Angin sore bertiup pelan, meniup beberapa daun yang mulai gugur dari pohonnya. Semakin sore, udara disekitar juga semakin dingin.
"Ini dingin dan sudah mulai gelap, aku harus segera pulang" gumam Lisa sembari merapikan tasnya. Saat ini dia sedang berada disalah satu perpustakaan pribadi milik keluarga Achilles, tempatnya tidak terlalu jauh dari kediaman utama.
"Butuh jaket tambahan Nona?" tanya seseorang dari lantai dua. Sontak kedua mata Lisa langsung melirik keatas, memastikan siapa yang ada disana. Ekspresi terkejut kini terlihat sangat jelas diwajah Lisa ketika melihat anak laki-laki dengan seragam osis serta mengenakan topi di kepala, sangat familiar di ingatannya.

"H-hanako? bagaimana kau bisa disini?" tanya Lisa tidak percaya. Seharusnya roh itu sudah tenang bersama Hitori dan menjalani kehidupan yang lebih indah. Kenapa Hanako memilih untuk kembali lagi ke bumi? batin Lisa yang tidak habis pikir dengan tingkah Hanako.
Sementara yang ditanya hanya terkekeh senang dan memainkan pisau ditangan kanannya. Beberapa saat kemudian Hanako melompat turun dan mendekat kearah Lisa.
"Kau tau keluarga ini? Segala roh berkumpul disana saat musim gugur. Itu berbahaya Nona jadi itu tugasmu sekarang " ucap Hanako dengan lembut sembari memperlihatkan foto seorang keluarga. Netra blue sky milik Lisa membulat sempurna ketika menyadari siapa keluarga itu.
"Lalu kau? Apakah kau akan pergi lagi?" tanya Lisa. Sebagai orang yang harus membebaskan Hanako dan Hitori, dia merasa memiliki tanggung jawab untuk memastikan kebahagiaan mereka juga.
"Iya, aku mungkin akan kembali atau mungkin juga tidak. Selamat tinggal Nona~" jawab Hanako sambil melambaikan tangannya, tersenyum smirk sampai akhirnya benar-benar menghilang.
Keesokan paginya, pukul 07.00 suara melengking pagar besi tua yang kini dibuka terdengar dan bercampur dengan suara beberapa daun yang patah karena langkah seseorang.
Didepan kastil dengan warna putih pada dinding dan biru untuk atapnya membuat siapapun berdecak kagum, bagaimana tidak? Kastil yang sudah berumur lebih dari setengah abad itu masih dapat berdiri tegak dihadapannya sekarang.
"Mari masuk Nona Achilles" ajak lelaki dengan jas berwarna biru tua, rambut silver yang tertata rapi, dan wajah yang terlihat tegas namun, netra blue light miliknya menampakkan rasa khawatir.

Lisa mengangguk pelan lalu berjalan mengikuti pamannya, Edward Snowden. Seorang laki-laki berusia 35 tahun yang menjadi pewaris tunggal dari semua kekayaan milik keluarga Snowden. Edward terkenal karena kecintaannya terhadap permainan judi serta minuman keras, tapi tetap dapat mempertahankan kekuasaannya di bidang perdagangan.
Gadis pirang itu sekarang bertanya-tanya apakah tatapan khawatir milik pamannya sekarang ada sangkut pautnya dengan ucapan Hanako kemarin? Beberapa kalimat yang akhirnya membuat Lisa berani mendatangi kastil keluarga Snowden.
"Kebetulan sekali Nona Achilles berada disini, sebenarnya saya ingin meminta bantuan anda" ucap Paman Edward ditengah jalan. Tidak kunjung mendengar jawaban, Edward berhenti lalu membalikkan badannya. Mencari alasan kenapa Nona Achilles tidak menjawab ucapannya.
Senyum tipis merekah di wajah Edward saat dia melihat Lisa terpaku didepan sebuah alat musik, Gramophone namanya. Sekarang gadis itu benar-benar terlihat mirip Emrys.
Menyadari tatapan lembut Edward, Lisa langsung sadar dan kembali menjaga sikapnya.
"Apa yang Paman butuhkan dariku?" tanya Lisa kemudian. Edward hanya tersenyum simpul dan kembali memimpin jalan, membuat Lisa mau tak mau harus mengikutinya. Mereka kemudian duduk di ruang tamu dan para pelayan menyajikan teh di cangkir mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Mystery
Fantastikmff lgi konslet bc aj cuy, emng rd krinj tpi gaoaoa sumpah gaoaoa