Bab 11 [ 4 hari milik Chuya ]

159 155 79
                                    

~hari pertama~

Perih, itu yang dirasakan chuya disekujur tubuhnya. Dilihatnya bagian tubuh yang terluka telah tertutup perban dengan sempurna.

"Siapa yang melakukan ini?" gumam chuya sambil mencoba mengingat kejadian yang baru kemarin ia alami.

Pertama bertemu dengan dokter sialan dari rumah sakit, lalu berhasil kabur setelah sang dokter tiba-tiba meledak begitu saja. Mengingat sampai situ saja chuya langsung merasa mual. Selanjutnya adalah berlari bersama karin, turun hujan dan jatuh dari gunung yang terjal.

Mata chuya mengecil setelah mengingat semua kejadian itu. Antara takut dan tidak percaya kalau dirinya masih bisa bernafas dan bangun di perumahan miliknya.

Chuya mencoba untuk bangun dari sofa di ruang tamu lalu sekilas melihat bunga berwarna putih terletak di sebelahnya. "Sangat cantik" gumam chuya senang ketika melihat bunga itu. Chuya kemudian mengambil vas bunga berisi air dan meletakkan bunga putih itu didalamnya lalu bergegas untuk mandi.

Setelah mandi, chuya bercermin dan memperhatikan seluruh tubuhnya terutama bagian barcode di leher bagian kiri serta bekas jahitan di sebelah kanannya yang mulai terlihat bekasnya lagi. "Dokter sialan! Kristal dan barcode ini menjadi bereaksi lagi gara-gara dia" kata chuya dengan tatapan jijik ke pantulan dirinya sendiri.

"Aku tidak punya pilihan lain" gumam chuya pasrah pada akhirnya. Gadis itu berjalan menuju kamarnya dan mengambil sebuah botol kaca berisi beberapa pil berwarna ungu.

Chuya mengambil satu pil dan meminumnya. Setelah itu chuya kembali bercermin, melihat bagaimana reaksi pil itu terhadap tubuhnya sekarang. Perlahan chuya bisa melihat sesuatu dari belakangnya merangkak menuju tubuhnya. Ada yang terlihat kaku seperti mayat, ada yang lengket seperti lumpur, dan ada juga yang bertekstur seperti air, namun dari semua itu hal yang paling dibenci chuya adalah baunya yang sangat-sangat busuk sama seperti mayat yang sudah membusuk dan suara-suara aneh yang memanggilnya dengan sebutan "ibu".

Hampir setengah dari tubuhnya tertutup oleh makhluk-makhluk aneh yang berakhir menjadi bayangan hitam. Chuya juga bisa merasakan kalau kristal yang ditanam di dalam tubuhnya merasa senang karena kehadiran bayangan hitam itu.

"Inilah alasanku tidak mau terlibat lagi dengan para roh kotor itu!" kata chuya kesal. "Sekarang apa yang harus ku lakukan Chiyoko?" tanya chuya seraya memukul cermin dihadapannya sampai tangannya juga berlumuran darah.

"Hmm~, sepertinya kau banyak berubah ya, chu-ya?"

~hari kedua~

"Sakit, sakit, sakit!!!" teriak Chuya histeris disertai air mata yang mengalir dikedua pipinya.

"Eh..? Mengapa aku berteriak seperti itu?" tanya chuya sambil mengusap air matanya perlahan. Gadis itu kembali berjalan menuju cermin yang hampir hancur di kamarnya sambil membawa guntin.g.

Perlahan rambut putih yang panjangnya mencapai lututnya dipotong sampai menjadi cukup pendek, kira-kira menjadi sepanjang bahunya saja. Setelah merasa cukup Chuya melemparkan gunting itu ke sembarang arah dan tersenyum puas. "Aku lebih baik sekarang!" kata chuya senang. Walaupun senyum manis terukir jelas di wajah chuya, entah kenapa air matanya tetap mengalir. Chuya melirik jam dinding sekilas dan membuat ekspresi cemberut.

"Aku sudah sangat terlambat~!" keluh chuya dengan nada malas karena tahu sekarang sudah jam 8 pagi lewat.

"Lebih baik aku pergi mencari udara segar dulu sekarang" monolog chuya kepada dirinya sendiri. Gadis bermata ungu itu mengambil Hoodie putih miliknya dan memakai rok pendek lalu bergegas ke taman bunga, tempat yang sering dia kunjungi bersama chiyoko di waktu senggang. Apakah chuya merindukan adiknya sekarang? Entahlah chuya juga tidak paham. Chuya hanya mengikuti permintaan hati kecilnya bukan logikanya sekarang.

Journey of Mystery Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang