BAB 16

1.1K 126 9
                                    

2 minggu berlalu begitu cepat. Kini Jevano berada di kantor polisi karena ia mendapat informasi tentang Jovino dan Reihan. Polisi bilang 2 lelaki itu di deportasi dari China karena salah satunya terlibat perkelahian dengan warga asli China.

Jovino. Ia memukuli seorang laki-laki sampai masuk rumah sakit dan mengalami koma. Perkara laki-laki itu mendekati dan menggoda Reihan, membuat Jovino terbakar cemburu. Jelas saja polisi melerai perkelahian itu dan sedikit menaruh curiga pada Jovino karena caranya menyiksa korban seperti seorang psikopat. Polisi pun menyelidiki latar belakang Jovino. Setelah tau siapa Jovino sebenarnya dan tidak ada data negara yang mencatat bahwa Jovino dan Reihan resmi pindahan dari Indonesia ke China, barulah polisi mendeportasi mereka ke Indonesia.

Jantung Jevano berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia sangat degdegan karena akan bertemu dengan kembarannya sekaligus pembunuh keluarganya. Akhirnya setelah penantian panjang pembunuh itu akan di adili dan keluarganya mendapat keadilan.

Beberapa polisi datang menemui Jevano dengan 2 laki-laki dibelakangnya yang hanya menundukkan kepala. Polisi mempertemukan mereka dengan penjagaan ketat.

Setelah mengobrol sebentar dengan polisi, barulah Jevano diberi kesempatan mengobrol dengan 2 laki-laki yang sedari tadi hanya diam itu.

"99% kita mirip secara fisik tapi..."- kalimat Jevano terhenti. Ia sangat speechless melihat duplikat dirinya sendiri di depan mata, namun sayang, kelakuan mereka sangat jauh berbeda.

"Betah banget lo, Rei, hidup sama pembunuh"- ucap Jevano sambil menahan tangisnya, membuat Reihan tidak enak hati karena dulu dirinya berada di pihak Jevano tapi sekarang malah berada di pihak Jovino.

Jevano tertawa hambar melihat 2 lelaki di hadapannya yang sedari tadi hanya diam "lo harus tanggung jawab atas kematian ibu, abang dan ade gue!"- seru Jevano dengan sorot kebencian dimatanya lalu bangkit dan berniat pergi.

"Mereka keluarga gue juga"- ucap Jovino akhirnya, membuat langkah Jevano terhenti. "Lo juga keluarga gue, lo kembaran gue, Vano"- sambung nya.

Jevano membalikkan badannya menghadap ke arah Jovino "baru sekarang lo ngakuin kalo mereka keluarga lo? Dan gue kembaran lo? Kemaren kemana aja? Terus kenapa lo bunuh keluarga lo sendiri, bangsat!?"- tangis Jevano pun pecah saat itu juga. Ia terlalu lemah menghadapi hari ini. Saat itu pula Naufal datang dan segera memeluk Jevano untuk menenangkan nya.

"Gue minta maaf, Vano... Gue nyesel, Van"- isak tangis pun terdengar dari Jovino. Bahu lelaki itu bergetar hebat karena merasa sangat menyesali perbuatannya sendiri.

Naufal membawa Jevano keluar ruangan itu agar lelaki itu bisa lebih tenang. Beberapa menit kemudian Naufal kembali masuk ke ruangan itu dan berbicara dengan polisi. Setelah itu Naufal kembali menghampiri Jevano dan mengajaknya pulang.

"Sidang pertama bakal diadain minggu depan"- ucap Naufal sambil menyodorkan bubur ke arah Jevano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sidang pertama bakal diadain minggu depan"- ucap Naufal sambil menyodorkan bubur ke arah Jevano. Jevano tersenyum tipis karena teringat saat pertama kali mengobrol dengan Naufal lewat surat saat dikosan dulu.

"Gue bingung, Na"- sahut Jevano sambil mengaduk buburnya. Ia kembali memikirkan sesuatu yang dari kemarin membuatnya bingung.

"Kenapa?"- tanya Naufal namun tidak mendapat jawaban dari Jevano dan berakhir menyantap sarapan dalam diam, setelahnya Naufal berangkat kerja.

Jevano segera bersiap untuk pergi ke kantor polisi. Ia berniat menemui Jovino. Entah apa yang ingin ia katakan pada kembarannya, intinya ia ingin menemui kembarannya itu.

Setelah bertemu dengan Jovino, Jevano hanya diam memperhatikan kembarannya. Beberapa menit kemudian barulah ia buka suara.

"Sejak kapan lo tinggal di China?"- tanyanya.

"Sebenernya... Dulu gue ikut penerbangan Naufal sama Reihan pas mau nyari lo di Medan. Ya bisa dibilang gue penyusup dipesawat itu"- jawab Jovino. "Gue ngebuang hp gue ke tong sampah di bandara, gue tau polisi bisa ngelacak posisi gue lewat sinyal atau alamat IP gue"- sambung nya.

Jevano menghela nafas. Pantas saja dulu polisi bilang posisi Jovino tidak bergerak setelah di bandara. Jevano kembali menunggu cerita dari kembarannya itu.

"Gue nyulik Reihan karena awalnya buat jadi sandera biar lo gak memperpanjang kasus itu, tapi gue bodoh, yang ada malah kasus gue bertambah"- ucap Jovino sambil tertawa kecil. " Awalnya gue bingung sih kenapa Reihan baik banget ke gue, padahal dia tau kalo gue lagi nyulik dia. Lama-lama gue malah curhat ke dia tentang semua keresahan hidup gue... Gue kabur ke China karena waktu itu polisi udah tau kalo gue ada di NTB. Saat itu gue ada niat buat ninggalin Reihan tapi dia maksa buat ikut gue jadi yaudah gue ajak"- sambung nya kembali tertawa.

Entah kenapa Jevano ikut tersenyum saat melihat kembarannya tertawa. Ya mungkin saja ikatan batin diantara keduanya mulai terhubung karena obrolan 4 mata yang kini mereka lakukan. Obrolan dari hati ke hati, tanpa paksaan.

"Pasti lo udah tau kan atau mungkin lo masih inget waktu ayah ngebuang gue"- ucap Jovino terjeda, "gue ngebunuh keluarga kita karena rasa benci gue yang terlalu besar terhadap ayah sama lo... Gue ngebunuh orang-orang yang ngga bersalah"- sambung nya dengan air mata yang mulai mengalir membasahi pipi nya.

"Gue minta maaf, Van"

Jevano berjalan ke arah sel dimana Reihan berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jevano berjalan ke arah sel dimana Reihan berada. Laki-laki itu sedang melakukan masa rehabilitasi. Jevano menghampiri Reihan. Sedikit berbasa-basi, ia menanyakan bagaimana kabar lelaki itu. Sedikit melontarkan candaan karena walau bagaimanapun Reihan itu temannya dan mereka sama-sama pernah menjadi korban kejahatan Jovino.

"Setiap hari Vino nangis diam-diam dibelakang gue, dia nyesel banget udah ngelakuin hal keji ke keluarganya sendiri. Dia selalu nyalahin dirinya sendiri. Dia dihantui rasa bersalah karena terlalu mengedepankan emosi dan kebenciannya sampe tega ngebunuh ibu sama saudara kandungnya sendiri"- ucap Reihan yang menceritakan bagaimana Jovino selama ini.

"Lo tau kan dia dibesarin dengan cara yang salah sama ayah angkat nya... Itu juga yang bikin mindset nya salah, karena dari kecil udah tertanam rasa benci terhadap banyak hal.. Ayah kandung nya, lo dan ayah angkatnya".

Jevano hanya diam mendengarkan cerita Reihan. Ia benar-benar kasihan pada nasib kembarannya. Andai saja dulu Jevano menghentikan ayahnya, pasti tidak akan terjadi hal buruk seperti ini.

"Tapi dia tetap harus tanggung jawab"









-🐰🐶-

Haloo gaess.. Double up nich.. Takut besok² gak sempet makanya up sekarang wkwk.

Tapi kok lama-lama jadi aneh ya😭

Support terus ygy, dikit lagi tamat👌

ANAK RANTAU | JAEMJEN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang