak memungkinkan untuk ke sekolah.

Bibir Endra terlihat terbuka sedikit lalu tertutup lagi. Tiap kali ingin menanyai kenapa wajah Suta sangat jelek, egonya pasti menahan itu. Tapi pada akhirnya, ego Endra harus kalah dengan hati nurani dan rasa penasarannya.

"Muka lo kenapa? Kelai sama bocah SD?"

"Wira," jawab Suta singkat, padat dan teramat jelas.

"Wira? Tuh cowok masih berhubungan sama Rila?"

"Mbak gue yang mutusin buat berhubungan lagi dengan tuh orang. Dia diancem."

Emosi Endra langsung mencapai ubun-ubunnya. "Licik banget tuh orang. Kenapa dia obsesi banget sama Rila?"

"Gila kali," ucap Suta asal.

"Mungkin." Endra mengambil handuk yang menggantung di gagang pintu lemari bajunya. "Gue bakalan datengin dia hari ini." Meskipun sedang diam-diaman, Endra tidak bisa untuk bersikap bodo amat saat mengetahui sahabatnya dihabisi oleh Wira.

"Gak usah." Suta bangun, mengucek mata agar penglihatannya lebih jelas. "Gak bakalan selesai kalo yang turun. Ngehabisin waktu, En, kecuali lo bisa bunuh dia."

"Gue gak goblok gitu, Ta."

"Nah, makanya. Gue ada ide yang lebih pintar ketimbang bolak-balik adu otot, sampe kiamat juga gak bakalan selesai. Kecuali sebelum itu dia mati duluan."

"Emang rencana pintar yang lo maksud itu apaan?"

"Kita mesti mastiin kalo ancaman yang Wira kasi ke Rila itu beneran ada atau nggak," ujar Suta dengan senyum penuh percaya dirinya.

Endra hanya mengangguk pasrah, dia tidak memiliki ide lain selain menghabisi Wira dengan kedua tangan dan seluruh tenaganya. Tapi hal itu justru akan memperpanjang masalah ini, makanya sekarang dia akan mempercayakan semua ke Suta. Paling tidak, sahabatnya itu memiliki cara tanpa harus melibatkan kekerasan.

"Jadi rencana pintar apa yang lo maksud?"

*

Usai mengibarkan bendera damai, Endra dan Suta memilih pergi ke sekolah bareng dengan motor trail milik Endra. Lantas, Misti dengan siapa? Tenang, perempuan itu sudah dijemput dengan mobil putih milik Juna bahkan sebelum Endra dan Suta selesai beres-beres dan keluar kamar. Itulah kenapa mereka memilih menggunakan motor, padahal awalnya Endra akan membawa mobil.

"Lo minum dengan siapa semalam, En?"

"Biasalah, sama Kadut dan kawan-kawan."

Suta hanya mengangguk-angguk saja.

"Oh iya, En, lo udah baikan belom sama Misti?"

"Belom."

Suta hanya bisa menyembunyikan senyumnya. Emang gengsian, pikirnya. "Gak usah lama-lama marahannya, En. Lagian seharusnya lo marah sama gue, karena gue yang ngajak dia."

Endra & SutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang