thumping heart

9.7K 306 57
                                    

Kalau bisa, dia mau menggelindingkan badannya dari kamar sampai dapur. Rasa perih di pantatnya, juga pinggangnya yang pegal luar biasa, membuat Taeyong jalan tertatih, dua tangan di panggul, untuk temui Jaehyun yang masih asik buatkan sarapan untuk mereka.

Berhubung, Taeyong tidak bawa barang apapun selain laptopnya, jadi pakaiannya kini hanya kemeja Jaehyun yang untungnya kebesaran, bisa menutupi tubuhnya sampai sepaha. Celana dalam yang kemarin dia gunakan sedang dia cuci agar setelah kering bisa dipakai lagi dan untuk sementara, bagian bawahnya dibiarkan telanjang. Toh, dia juga tidak siap merasakan gesekan kain di area tubuhnya yang babak belur bekas permainannya dengan Jaehyun.

Sementara Jaehyun sudah rapi, kaos dan celana lengkap dipakai, kini berdiri di depan kompor untuk menyelesaikan hidangan.

Jaehyun bikin sup ikan yang dia beli bahannya di toko kelontong tidak jauh dari tempat mereka menginap, katanya mereka perlu makanan berat setelah kegiatan yang 'berat' juga.

Selama bukan dia yang masak dan keluarkan banyak tenaga, Taeyong mengangguk setuju saja. Duduk di kursi meja makan dengan patuh, menonton Jaehyun yang tengah bawakan mangkok sup dan nasi untuk mereka berdua.

"Whoa."

Taeyong kagum melihat kalau ada side dish sederhana yang Jaehyun siapkan. Meski hanyak telur gulung dan kimchi instan, jauh lebih baik dibanding hanya makan nasi dan sup saja.

"Bon appetite." Jaehyun usak rambut Taeyong sebelum dia duduk tepat di samping Taeyong. Dia raih dengan sumpitnya sepotong telur gulung dan ditaruh diatas nasi Taeyong yang masih mengepul, "Makan yang banyak."

"Makasi," balas Taeyong, terharu.

Mereka sarapan cukup pagi dari yang mereka kira-masih pukul sepuluh dan hidangan sudah siap. Sebenarnya, kalau Jaehyun tidak memaksakan diri untuk segera masak, bisa jadi mereka makan jam tiga sore.

"Kak, aku mau minta tolong ambilin minum, dong."

Kalau kata Mama, saat baru bangun, hal paling baik yang dilakukan bukanlah memakan penis teman sendiri tapi minum air mineral pagi-pagi. Harusnya, dia patuhi itu karena jika tidak, maka beginilah jadinya-pinggangnya pegal minta dia lepas, rasanya untuk ayunkan kaki dan ambil minum begitu berat, seakan ada beban satu ton menahan tungkainya.

"Dingin?"

"Hm-m."

Jaehyun sigap ambil gelas dan menuju dispenser, dia isi penuh untuk Taeyong yang geraknya kini terbatas.

Meski, lucu rasanya ketika bangga mencoba berontak di dalam dada. 'I made him that way.' Menggema dengan tidak layak dikepala, yang coba dia tepis sehingga senyum yang ditampilkan bukan seringai, namun ketulusan dari hatinya yang paling dalam.

Rencananya, Jaehyun mau ajak jalan-jalan mengitari pantai, berhubung penginapan mereka langsung suguhkan penampilan hamparan laut sepanjang mata memandang.

Masih banyak kapal nelayan lalu lalang, sejuk angin berhembus dan ombak berdebur kiranya bisa buat Taeyong lebih tenang, lebih nyaman, sekaligus lupa sesaat tentang pegal linu yang mendera. Selain itu, mengingat mereka baru saja lewati konflik dengan sukses, dia rasa Taeyong butuh menyegarkan otak dengan bersantai di atas pasir.

Taeyong pinjam celana Jaehyun-yang untungnya muat-dan naik ke punggung kakak tingkatnya, dimana Jaehyun langsung secara sigap mengendongnya dan langsung lari menyapa pantai.

Lega, rasanya menyapa angin yang kencang menabrak mereka, membawa segala beban untuk ikut terbang melayang.

Tangan Taeyong semakin erat peluk leher Jaehyun, takut jatuh dari gendongan karena badannya melonjak kencang seiring cepat kaki Jaehyun berlari.

SECRETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang