Chapter 20: Kencan

1.7K 172 9
                                    

Awan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Setelah turun dari sepeda motor, mood Amora tampak menurun drastis. Wajahnya ditekuk dengan bibir mengerucut. Awan jadi bertanya-tanya apa yang salah dengan Amora.

Tak mau membuat Amora bertambah kesal, Awan berinisiatif mengajak Amora untuk masuk. "Kita masuk, yuk?"

"Gak mau."

Lah? Tadi pagi Amora yang memaksa untuk berkencan. Tapi sekarang dia malah bertindak sedikit menyebalkan. Jika tau begini, Awan tak akan mengiyakan ajakan Amora dan berangkat bekerja seperti biasanya. "Kamu kenapa?"

"Pikir sendiri," ketus Amora. Ia mendudukkan dirinya pada jok motor, lalu mengeluarkan ponsel dan memainkan benda persegi itu.

Awan memutar otak. Memutar otak untuk menjawab apa yang terjadi dengan Amora. Sekarang tanggal 23 kan? Berarti jadwalnya Amora datang bulan. Pantesan sifatnya nyebelin, batin Awan setelah tersadar.

"Aku ada salah?" tanya Awan kembali. Berharap gadis di depannya menjawab. Awan sedikit meringis malu kala mendapati banyak muda-mudi yang memandang dengan tatapan geli. Mungkin, bagi mereka ini semacam hiburan gratis yang tersaji sebelum masuk ke dalam mall.

Awan kembali bertanya saat tak mendapat jawaban dari Amora. "Em ... apa ini karena aku bawa motor ngebut?"

"Bukan." Amora cemberut. "Aku udah biasa naik motor ngebut."

"Terus?"

"Ish, kamu gak peka!" Amora merengut kesal. "Aku kesel gara-gara kamu senyum ke cewek."

"Hah? Kapan aku senyum sama lawan jenis?" Awan heran. Pasalnya ia tak pernah merasa tersenyum pada gadis mana pun. Terkecuali pada Amora.

"Tadi waktu di lampu merah."

Tunggu! Awan menggali ingatannya ke beberapa saat lalu. Lampu merah? Kalau gak salah, dia tersenyum saat melihat lelaki berpakaian wanita dengan make-up super medok. Apa Amora melihat itu dari kaca spion? "Ya ampun, Mora! Dia cowok, lho! Aku gak senyum ke dia .... Oke, salah. Aku emang senyum, tapi senyumnya beda. Itu ibarat senyum pas ngeliat hal lucu. Dan, itu refleks. Aku bener-bener gak sengaja."

"Tetep aja. Aku bete sama kamu."

"Ya udah. Sebelum nonton kita beli es krim sama lollipop dulu. Biar kamu gak bete lagi. Gimana?"

"Kamu pikir aku cewek apaan yang bisa disogok sama—"

"Sama cheesecake?"

"Deal!"

Amora mengembangkan senyumnya. Ia turun dari motor. Kemudian mendekati Awan dan melingkarkan tangan pada pinggang. Sedangkan lelaki itu balik merangkul.

"Mau beli apa dulu?" tanya Awan seraya melangkah masuk ke dalam mall.

"Es krim," jawab Amora antusias.

Awan mengangguk. Sesekali tangannya terangkat mengelus kepala Amora gemas. Ke duanya berjalan beriringan menuju stand es krim.

Mata Amora kian berbinar ketika netranya menangkap kios es krim tak jauh di depan sana. Tanpa sadar tangannya tak lagi memeluk pinggang Awan dan kecepatan jalan yang meningkat. Hingga tubrukan seseorang membuat langkahnya terhenti.

Tubuh Amora terhuyung ke belakang, nyaris terjatuh seandainya Awan tak menahan tubuhnya. Sedangkan sang penabrak jatuh terduduk di lantai marmer mall yang dingin.

"Aws, sakit," rintih Intan begitu mendapati nyeri di bokongnya. Ia mendongak, lantas wajahnya berseri begitu menatap Awan. Intan memasang wajah menyedihkan dan kembali meringis.

Second Life: Breytast Awan! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang