BAB 9

1.2K 153 25
                                    

Baru saja Reihan sampai di kosan setelah mengurus adik-adiknya yang kini sudah sehat kembali. Naufal justru akan meninggalkan kosan untuk sementara waktu karena ibunya dikampung bertengkar hebat dengan ayah tiri nya hingga berhubungan dengan benda tajam dan polisi. Sebagai anak tunggal, Naufal lah yang akan mengurus semuanya karena ibu nya pun hanya hidup sebatang kara jika tak ada Naufal.

Namun sayangnya Naufal tak mengatakan semua itu pada kedua temannya. Ia hanya fokus memasukkan barang-barang nya yang akan dibawa ke kampung. Mengabaikan pertanyaan demi pertanyaan yang terlontar dari kedua lelaki yang sedari tadi sangat berisik itu.

Naufal menghela nafas saat kedua lelaki itu masih bertanya kenapa ia pulang kampung tiba-tiba. Namun sepatah katapun tak ia ucapkan karena memikirkan keadaan ibunya. Saat ini pertanyaan apapun tidak penting dan tidak perlu ia jawab.

Naufal segera pergi tanpa mengatakan apapun setelah selesai berkemas, meninggalkan kedua lelaki yang justru bingung dengan sikap Naufal.

"Kenapa tuh temen lo"- celetuk Jevano.

"Temen lo juga njir—lagian mana gue tau orang gue aja baru dateng"- sahut Reihan. "lo sama dia berantem ya?"- sambung nya.

"Ya kali berantem.. selama lo di RS aja gue sama dia jarang ngobrol"- jawab Jevano sambil menyeka rambutnya.

Reihan bingung. Apa iya Naufal dan Jevano jarang mengobrol selama ia berada di rumah sakit dan panti? Apa 2 lelaki itu benar-benar bertengkar? Atau sampai berkelahi? Ah ntahlah, Reihan tidak ingin memikirkan nya.

"Naufal tuh punya pacar ya Rei?"- tanya Jevano sambil memainkan ponselnya.

"Setau gue sih ngga, cuma ya kalo deket mah kek nya ada. Tapi gue gak kenal sih soalnya cewe itu anak kampus sebelah. Cuma pernah liat Naufal jalan sama dia aja, gue pernah gak sengaja liat mereka jalan 3 kali"- jawab Reihan panjang lebar.

Jevano hanya diam sambil manggut-manggut tanda mengerti ucapan Reihan. Setelah nya mereka berdua hanya rebahan sambil bermalas-malasan saja di atas ranjang. Kebetulan memang masih suasana liburan.

Ngomong-ngomong liburan, mungkin Naufal ingin liburan dikampung dan menemui ibu nya—pikir Jevano dan Reihan.

"Besok gue pulkam juga deh, kangen banget sama mamak gue.. Adek gue udah berapa cm ya tingginya? Abang gue jadi nikah gak ya"- ucap Jevano sambil menatap langit-langit kamar kost, seakan menerawang gambaran keluarganya dikampung.

"Enak ya yang pada punya kampung halaman, bisa pulang. Kalo gue? Orang tua aja gak ada"- ucap Reihan sambil tertawa yang langsung terkena toyoran maut dari Jevano.

"Gak usah nge-dark jokes.. Lo gak tau se-dark apa nasib yang menimpa keluarga gue"- oceh Jevano yang bertujuan agar Reihan tidak merasa dirinya lah yang hidupnya paling menyedihkan diantara mereka bertiga. Walaupun sebenarnya nasib keluarga Jevano tidak seburuk itu.

Keluarga Jevano hanya jatuh miskin saja setelah ayahnya bangkrut dan meninggal. Harta warisan pun habis dipakai untuk membayar ribuan karyawan yang pernah bekerja di lahan pertanian ayahnya. Sisa harta pun sudah dipakai untuk kehidupan sehari-hari sampai akhirnya keluarga Jevano benar-benar tidak punya apa-apa lagi untuk bertahan hidup.

Ya hanya itu memang. Tidak lebih menyedihkan dari nasib Reihan yang ditinggal orang tuanya sejak kecil. Namun lelaki mungil itu percaya-percaya saja.

"Emang keluarga lo kenapa? Ayo cerita, siapa tau dengan lo cerita, beban di pundak lo bakalan berkurang"- ucap Reihan prihatin.

"Hiks.. Pokoknya sedih banget Rei hiks, gue gak bisa cerita soalnya ini masalah keluarga hiks"- jawab Jevano mendramatisir walapun nyatanya tidak ada air mata yang keluar sedikitpun.

Hari itu pun tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari itu pun tiba. Jevano menaiki kereta menuju kampung halamannya. Ia tak sabar ingin segera bertemu keluarganya. Wajahnya berseri-seri sepanjang perjalanan menuju rumah ibunya.

Jevano melangkahkan kakinya, ia hanya harus berbelok untuk sampai rumah ibunya. Namun ia bingung saat melihat rumahnya ramai. Banyak orang yang mengerumuni rumahnya. Jevano mendekat perlahan hingga akhirnya ia tiba di depan pintu. Wajah yang awalnya berseri-seri kini berubah menjadi pucat. Perlahan air matanya menetes dengan suara tangis yang tertahan. Jevano memasuki rumahnya.

"Yang sabar ya Jev, ini udah jalan Tuhan"- ucap ibu-ibu paruh baya tetangga sebelah rumah Jevano.

Jevano tak menyangka akan melihat pemandangan menyediakan di depannya. Berbulan-bulan ia tidak melihat keluarganya, sekalinya bertemu pun keluarganya sudah terbujur kaku dengan kain putih menutup wajah orang-orang terkasihnya. Apa ini semua karena ucapannya pada Reihan tempo lalu? Tapi Jevano hanya ingin menghibur temannya. Jika benar karena hal itu, Tuhan sangat tidak adil padanya.

"Hiks hiks... Kenapa kalian ninggalin Vano hiks mak, mamak buka matanya mak, abang bangun, adek—adek jangan tinggalin abang hiks"

 Kenapa kalian ninggalin Vano hiks mak, mamak buka matanya mak, abang bangun, adek—adek jangan tinggalin abang hiks"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah pemakaman selesai. Pak RT pun mengajak Jevano mengobrol. Mencoba menghibur dan menenangkan Jevano namun apa daya? Jika pak RT berada di posisi Jevano saat ini pun, pak RT pasti melakukan hal yang sama. Jevano hanya bisa menangis tersedu-sedu, sedih bukan kepalang, marah, benci, tidak terima dan ingin membalas dendam. Hanya itu yang Jevano rasakan saat ini setelah mengetahui bahwa keluarganya menjadi korban dari seorang pembunuh berantai yang sekarang masih berkeliaran di luar sana.

Keluarganya harus mendapatkan keadilan, entah bagaimana pun caranya. Karena bisa saja orang lain menjadi korban selanjutnya jika pembunuh itu masih bebas beraktifitas.

Jevano sendiri baru pertama kali seumur hidupnya mendengar bahwa di desa tempat nya tinggal ada seorang pembunuh berantai. Rasanya seperti di film saja, tapi saat ini keluarganya lah yang menjadi korban.

Bukannya bertemu kangen dengan keluarga setelah merantau berbulan-bulan lamanya, kini justru Jevano harus berpisah untuk selamanya dengan keluarga tercinta.

Jevano tidak bisa menahan amarahnya lagi, ia pun segera pergi mencari siapa pembunuh yang sudah tega melakukan penghilangan nyawa keluarganya.

Namun sudah berhari-hari Jevano mencari orang tersebut, ia tak kunjung menemukan manusia terkutuk itu. Bahkan terlalu bagus jika menyebutnya 'manusia'. 'Setan terkutuk' lebih pantas untuk seorang yang tidak punya hati nurani.











-🐰🐶-

Halo gaes.. Tiba-tiba keluarganya Jevano meninggoy nich. Ada pembunuh berantai pula, udah kek kisah kriminal wkwk

Coba tebak ada apa?
Awokawok

Janlup pot komen ygy. Oke bye.

ANAK RANTAU | JAEMJEN √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang