~Hari pertama ~
Karin membuka matanya perlahan, dan melihat ke seisi ruangan yang jelas-jelas bukan kamar tidurnya di perumahan. Kamar bergaya Jepang yang disertai jendela disisi kiri tempat tidur membuat kamar itu terasa cukup nyaman.
Karin kemudian mengikat rambut panjangnya dengan gaya bun lalu berniat untuk keluar dari kamar.
Tapi, karin tidak menyangka saat dia berdiri tubuhnya terasa sangat sakit dan membuatnya ambruk kembali ke kasur.
"Sakit ..., apa yang terjadi kemarin?" gerutu karin kesal sambil mencari-cari letak luka ditubuhnya namun hasilnya nihil, dia sama sekali tidak terluka.
"Kau sudah bangun?" tanya seseorang. Pertanyaan itu sukses membuat karin menengok kearah sumber suara. Kini karin dapat melihat Tara, anak laki-laki yang tengah bersender di daun pintu, membawa spatula dan tengah memakai celemek.
"Eh?! Apa yang sedang kau lakukan? Mencoba memasak?" kata karin sambil tertawa dan sedikit kebingungan.
Tara berjalan mendekat ke karin dan memegang kedua pipi gadis itu lalu menjawab "Ya, aku sedang memasak apa kau ingin melihatnya?"
Karin cemberut dan berusaha melepaskan tangan Tara dari kedua pipinya. Tapi, usahanya terlalu lama dan berakhir dengan Tara yang kini menggendong Karin ke dapur. Anak aneh!!!!!!!! pikir karin kesal.
Setelah sampai di dapur, Karin mengambil sendok dan mencicipi masakan Tara. Seketika mata karin membulat sempurna karena rasanya benar-benar diluar ekspektasi Karin. Kenyalnya, rasa pedasnya, kaldunya, dan tingkat kematangannya juga sangat sempurna.
Tara, anak lelaki yang terkenal dingin itu diam-diam tersenyum simpul melihat karin yang senang karena menikmati makanannya.
"Sangat enak! Terimakasih makanannya Tara" kata karin setelah menghabiskan 2 mangkuk penuh masakan Tara.
"Sama-sama" jawab Tara dengan pipi yang sudah beres merah, matanya menatap Karin dengan heran. Bagaimana perkataan sederhana tadi bisa membuat hatinya merasa lebih hangat? Namun, Tara segera menepis pikiran itu jauh-jauh, dia masih memiliki rahasia yang harus dijaga dan dilaksanakan. Anak laki-laki itu harus fokus bagaimanapun keadaannya.
"Sepertinya aku sudah siap untuk sekolah" kata karin kemudian, karena rasa sakit yang ada ditubuhnya kini sudah menghilang tanpa jejak.
"Ayo pergi bersama" ajak Tara.
Karin tersenyum senang ketika mendengar ajakan Tara lalu mengangguk antusias. Diajak oleh Tara, anak laki-laki aneh yang sok misterius menurut Karin adalah sebuah keajaiban.
"Hai karin" sapa Lisa di koridor ketika berpapasan dengan karin.
Karin berniat ingin menyapa balik namun, perasaan aneh kini menyelimuti dirinya. Warna merah darah terus bermunculan ketika ia hendak mendekat maupun menatap Lisa. Akhirnya, Karin menunduk dan terus berjalan tanpa menghiraukan sapaan Lisa.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Tara saat sampai di kelas, wajah dinginnya tampak khawatir.
"Oh! ya aku baik-baik saja" jawab Karin, berusaha untuk tetap ceria.
Setelahnya gadis berambut hitam itu terus berada disamping Tara sampai pulang sekolah. Tentu ada rumor yang menyebar tentang kedekatan mereka berdua. Rumor itu menyebar begitu cepat, hampir menjadi topik pembicaraan seluruh siswa-siswi.
"Kau melihatnya? Gadis yang terus menempel pada Tara hari ini?"
"Sangat menjijikkan!~"
"Haus perhatian sekali"
"Padahal cantik tapi kelakuannya sangat membuatku muak"
Kalimat itu terus terdengar sepanjang Karin berada di sekolah. Entah ketika sedang makan, mengerjakan tugas, atau bahkan hanya mencuci tangan, semua mata sinis dan omongan itu terus menuju ke arah Karin. Gadis dengan netra coklat itu hanya bisa menghembuskan nafas panjang, berusaha tidak peduli karena pada akhirnya dia akan mendengar hal itu untuk beberapa hari ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey of Mystery
Fantasimff lgi konslet bc aj cuy, emng rd krinj tpi gaoaoa sumpah gaoaoa