Menjalani asmara, lalu kisahnya kandas tanpa alasan yang bisa diterima. Gadis mana pun pasti akan sakit hati. Sama halnya dengan Naura. Gadis cantik yang memiliki darah keturunan Belanda itu sudah berusaha untuk bisa kembali menjalin kasih dengan mantan terakhirnya. Gandi.
Tapi tidak semua usaha dan rencana bisa terealisasikan dengan sempurna di saat niatnya ingin kembali malah membuat Naura mendapati sebuah fakta. Gandi menjalin hubungan dengan adik kelasnya yang kebetulan juga akrab dengan Naura.
Dilanda bimbang, Naura memutuskan untuk menyerah. Tidak ada kesempatan untuk membalaskan sakit hatinya pada Gandi. Biarkan saja karma berlaku dengan sendirinya.
Waktu yang terasa cepat berlalu membuat Naura kini lulus dan meninggalkan sekolah. Tempat di mana ia sering dipuja karena kepintaran dan kecantikannya. Tempat di mana ia menemukan banyaknya cinta dan luka.
Bagi Naura, melupakan memang tidak mudah. Tapi ia akan terus berusaha. Apalagi ada kesibukan yang harus ia jalani ke depannya. Mungkin saja Naura tidak akan tertarik lagi untuk cinta pura-pura dan permainan lelaki seperti yang Gandi lakukan padanya.
"Nau, lo udah absen?"
Naura yang sedang membereskan alat tulis dan buku-buku yang berserakan di lokernya seketika menggeleng pelan. Ia menoleh pada sahabatnya, Vika.
"Lo udah?" tanyanya.
"Udah. Btw, Nau, di klinik ada Arjuna. Kalau lo mau absen mending nanti deh. Tunggu dia pergi dulu."
Naura tersenyum saja. Gadis itu melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Kalau ia menunggu lelaki bernama Arjuna itu pergi dari klinik, artinya Naura harus menunggu entah sampai kapan. Sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore.
"Vik, ayo," ajak seseorang yang baru saja menghampiri mereka.
"Lo udah absen?" tanya orang itu pada Naura.
"Belum. Lo udah?"
"Udah barusan. Ada Arjuna di klinik. Lagi ganti perban. Gue mau bantu, tapi males pas lihat muka ngeselin tuh anak."
"Gue juga. Kayak, bodo amat deh. Lagian siapa suruh bad boy," sahut Vika dengan wajah kesal yang langsung diangguki oleh orang itu.
"Kita duluan gak papa?" tanya orang itu lagi.
"Iya, duluan aja. Gue masih harus ke kelas juga ambil tugas. Bye," kata Naura sambil melangkah pergi dari hadapan kedua sahabatnya. Vika dan Ariana.
Naura berjalan menuju kelas. Setelah mengambil tugas di atas meja dosen, ia kembali meninggalkan kelas yang sudah sepi tak berpenghuni. Naura ingin segera pulang dan membersihkan diri. Jadwal kuliahnya hari ini sungguh padat dari pagi hingga sore. Belum lagi ia juga berjaga di klinik kampus sejak pukul 3 sore.
Langkah kaki Naura membawanya menuju ke klinik yang berada di sebelah gedung fakultasnya. Kadang Naura ingin mengeluh lelah. Baru memasuki semester 2 tapi ia sudah seperti wanita pekerja. Kalau saja Naura tahu kuliah itu melelahkan, lebih baik ia meniru jejak kakaknya yang menjadi model busana.
"Glen?"
Naura mendengar seseorang memanggil. Ia mendekat dan membuka tirai yang menghalangi. Di sana, di atas sofa di dalam klinik ada seorang lelaki yang tengah meringis kesakitan.
"Glenna udah balik. Lo gak papa, Kak?" tanya Naura.
Lelaki yang Naura tanyai tersebut sontak menatap Naura, lalu memberikan gelengan kepala pelan. Naura ingin berbalik pergi, tapi lelaki itu malah memanggilnya.
"Gladis,"
Naura berdeham. Dari sekian banyak anak kampus yang mengenalnya, hanya lelaki ini yang memanggilnya dengan nama berbeda. Nama lengkap gadis itu memang Gladisya Naura Charisma. Tapi sejak masuk sekolah dasar, guru dan teman-temannya memanggil Naura. Bahkan orangtua dan keluarganya juga sama.
"Ada alkohol lagi gak?" tanya lelaki itu.
"Sebentar," Naura berlalu menuju lemari tempat penyimpanan obat-obat di klinik. Ia juga menyempatkan diri untuk absen terlebih dahulu.
"Ini," kata Naura sambil menyerahkan sebotol alkohol di depan lelaki itu.
"Thank you," balasnya.
Naura berbalik meninggalkan lelaki itu. Ia harus mengecek beberapa hal sebelum benar-benar meninggalkan klinik. Ada tanggung jawab yang Naura pegang hari ini.
Setelah memastikan semuanya aman, Naura menghela napas lega. Ia mengunci pintu ruangan dokter, lalu melangkah melewati tempat di mana lelaki tadi masih di sana. Naura tidak tega melihatnya. Ia mendekat, lalu mengambil alih kasa dari tangan si lelaki.
"Minta tolong gak bikin harga diri lo merosot, Kak," kata Naura dengan tenang.
Naura cekatan sekali membersihkan luka di perut lelaki itu. Mendengar suara rintihan perih dari orang di depannya membuat Naura geleng-geleng kepala. Ia sampai menelan ludah saat merasakan rambutnya yang tergerai dipegang oleh lelaki itu.
Naura kembali fokus membersihkan luka, lalu mengganti perban di lukanya sebelum menghela napas lega karena selesai juga tugasnya. Naura menepis tangan di rambutnya membuat lelaki itu berdeham.
"Thank you," katanya.
"Hm. Nanti malam diganti lagi sebelum tidur. Biar cepat sembuh."
"Hm."
Naura melangkah pergi setelah membereskan meja yang berserakan obat oleh lelaki itu. Ia tidak mengetahui bagaimana lelaki itu menatapnya cukup intens sampai dirinya benar-benar menghilang.
"Sial. Otak gue kacau banget," maki lelaki itu dengan kesal sambil mengusap wajahnya karena tadi sempat melihat belahan dada Naura.
Lagipula, kenapa gadis itu mengenakan dres dengan potongan dada rendah? Bukan salahnya kan kalau saat Naura berlutut di depannya tadi belahan dada gadis itu mengundang pikiran kotor? Apalagi mereka cuma berdua. Kalau saja ia tidak bisa menahan diri, Naura pasti sudah habis ia cicipi.
Lelaki bernama Arjuna itu menunduk memperhatikan perutnya yang tadi disentuh oleh Naura. Sentuhan gadis itu menggelitik di sana. Bahkan sampai hingga ke pangkal pahanya. Arjuna dibuat pusing seketika. Sedikit saja Naura salah sentuh, dijamin adik kecilnya di bawah sana akan menegang.
Di parkiran kampus, Naura menenangkan debar jantungnya. Sial. Tadi itu benar dirinya? Kenapa bisa Naura setenang itu membersihkan luka Arjuna yang posisinya sangat berbahaya. Bahkan Naura sekuat tenaga untuk tidak menatap ke sana. Ke pangkal paha Arjuna.
"Gila. Kalau Vika sama Ariana tahu, gue habis di ceng-cengin," gumam Naura dengan wajah tegang.
Naura menggeleng berulang kali sebelum menginjak pedal gas. Ia juga menoleh saat melihat sebuah mobil sedan mewah berhenti di depan klinik dan Arjuna keluar dari sana. Lelaki itu masuk ke dalam mobil dan sempat menatap ke arah mobil Naura.
"Sadar, Nau. Inget, kalau lo kuliah harus bener-bener. Gak boleh nakal kayak geng Sintia. Nilai lo gak boleh anjlok. Bokap lo garang dan tegaan. Bisa-bisa jatah bulanan lo dipotong 50 persen dan lo gak bisa foya-foya."
Naura menghela napas sambil mengepalkan tangannya ke udara. Ia mensugestikan dirinya sekaligus memberikan kobaran semangat untuk tidak terlibat dengan kisah percintaan di kampus. Apalagi dengan lelaki seperti Arjuna. Si batu es.
***
Mau aku kelarin hari ini. Bisa gak yaaaaa vote nya digercepin getooohhhh🌚
Btw, ini bakal ada 💦💦 nya. Maklum, anak kuliah kan fase nakal dan bebas😭 gak semua sih, tapi PASTI ada🌚
Gaskeun?
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...