Bab 4 [ Lukisan Terkutuk ]

320 273 322
                                    

"Matilah kau karin, semoga kau selalu sial!!"

Kata kata itu terus terngiang dalam kepala karin.

"Ada apa karin?" tanya lisa. "ahhh tidak ada" jawab karin dengan senyumnya. Mereka berdua mengobrol sampai bel masuk berbunyi.

"sampai jumpa lagi" kata lisa sambil melambaikan tangannya.

Sepanjang pelajaran karin hanya melihat keluar jendela untuk menenangkan diri. Andai saja aku bisa akur seperti chuya dan adiknya, pikir karin sedih. Karin yang tiba-tiba merasakan tangan dingin berada di pundaknya pun lalu berbalik dan berdiri. "Ada apa karin? ada yang ingin kau tanyakan?" tanya sang guru. Karin menggeleng cepat dan kembali duduk.

Tara yang duduk disebelahnya menatap karin dengan kaget. "hahaha imutnya, padahal aku tidak sengaja melakukan hal itu" kata tara hangat.

"Hah??" sahut karin yang tidak sengaja mendengar nya.

Ini pertama kalinya karin mendengar suara tara dengan hangat. Dia kembali mengingat pertanyaan lisa. "Apa kau menyukai tara?"

Tentu karin tidak, bahkan sama sekali tidak menyukai anak laki-laki itu. "yah setidaknya aku tidak akan pernah menyukainya" gumam karin.

"Karin dimana chuya?" tanya lisa. "oh dia pulang terlebih dulu untuk menjemput chiyoko" jawab karin. "Karin, apa aku bisa menginap di rumah mu?" tanya lisa ragu. Karin berhenti lalu menatap lisa sejenak. Jika dilihat lagi gadis itu memiliki paras yang cantik. "Bagaimana bisa aku menolak permintaan salah satu dari tuan putri di sekolah kita?" jawab karin dengan senyumnya.

Mereka berjalan beberapa menit dan akhirnya sampai di rumah karin.

"kita sampai" ucap karin senang. Lisa menatap sekeliling perumahan itu dan terheran. Ada sesuatu yang beda disana. "Ayo cepat masuk sebelum kabut itu datang" ajak karin sambil menarik tangan lisa.

"kabut?" gumam lisa penasaran.

"sudah lupakan saja" celetuk karin. Lisa hanya mengangguk dan masih memperhatikan isi rumah karin. Dia berjalan menuju ruang makan dan terdiam. Disana ada seorang gadis.

Rambutnya yang pendek berwarna hitam, matanya berwarna coklat dan menatap lisa dengan sayu, kulitnya terlihat sedikit pucat, namun bibirnya tetap berwarna merah muda. "Ada apa?" tanya gadis itu. Lisa seketika merinding ketika mendengar suara gadis itu. "Oh kakak" kata karin yang baru saja selesai ke kamar mandi.

Tatapan gadis itu, atau 'kakak karin' itu langsung berubah, dipenuhi oleh kebencian itu yang dirasakan lisa.

"Dasar seenaknya saja kau membawa temanmu kesini!" kata kakak karin dengan malas. "Ibu tidak pernah melarangnya jadi aku tidak sepenuhnya salah" bela karin. Kakaknya itu hanya tersenyum dan berjalan ke kamarnya.

"Karin, maafkan a-" kata kata lisa terpotong ketika dia berbalik dan melihat kondisi karin. Lisa bisa merasakan bahwa mental karin sekarang lebih down daripada biasanya.

"karin kau baik baik saja?" tanya lisa khawatir. Karin menyeka keringat dinginnya, dan mendongak lalu tersenyum "tenang saja, aku mungkin baik baik saja". Mereka berdua pun masuk ke dalam kamar karin.

Setelah berganti pakaian, karin merebahkan badannya di kasur dan memejamkan mata, sementara lisa duduk dikursi belajar karin. "Karin, apa kau selalu seperti itu ketika berhadapan dengan kakakmu?" tanya lisa. Karin menggeleng pelan dan berkata "kami memang suka bertengkar tapi kakakku, dia,,, lebih kearah membenciku daripada merasa kesal ya kau tau karena aku sering-"

"Menjadi pusat perhatian-kan?" tebak lisa.

"hmm itu benar" sahut karin. Karin menghembuskan nafas panjang dan berkata lagi "bukankah itu tidak masuk akal? seperti ayo-lah~ aku juga gak mau kayak gitu". "Aku paham karin, perasaan mu bahkan kakakmu" kata lisa tenang.

Journey of Mystery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang