L I M A

24 1 0
                                    

Dari dalam mobil Endra berakting seolah menjadi penguntit dari perempuan bernama Karila atau yang biasa dipanggil Rila. Dimulai dari jam 08.00 pagi, mobilnya sudah terparkir di kampus Rila. Tadi, Endra dihubungi Rila, perempuan itu meminta tolong kepadanya untuk menemani dia ke kampus tapi Endra menolak. Akhirnya karena benar-benar butuh, Rila membuat penawaran kalau Endra menunggu di mobil saja dan langsung disetujui olehnya.

Suara musik keras dari band heavy metal Indonesia, yaitu Seringai terdengar menghentak. Kepala Endra angguk-angguk.

"Se ... Ri ... Ngai! Seringai!!" Teriaknya khas vokalis band-band rock. Mendengarkan musik lumayan bisa membuat moodnya kembali baik, apalagi musik-musik keras seperti ini.

Saat musik habis, Endra kembali terdiam. Musik keras yang tadi terdengar berganti menjadi yang lebih musik yang melantun, liriknya pun menenangkan. Evaluasi dari Hindia, seorang musisi asal Indonesia yang selalu berhasil membuat lirik-lirik indah -setidaknya begitulah bagi Endra.

Lagu berputar seiring pikiran Endra yang melayang mengenai hidupnya yang akhir-akhir ini berubah. Bukannya tidak menerima perubahan, toh, hidup memang tentang perubahan, kan? Perubahan yang akhir-akhir ini dia rasakan rasanya terlalu besar. Mulai dari kehadiran Misti dalam hidupnya, hingga ikut terseret dalam masalah Rila padahal dia hanya sahabat dari adik perempuan itu. Endra merasa ... hidupnya tidak akan bisa semulus dulu lagi saat yang dia tau hanya futsal dan nongkrong dengan Suta.

Mata Endra yang menatap ke depan tidak sengaja menangkap keberadaan Rila. Tubuhnya menegak saat perempuan berpenampilan casual itu dicegat oleh laki-laki cepak dengan tubuh agak agak kurus. Mereka terlihat terlibat cek-cok.

Apa itu yang namanya Wira mantannya Rila?

Endra masih bertahan di dalam mobil, tugasnya hanya mengawasi Rila dan membantu kalau saja dalam keadaan genting. Endra rasa saat ini suasana masih kondusif, sampai ... tangan lelaki itu mencengkram rambut bagian belakang Rila yang digerai. Kali ini, dia tidak mungkin diam, Endra buru-buru keluar mobil dan berjalan ke arah mereka tanpa tau bila ponsel yang terletak di kursi penumpang mobil bergetar dan menampilkan nama 'Misti'.

"Tolong gue!" Pinta Rila yang ternyata menyadari duluan keberadaannya. Otomatis cengkraman dari lelaki itu terlepas, Endra berdiri di samping Rila dan merangkulkan tangannya pada pundak Rila. Mendapat tempat nyaman sekaligus aman, Rila langsung meresponnya dengan tangan melingkar di pinggang belakang Endra.

Mata Endra membulat sempurna saat tau siapa lelaki itu, bukan namanya melainkan pekerjaannya. Dia yakin sekali ini orang yang sama dengan orang yang sebulan lalu datang di tongkrongan dan meminta waktu sebentar pada Endra untuk berbicara dan menawarkan doping. Sama halnya dengan Endra, lelaki itu pun kaget, namun hanya bisa diam sambil memperhatikan.

"Jadi ini pacar lo yang baru?" Tanya lelaki itu pada Rila.

"Bukan urusan lo."

"Sampai kapanpun lo itu urusan gue, Ril. Inget? Kita gak pernah kelar."

Rila merinding, Endra juga bisa merasakan hal yang sama. "Maksud lo apaan?" Akhirnya Endra melontarkan tanya.

Lelaki itu tersenyum sinis, "Pacar lo ini, masih ada urusan sama gue."

"Dia adik gue," potong Rila. Rahang Endra mengeras. Dia tau, sekarang dia sedang menyemplungkan diri ke masalah yang dia saja tidak tau akarnya.

"Ahh ini adiknya Rila ternyata, Suta, kan?"

Rila hampir menjawab saat suara Endra menginterupsi terlebih dahulu, "Iya, gue Suta. Ada urusan apa lo sama kakak gue?"

"Kenalin gue Wira." Sudah diduga. "Gue mantan Rila yang nantinya bakalan jadi pacarnya lagi." Wira menatap Rila tajam seolah matanya mampu membolongi tiap inchi permukaan tubuh perempuan yang kini gemetar ketakutan.

Endra & SutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang