Part 22-End

265 13 2
                                    


Sorry typo

****

"NGGAK PAKE LAMA!!"

Ada apa lagi ini?!

Aku menatap Nisa dan Ammy sambil terbelakak. Sungguh Aku sangat malu, kalian tau, suara itu kedegaran keseluruh sekolah. Lagian emangnya tidak ada guru apa? Mengapa Risma dengan tidak ada kerjaannya memanggilku dengan toa. Oh, aku baru saja meremehkan otak cerdik si Risma.

"Gak seriusan kan gue dipanggil? Itu kan suara Risma" kataku pada Nisa. Tetapi bukannya menjawab Nisa malah bangkit dari duduknya kemudian menarik tanganku otomatis aku ikut berdiri.

"Udahh pergi aja sana keruang seni, lama amat" kata Nisa lalu ia menarik tanganku untuk pergi dari kantin.

"Ngapain coba? Palingan si Risma iseng doang"

"Kalo iseng, mana mungkin dia sampe nerobos kantor guru cuma mau manggil lo? Nggak ada kerjaan banget" ucap Nisa sambil tetap menarik tanganku sampai keruang seni. Ammy pun ikut membututi. Ketika sampai, oh! Disini rame buanget! Gila.

"Heh lo lo semua minggir! Nih ALVIA REIANA mau lewat!" Teriak Nisa kepada cewek–cewek yang mengerumuni ruangan kesenian tersebut. Seketika mereka terdiam semua lalu meliatku. Aku merasa risih jika menjadi pusat perhatian seperti ini.

"Dah sekarang lo masuk" ujar Nisa kepadaku.

"Mang harus apa?" Tanyaku, ya siapa tau aja ini hanya ulah Risma

"Ihhh lama ya lo!! masuk sana buru!" Sepertinya Nisa kesal sendiri melihatku.

Akhrinya pun dengan sangat terpaksa aku memasuki ruangan tersebut dengan Nisa dan Ammy yang menjaga pintu diluar seperti satpam. Yaampun.

Aku sangat bingung apa yang terjadi sekarang. Jika mereka memang bercanda denganku, tidak mungkin sampai seperti ini. Terdengar grasak grusuk dari luar, siapa lagi kalau bukan cewek–cewek alay. Aku bisa melihatnya dari jendela. Mereka mengintip intip.

Didalam ruangan ini sangat gelap. Entah untuk apa Risma menyuruhku untuk kesini. Aku pernah keruang seni sebelumnya, kalau tidak salah saklar lampunya ada dibalik pintu dan ternyata.. Yak benar! Kini lampu sudah hidup.

Ketika aku membalikkan badanku kebelakang, betapa kagetnya saat melihat David tiba–tiba muncul dari samping lemari.

'Oh my god! DAVIDD!!!'

Takku hiraukan lagi penonton alay yang ada diluar sana. Mataku hanya terfokus kearah David. Untuk apa dia disini? Bukanya yang Tadi memanggilku tadi Risma?

"Ngapain lo disini?" Pertanyaan itu akhirnya keluar juga.

Tapi bukannya menjawab David maju tiga langkah supaya lebih dekat denganku, membuatku lagi–lagi bingung setengah mati.

Kulihat David menghembuskan nafas berat kemudian mulai berbicara "Vi, disini gue bakal ngejelasin semua yang lo nggak mengerti. Berawal da—"

"Stop. Gue udah mengerti sekarang. Gue udah tau semuanya tentang cerita lo, tentang hidup lo, dan bahkan tentang perasaan lo sama gue. Jadi lo nggak perlu jelasin lagi" aku langsung memotong pembicaraannya. Jelas aku tau, apa yang ingin dia jelaskan.

David mengangkat kedua alisnya, mungkin ia terkejut karena aku tiba–tiba bicara seperti itu.
"Sebelumya gue mau minta maaf sama lo, karena dulu gue sempat nggak percaya sama lo. Karna gue pikir lo itu cuman pingin php in gue doang" lanjutku menatap mata David

David maju lagi selangkah sehingga sekarang kami benar–benar sangat dekat. "Nggak Vi, disini lo nggak salah. Tapi gue yang salah. Gue ngasih lo harapan tapi gue malah gantungin lo, gue udah buat lo nunggu lama. Tapi percaya sama gue, dari awal gue nggak punya niat buat php ini lo"

Curious [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang