BAB 15

1.1K 128 15
                                    


Gaes sebelum baca chapter ini mending kelen balik dulu ke chapter 14 soalnya chapter itu udah di revisi dan ditambah scene nya🥲 gak perlu baca dari awal kok, baca dari Reihan ilang aja👌




Gaes sebelum baca chapter ini mending kelen balik dulu ke chapter 14 soalnya chapter itu udah di revisi dan ditambah scene nya🥲 gak perlu baca dari awal kok, baca dari Reihan ilang aja👌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

3 tahun kemudian

Jevano memijat pangkal hidungnya, rasanya sangat pusing dengan masalah yang belum menemui ujungnya ini. Sudah 3 tahun berlalu namun mereka belum juga menemukan dimana keberadaan Jovino dan Reihan.

Saat ini Jevano berada di rumah dinas milik Naufal. Ya. Naufal sudah lulus S2 dan bekerja disuatu perusahaan ternama di Indonesia. Jevano selalu ikut kemanapun Naufal pergi karena semenjak kejadian 3 tahun lalu ia bergantung pada Naufal.

Naufal yang baru saja keluar dari kamar mandi pun kini menghampiri Jevano yang terlihat sangat frustasi karena kembarannya. Sepersekian detik kemudian Naufal mendengar isakan dari Jevano.

"Kalo emang kita gak bisa nemuin Jovino, hiks, gue rela kasus ini ditutup hiks"- ucap Jevano.

"Gak bisa, Jev. Keluarga lo harus dapet keadilan atas kematiannya. Lo gak boleh nyerah, kita pasti bisa nemuin Jovino"- sahut Naufal menyemangati.

Grep

Naufal menarik Jevano ke dalam dekapannya, berniat memberikan ketenangan pada lelaki yang kini menangis dipelukannya.

Naufal terkekeh melihat yang lebih tua terus menangis. Ia tau betapa sedihnya hidup yang dijalani Jevano. Tapi lelaki itu tidak boleh menyerah dan terpuruk.

"Jevano kan udah gede, masa nangis? Malu tuh sama otot"- sarkas Naufal yang mencoba menghibur Jevano.

Jevano yang mendengar akhirnya memukul dada Naufal sambil mengerucutkan bibirnya tanda tidak terima dengan candaan lelaki itu.

"Lo mah hiks.. Ngehibur apa ngeledek sih hiks"- ucap Jevano sambil menahan tangis, membuat Naufal tertawa.

"Denger"- Naufal memegang baru Jevano "di dunia ini gak ada larangannya cowok nangis. Lo boleh nangis, tapi sesekali aja udah cukup. Gak perlu nangis terus menerus——lo kuat, Jev. Gue yakin lo bisa ngelewatin ini semua... Jangan nangis lagi ya? Gue gak suka liat air mata lo jatuh"- sambung nya sambil mengusap air mata Jevano dengan ibu jarinya.

Jevano yang diperlakukan seperti itu hanya bisa diam. Lelaki dihadapannya ini selalu memperlakukan nya dengan lembut, selalu memberikan semangat dan selalu ada saat ia butuh. Kalimat Naufal barusan membuatnya terharu berujung baper.

Jevano segera memeluk Naufal. Ia yakin wajahnya kini semerah pantat monyet milik tetangga mereka. Pelukan nya pun semakin erat, melupakan fakta bahwa saat ini Naufal hanya memakai handuk karena memang baru selesai mandi.

"Duh, bangun deh adik gue"- gumam Naufal. Tentu saja Jevano tidak mendengarnya.

Disisi lain, dua laki-laki yang baru saja keluar dari supermarket itu melajukan motor gede nya menuju sebuah apartemen kecil di kota Jilin, China

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disisi lain, dua laki-laki yang baru saja keluar dari supermarket itu melajukan motor gede nya menuju sebuah apartemen kecil di kota Jilin, China.

Jovino melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, berniat mengejar waktu agar dirinya tidak telat untuk bekerja.

"Vin, pelan-pelan aja gausah ngebut"- ucap Reihan sedikit berteriak.

Reihan melingkarkan tangannya ke perut Jovino, memeluk erat lelaki yang selalu mengendarai motor bagai menantang maut itu.

Jovino tersenyum sambil menatap Reihan dari kaca spion. Sejak menculik Reihan dari rumah sakit 3 tahun lalu, hidupnya jadi lebih berwarna. Lelaki yang awalnya akan ia jadikan sandera justru malah menjadi teman hidupnya yang selalu menasehati dan menyemangatinya.

Ia teringat saat dulu pertama kali menculik Reihan, menyiksanya walau tak ada salah, membuatnya putus kuliah dan jauh dari orang-orang yang menyayangi nya. Rasanya ia ingin memutar waktu dan tidak akan melakukan itu pada lelaki yang kini ia cintai.

"Gak sia-sia gue nyulik lo sampe keluar negeri gini"- batin Jovino sambil terkekeh kecil.

Beberapa saat kemudian mereka pun sampai di apartemen kecil yang disewa oleh Jovino. Kehidupannya setelah melarikan diri ke China sangat jauh berbeda, apalagi ia membawa satu laki-laki yang sangat dicintainya.

Kini Jovino bekerja di sebuah toko roti yang ia bangun bersama kenalannya. Mereka bergantian menjaga toko roti yang selalu ramai pembeli itu.

"Lo duduk manis aja disini, gausah sok ramah sama pembeli——lo tau kan? Gue gak suka liat lo terlalu ramah sama orang-orang itu"- ucap Jovino yang selalu posesif pada Reihan.

Reihan hanya memutar bola mata malas mendengar kalimat yang setiap hari ia dengar. Ia senang karena sudah berhasil merubah Jovino, membawa lelaki itu keluar dari dark life nya. Namun ia sangat sebal pada Jovino yang selalu posesif dan protektif padanya.

Reihan memperhatikan Jovino yang mulai membuka toko roti itu. Terlihat sudah banyak orang diluar sana yang menunggu toko ini buka. Beberapa menit kemudian toko pun dipenuhi oleh pelanggan yang hampir setiap hari membeli roti disana. Jika sudah begini, biasanya Reihan hanya memainkan ponselnya saja.

Jovino sendiri selalu memperhatikan Reihan walaupun ia sedang melayani pelanggan. Ia tidak mau jika harus selalu memarahi Reihan karena lelaki itu dekat dengan wanita atau laki-laki lain.

Reihan justru walaupun sebal tapi ia sudah terbiasa dengan marahnya Jovino. Bagi Reihan, marahnya lelaki itu adalah bentuk perhatian dan rasa sayangnya. Namun yang membuat Reihan bingung adalah Jovino yang tidak pernah menembakkan tapi mengakui bahwa Reihan adalah kekasihnya. Ya seperti mengklaim hak milik atas Reihan.

"Rei"- panggil Jovino yang dijawab deheman oleh Reihan "bulan depan kita ke indo ya? Gue mau nyerahin diri, gue harus tanggung jawab atas apa yang gue lakuin"- ucap Jovino serius.

Reihan mengernyitkan dahinya "gak, Vin. Gue gak mau lo dipenjara"- tegas Reihan yang memang sudah terlanjur sayang pada Jovino "gue juga gak mau lo ketemu sama Naufal——ntar lo CLBK lagi sama dia"- sambung nya dengan kecurigaan.

"Cemburu hm? Tenang aja, gue gak pernah ada rasa sama Naufal. Kedekatan gue sama Naufal dulu itu cuma buat ngancurin Jevano aja——gue nyesel, kenapa dulu gue gak deketin lo aja ya"- ucap Jovino dengan tawa nya diakhir kalimat.

"Pokoknya enggak! Gue gak mau lo dipenjara"- sahut Reihan.

"Lo ngga takut hidup lama-lama sama gue? Gue pembunuh kalo lo lupa"

"Kalo gue takut, udah dari dulu gue kabur cari bantuan terus laporin lo ke polisi. Tapi apa? Gue malah rela tinggal sama lo bahkan bantuin lo kabur dari kejaran polisi"- ucap Reihan kesal sambil menoyor kepala Jovino.

Jika diingat-ingat, memang hanya Reihan yang berani menoyor dan memarahi Jovino. Reihan selalu menemani Jovino disaat lelaki itu terpuruk dan butuh sandaran.

Jovino menarik Reihan ke pelukannya sambil membelai lembut rambut Reihan "iya sayang——tapi gue tetap bakal nyerahin diri, kasian Jevano, dia kan temen lo"- ucap Jovino yang membuat Reihan menghela nafas.













-🐰🐶-

Paham lah ya sama apa yang terjadi diantara Reihan sama Jovino..
Ya pokoknya Reihan diculik tapi dia malah baik ke Jovino dan bikin Jovino ngerasa punya seseorang yang sayang dan peduli sama dia sampe berhasil ngerubah Jovino jadi manusia yang lebih baik terus kabur bareng terus jatuh cinta. Gitu deh pokoknya 😭🙏👌

Oke bye.

ANAK RANTAU | JAEMJEN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang