LIMA BELAS

18 1 0
                                    

"Den!" Suta menepuk pundak Dendi keras.

Dendi hanya melenguh kesal, tidurnya baru saja diganggu dengan sangat tidak elegan oleh Suta. Lelaki itu ngulet sebentar sebelum duduk dan melihat sekeliling sekre, ternyata hanya ada dia berdua Suta.

"Ganggu aja lo."

"Bolos mulu lo Den." Ya, Dendi memang terkenal dengan senang bolos ke sekre sispala untuk tidur. Waktu masih kelas X memang dia sempat ditegur dengan senior dan ketua sispala waktu itu, tapi semenjak kelas XI, senior sudah mulai malas mengurus kelakuan Dendi yang suka seenaknya.

"Ngantuk gue Ta, semalem abis ngerjain tugas."

Suta melengos, "Ngerjain tugas sampe malem, besoknya lo bolos pas pelajarannya, ya sama aja goblok itu." Dendi tertawa. "Eh, Den. Lo inget kemarin pas kita ke toilet, kan?"

"Ingetlah, lo kira gue amnesia."

"Inget pas Rian keluar dan nyapa gue?"

"Inget, Ta. Emang ada apaan sih?" Dendi mulai tidak sabaran dan penasaran.

"Lo udah tau belom si Endra ditampar Bu Rona?"

Kepala Dendi menoleh cepat, "Ditampar? Gara-gara apa?" Seharian ini Dendi hanya menghabiskan waktu untuk tidur di kelas dan di sekre, jadi dia tidak mendengar kabar mengejutkan itu.

Suta pun mulai menceritakan mulai dari mereka makan di kantin sampai dimana dia melihat Endra ditampar Bu Rona di selasar. Dendi pun mendengarkannya dengan serius.

"Kalo gue gak salah lihat kemarin ..." Suta mencoba memutar ingatannya saat bertemu dengan Rian. "Rian sempat masukin spidol ke kocek calananya."

Dendi mengangguk, keningnya ikutan berkerut –menandakan dia juga sedang berpikir. "Jadi maksud lo ..."

"Gue gak bilang dia yang gambar sih, tapi ada kemungkinan."

Mendengar itu, Dendi langsung berdiri. Dia memakai seragamnya kembali. "Yaudahlah, ayo tanya ke dia nya langsung."

"Mana mungkin dia ngaku, Den." Potong Suta cepat sebelum Dendi keluar dari sekre.

"Kalo lo yang nanya gak bakalan ngaku tuh anak," ujar Dendi sambil mengenakan sepatunya. "Makanya biar gue yang nanya."

Suta langsung menyunggingkan senyum penuh misteri. "Kadang idup lo berguna juga, Den." Suta langsung mengikuti Dendi memasang sepatu. "Gue kira lo idup cuma menuh-menuhin dunia yang sebenernya udah sumpek."

"Gue selalu berguna kali, kalian aja manusia yang selalu mandang gue sebelah mata, kayak judul lagu Efek Rumah Kaca."

*

"Moga aja tuh anak belom pulang."

Dendi dan Suta memasuki kelas XI-IPS-1 yang berada di pertengahan selasar. Kelas itu sudah sepi, tapi mereka berhasil menemukan keberadaan Rian yang tengah bersiap untuk pulang. Dewi fortuna sepertinya sedang berpihak ke mereka.

"Yan!" Sapa Suta sambil cengengesan. Lantas dia mengubah posisi bangku yang ada di depan meja Rian menjadi menghadap ke belakang. "Udah mau pulang lo?"

Rian terlihat heran dengan keberadaan Suta dan Dendi. "Tumben lo ke sini? Nyari gebetan, ya?" Suta tertawa, sedangkan Dendi melengos. Sepertinya satu sekolah sudah mengenal Suta dengan baik.

"Gak lah, gue udah punya gebetan. Gue mau ngomong sesuatu sama lo."

Rian semakin tidak paham namun tetap kembali duduk. "Wah, ada bisnis apa nih bos?"

"Den," panggil Suta. Lelaki berjaket merah marun itu meminta Dendi duduk di sebelahnya. "Gue cuma mau nanya aja lo tau siapa yang nyoret-nyoret dinding toilet? Itu loh, masalah tadi pagi."

Endra & SutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang