Gwen Khawla Zayeda (end)

11.6K 1.3K 58
                                    

Ini setara dengan 2 bab🥲

Btw, semua saran di bab sebelumnya maaciw yaps❤
Tipe kulitku itu berminyak parah. Jadi gampang jerawatan.

Semoga kita para pejuang acne segera merdeka dari jajahan menyakitkan itu🥲

***

Setahun berlalu begitu cepat. Gwen mulai terbiasa dengan hari-harinya tanpa Gandi. Semenjak insiden di kelas waktu itu, Gandi tidak lagi menganggunya. Kadang lelaki itu hanya memberikan senyum saat tanpa sengaja mereka berpapasan.

Hanya sekadar senyum. Tidak ada kerlingan nakal atau sikap kurang ajar lainnya yang lelaki itu lakukan pada Gwen seperti sebelumnya.

Mendapatkan perubahan sikap Gandi yang begitu cepat membuat Gwen awalnya canggung. Ia berusaha menenangkan detak jantungnya setiap Gandi memberikan senyuman manis padanya.

"Lo bawa mobil?" tanya Greta sambil memeluk lengan Gwen. Mereka baru saja keluar dari perpustakaan.

"Gak. Gue nebeng sama lo ya," kekeh Gwen.

"Yah, padahal gue yang mau nebeng, Gwen. Gue dianter tadi sama Genius."

"Yaudah, pesen taksi aja kita," saran Gwen.

Greta mencebikkan bibir, lalu sesaat kemudian tersenyum lebar menatap punggung seseorang yang perlahan menjauh. Greta harus melakukan sesuatu untuk Gwen.

"Adam!"

Lelaki yang Greta teriaki itu menoleh dengan bingung. Gwen juga sama bingung. Tidak biasanya Greta memanggil Adam, si ketua kelas mereka sejak kelas 2 tahun lalu.

"Nape lo?" tanya Adam.

"Gue sama Gwen nebeng lo boleh gak?"

"Gue bawa motor. Mau jadi cabe-cabean lo berdua?" tanya Adam dengan sinis.

Greta mendengkus. Semenjak lelaki itu berhasil move on darinya, Adam jadi kurang asem. Greta sering kali mendapatkan perlakuan sama seperti teman-temannya yang lain. Tidak ada lagi Adam yang manis.

"Lo aja sama Adam, biar gue-"

"Gue bawa mobil," sela seseorang. "Sama gue aja," lanjutnya menatap Gwen dan Greta bergantian.

"Oke," kata Greta tanpa menanyai Gwen setuju atau tidak.

Gandi berjalan lebih dulu, kemudian diikuti oleh Greta yang menarik lengan Gwen bersamanya. Mereka mengikuti Gandi menuju parkiran mobil.

"Yang!"

Gwen menoleh pada suara Genius yang mendekat. Greta sontak mendekati Genius dengan raut senang. Berbeda dengan Gwen yang menatap sepupunya itu dengan sebal. Pasti Genius akan mencuri Greta darinya.

"Lo balik sama Gandi ya, Gwen. Gue sama Greta mau-"

"Gue pake taksi aja," tolak Gwen.

Gandi hanya memberikan senyuman maklum saja melihat bagaimana Gwen sangat tidak ingin berdekatan dengannya. Tidak masalah. Semuanya memang kesalahan Gandi yang seenaknya selama ini. Jadi wajar kalau Gwen merasa waspada dengannya.

"Rumah lo sama Gandi deket. Ngapain naksi taksi. Gan, gue titip sepupu cantik gue. Jangan lo apa-apain. Awas aja lo," ancam Genius.

Dengan terpaksa Gwen menurut saja karena Genius memberikan tatapan tajam padanya. Lelaki itu benar-benar sialan. Harusnya kan Genius bisa membawa Gwen sekaligus. Sepupu pelit bensin.

"Ayo," ajak Gandi.

Gwen masuk ke dalam mobil Gandi, lalu duduk dengan tenang setelah memasang sabuk pengaman. Ia menunggu Gandi menjalankan kendaraannya meninggalkan area sekolah.

SHORT STORY NEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang