Bab 18 [ potongan yang hilang ]

87 61 143
                                    

"Chuya?" panggil seseorang dari luar. Gadis dengan rambut putih itu membuka matanya, netra ungu itu melirik kearah bayangan yang memanggil namanya dengan lembut. Disana dia melihat Kioka yang tersenyum lebar untuknya. Kioka membuka kurungan penjara dan menggandeng Chuya keluar. Gadis itu sekarang tidak punya pilihan selain mengikuti sang kegelapan tapi percayalah dia sama sekali tidak senang.

Disepanjang jalan, gadis itu melihat beberapa orang yang menunduk ketakutan dihadapan Kioka. Saat harus melewati ruang tengah, dirinya juga selalu melihat Kyoka yang membunuh orang dengan tatapan dingin dan tanpa ekspresi sedikitpun.

"Kyoka!" teriak Chuya dengan lantang. Semua yang ada disana kemudian menoleh ke sumber suara. Disana, terlihat seorang gadis dengan pakaian lusuh dan rantai diseluruh tubuhnya sedang mengikuti Kioka. Harapan orang-orang yang berada didepan Kyoka perlahan memudar. Tidak mungkin gadis kecil itu menyelamatkan kita, pikir orang-orang itu.

"Kenapa kau tidak membunuhku juga?" tanya Chuya dengan nada kesal.

"Kalau kau mati siapa yang akan menjadi mainan adikku?" jawab Kyoka yang masih tanpa ekspresi sembari mengayunkan pedangnya. 1,2,3 ... totalnya ada tiga kepala yang terpisah dari badannya. Sambil tersenyum manis Kioka kemudian menarik Chuya meninggalkan ruangan itu.

"Kau juga tidak mau melepaskan ku?" tanya Chuya dengan raut muka kesal saat dirinya kembali dirantai diatas kursi kayu. Namun, Kioka tidak menghiraukan pertanyaan Chuya dan terus mengolesi tangannya menggunakan semacam sihir yang bisa menembus organ manusia dengan lebih mudah.

"Aku tidak akan melepaskanmu sampai kapanpun, aku sangat menyukaimu jadi sekarang diamlah seperti anak anjing yang manis" bisik Kioka sembari memasukkan tangannya ke dada Chuya dan mencari letak kristal milik Rebecca. Pupil mata Chuya kembali mengecil saat Kioka melakukan hal itu. Rasanya sangat sakit dan darah terus menetes lewat mulutnya.

"Sayang sekali, putri roh itu meletakkan penghalang" kata Kioka seraya menarik tangannya keluar dengan cepat dan membuat Chuya terbatuk. Sekarang Kioka mengambil sebilah pedang dan membuat luka di tangan gadis bermata ungu didepannya. Namun secara perlahan bekas luka itu akan menutup dengan sendirinya karena kekuatan regenerasi dari dalam diri Chuya.

"Baiklah judul permainan kita hari ini adalah 'Bagaimana cara membuat penerus putri roh terluka'" kata Kioka senang. Anak itu tersenyum smirk dan menatap Chuya tajam, tangan kanannya memegang pedang sementara tangan kirinya menyentuh bibir Chuya lalu kembali berkata "kau mainan terbaik, lebih baik daripada Chiyo".

"Lepaskan aku sialan" bentak Chuya setelahnya gadis itu menggigit tangan Kioka dengan kasar sampai reinkarnasi kegelapan itu mundur beberapa langkah kebelakang.

"Baiklah aku akan melakukannya, karena aku menyukaimu, sangat sangat suka~" kata Kioka dengan senyum lebar dan pipi yang memerah. Sesuai perkataannya, Kioka menyeret Chuya dengan cepat dan memasukannya kedalam gudang bawah tanah. Sebelum meninggalkan Chuya Kioka sempat berbisik ditelinga nya.

"Paenitet hoc facere, iustus volo te me admonere et Kyoka". Lalu Chuya mengerutkan keningnya sebagai tanda bingung. Apa aku pernah bertemu mereka sebelumnya? Dan tunggu ... kenapa aku bisa mengerti ucapan Kioka, itu jelas diucapkan dengan bahasa latin. Ehh?? darimana aku tau itu bahasa latin? pikir Chuya sembari menggigit bibir bawahnya sampai berdarah.

Disaat bersamaan Chuya perlahan menyadari bahwa gudang bawah tanah ini sangat gelap dan sempit. Dirinya bahkan tidak dapat mendengar suara dari luar. Bukan gudang bawah tanah, ini hanya sebuah tempat dibawah tanah pikir Chuya sembari menahan rasa mualnya.

"Ini sangat menakutkan" rintih Chuya . Perasaan sesak memenuhi dadanya, ingatannya tentang laboratorium dulu bertabrakan dengan ingatan Rebecca yang selalu dikurung dan diberi hukuman oleh pemiliknya.

Journey of Mystery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang