Kepalanya hanya mampu bersandar layu di atas kasur, matanya mulai terbuka sayu, tangannya mengepal penuh linu, namun tubuhnya masih menagih nikmat dari Jaehyun, masih belum puas setelah terbombadir sentuhan demi sentuhan tak berujung.
Buktinya, pantatnya masih antusias menukik naik, apalagi saat dia rasakan tangan besar Jaehyun telungkup sempurna di atas dua pipinya, meremat area itu cukup kuat, tidak sampai sakit yang buat dia mengaduh nyeri, melainkan memberikan sensasi memantik bibir untuk mendesah lagi.
Meski detik selanjutnya erangan berdesir dengan rasa merinding dari ujung kaki ke ujung kepala, kala dia rasa Jaehyun menusukkan lidah pada analnya. Meski, dia sudah yakin telah bersihkan diri semaksimal mungkin, bahkan ketiaknya harum nan halus untuk kini dikecup, namun tetap tidak tenang rasanya, tetap cemas merasuki dada, pikirannya jadi kalut seketika, merasa tidak terbiasa dengan sentuhan yang diberikan.
Jaehyun mengeksplor tubuhnya, jengkal demi jengkal diperhatikan, ditempa sesuai apa yang si kakak tingkat inginkan, namun tidak sekalipun terlintas dalam bayangan akan ada waktunya lidah Jaehyun menyapu bolak balik di vulvanya, menusuk vagina dan anal secara bergantian.
Jaehyun tentu sadar, dengan reaksi Taeyong yang langsung refleks dua otot pantatnya, kencang mencoba menutup diri, menyembunyikan cincin kecil yang begitu rapat, tertutup manis.
Dia tertegun melihat Taeyong yang masih berserah diri, entah karena memang anak itu memang mau atau ego yang terlampau tinggi, atau memang Taeyong nyatanya menikmati tiap titik baru yang dia sentuh, inci demi inci.
Awalnya, Jaehyun hanya ingin observasi, sejauh mana Taeyong bisa ikuti permainannya dan dia tidak berekspektasi kalau Taeyong akan mampu mengikuti semuanya, membuat kepalanya putar otak mencari cara bagaimana dia bisa dengar Taeyong menyerah-namun, dengan dia lihat Taeyong yang sudah lemas nyaris pingsan saja masih menguatkan diri untuk nungging cantik di depan mukanya, dia yakin Taeyong adalah harta karun yang ditakdirkan untuknya, diciptakan untuk dipasangkan untuknya.
Made him fell for her, even more than he had been.
Dia tarik lidahnya dari vagina basah Taeyong sampai anal kering sekering gurun pasir, berharap salivanya bisa cukup untuk setidaknya memberikan godaan kecil, namun dia temui yang ada isi kepalanya pecah berantakan saat dia coba tusukkan lidahnya pada cincin anus Taeyong dan sekuat apa tolakan yang diberikan oleh otot kecil itu.
Dia buka lagi pantat Taeyong, dia pisahkan dua pipi mungil itu sejauh yang dia bisa, dia harapkan lubang Taeyong memberikan secerca area, meski alih-alih demikian, yang dia dapati adalah cincin anal Taeyong yang kian kuncup di hadapannya.
Jaehyun terkekeh ringan, dengan dua tangan yang tanpa sadar meremat kuat, memantik lenguhan dari bibir Taeyong yang sudah bengkak.
"Bohong, ya?" tanyanya, seraya dia ayunkan naik turun jempolnya pada lubang belakang Taeyong, menggesek sesekali kukunya pada pintu yang begitu rapat menutup diri itu, "How big was your dildo at home and how is your ass still gripping so tight like a fucking virgin?"
Kepala Taeyong seakan terhuyung dan terbentur tembok segitu kuatnya, pening meremat kepala, kala dia dengar ejekan Jaehyun semakin membakar nafsunya.
Taeyong bisa rasakan hangat tubuh telanjang Jaehyun kini menyapu seluruh punggungnya, tangan Jaehyun memeluk lehernya dari belakang, mencengkram erat dagunya, lalu dia mengaduh kencang karena dia rasakan kelingking Jaehyun mengorek lubang analnya, memaksa akses masuk yang masih pelit dia simpan.
"Who do you think you're trying to fool, doll?"
Doll. She is just a mere doll.
His doll.

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET
Hayran Kurgu[ROMANCE] [GENDERFLUID] secret, after secret, and a secret upon it. [!!] warning: - mature content (tag. penetrative sex, squirts, rough sex, deepthroating) please be wise before clicking this story, be aware of the tags given. if any of the war...