TIGA BELAS

9 0 0
                                    

Dendi berjalan cepat usai melihat keberadaan Suta di antara ramainya murid SMA 1 yang tengah beristirahat di selasar sekolah.

"Ta!" Suta menoleh dan langsung dirangkul dengan Dendi. Lelaki itu terlihat ingin melepas rangkulan itu, namun Dendi tidak membiarkan itu dengan mudah.

"Woi lepasin! Lo ngapain sih?!" Akhirnya Suta menyerah dan bertanya pada Dendi, tapi wajahnya tetap sok cool melihat ke depan.

"Nanti lo inget kan rapat di sekre?"

"Inget."

Hari ini, sepulang sekolah, anak-anak sispala akan mengadakan rapat perdana untuk membahas pendidikan dasar atau yang biasa disebut diksar. Kegiatan diksar dilakukan untuk melantik calon anggota sispala menjadi anggota baru. Tahun ini juga merupakan perdana bagi Suta menjadi panitia diksar, begitupula bagi Dendi.

"Nah, kalo pembagian tugas, kita di bagian survey aja." Saat Dendi sudah lengah, Suta langsung melepas rangkulan lelaki itu. "Gue lagi pengen jalan-jalan." Itulah alasan Dendi ternyata.

"Lo itu jago survival, Den. Bantuin kasi materi aja lo sono."

Mengenal sejak pertama kali masuk sispala, Suta sangat tau kemampuan Dendi ada dimana. Lelaki itu jago survival, terbukti saat diksar tahun angkatannya, Suta kebagian kelompok dengan lelaki berkumis tipis itu. Saat kegiatan survival, Dendi menjadi yang paling cekatan saat harus membangun bivak –tempat berlindung sementara– dengan bahan-bahan yang ada, mencari makanan di sekitaran pantai, bahkan sampai memasak. Suta dan temannya satu lagi tidak lantas leha-leha, mereka juga membantu, hanya saja banyak hal yang dilakukan oleh Dendi ketimbang mereka.

"Males ah, gue gak bisa ngajar. Lagian, survival itu gak perlu materi, Ta. Itu butuh insting!"

"Insting pala lo. Lo hewan?"

Dendi tertawa melihat Suta yang mulai emosi. "Pokoknya gue butuh partner kayak lo buat survey nanti. Suka gak suka, gue bakalan ngajuin diri buat jadi tim survey." Dendi lalu berlari meninggalkan Suta yang menggeleng.

Tiba-tiba Suta berhenti berjalan. Dia baru ingat kalau tadi pagi dia menjemput Misti untuk pergi ke sekolah. Bukan dia yang punya ide itu, melainkan Misti. Adiknya Endra itu meneleponnya malam-malam hanya untuk meminta Suta menjemputnya, Suta menyanggupi itu tanpa bertanya alasan kenapa dia tidak pergi dengan Endra. Itu artinya ... dia harus mencari Misti untuk menyampaikan info kalau Suta tidak bisa mengantarnya pulang.

*

Tubuh Suta sontak terpental pelan ke samping saat seseorang sengaja menyenggol dirinya saat berada di depan kelas Misti. Tidak perlu melihat pun Suta sudah hapal siapa lagi yang bisa berlaku bar-bar kalau bukan sahabatnya, si Endra.

"Ta, lo mau kemana?" Endra merangkul pundak Suta erat dan menggiringnya untuk cepat melintasi ruang kelas Misti yang pintunya terbuka lebar. Suta mencoba melepaskan diri.

Dia heran apa hari ini merupakan hari merangkul sedunia? Tadi pagi Dendi, sekarang Endra. Terus entah siapa lagi nanti sore. Kalau yang merangkulnya perempuan sih, Suta dengan suka hati menerimanya. Membayangkan itu sontak saja Suta tersenyum lebar dan berhasil membuat Endra yang sekarang mengernyit heran.

"Lo kenapa sih, En?" Suta berhasil lepas saat berada di depan musholla sekolah. "Ngomong kalo ada masalah, jangan ngehindar gitu."

Endra mengendikkan bahu dengan wajah songong. "Gue gak ada masalah."

Suta berdecih tidak percaya. "Ngehindar dari Misti itu namanya masalah. Masa iya lo ngehindar sama adek lo sendiri."

Tangan Endra menggaruk rambutnya pelan, "Gak ngehindar gue, Ta."

Endra & SutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang