Tatapannya jatuh ke jalanan, tangan erat memeluk lengan Jaehyun, bibir dia gigit kuat dengan gumpalan hasrat yang tercekat di kerongkongannya.
Bukan, bukan karena dia merasa malu dengan apa yang dia kenakan- meski, dia akui itu juga salah satu faktornya, namun ada yang lebih besar sampai alasan itu tereleminasi.
"Jaehyun- don't-"
"Apa?"
Sinis Taeyong lirik ke Jaehyun yang tidak menopang beban sebesar dirinya.
Padahal, dia hendak jalan penuh percaya diri, memamerkan hasil riasan yang satu jam dia geluti di depan kaca, serta pakaian yang akhirnya kesampaian dia kenakan di depan publik, namun yang ada tidak sesuai ekspektasi- sepanjang jalan menuju kafe, dia merunduk dengan dua kaki mengapit kencang.
Nafasnya mulai menderu cepat, dia bisa rasakan wajahnya panas merona, kulitnya mulai terasa lembab akan keringat.
"Please?" bisik Taeyong lirih, minta Jaehyun berhenti usil menggetarkan vibrator mini yang tertanam dalam dirinya.
Normal date? Persetan.
"Okay," kekeh Jaehyun singkat, "Sorry." Patuh, dia matikan getaran yang mampu dia kirimkan pada Taeyong. Remotnya dia masukkan ke dalam saku, lalu dia kempit lengan Taeyong yang melingkar memeluknya lebih erat.
Taeyong putar matanya kesal. "Masi jauh?"
"Engga. Bentar lagi sampe."
Akhirnya.
Setelah berjalan lima menit- rasanya seperti lima hari-dari tempat parkir ke tempat yang Jaehyun tunjukkan, akhirnya bangunan yang akan mereka tuju mampu netra mereka tangkap bayangannya.
Sepanjang jalan setapak, ramai kafe berdiri berdampingan, masing-masing punya daya tarik sendiri, namun entah apa yang membuat Jaehyun memilih secara spesifik kafe yang kini akan mereka datangi.
Mungkin, karena pemilik kafe itu milik saudaranya? Atau- teman? Pastinya mereka orang-orang yang dekat dengan Jaehyun, jika dilihat dari bagaimana mereka disapa saat masuk.
Tempatnya tidak terlalu ramai, tidak terlalu padat. Jaehyun ajak dia ke lantai dua dan tidak ada satupun insan menemani mereka makan siang disana- yang mana sebenarnya bukanlah hal yang baik untuk Taeyong karena Jaehyun pasti tidak akan pikir dua kali untuk mengusilinya.
"Did I misheard your offer?" gumam Taeyong.
"Engga," geleng Jaehyun, "This is what a normal date looks like."
"Looks like. Yes," sinis Taeyong.
Taeyong melenguh lega, lepas dari lima menit yang penuh petaka.
Lagipula, harusnya Taeyong tidak telan mentah-mentah perkataan Jaehyun- itu salahnya, murni kebodohannya.
Seharusnya, sejak Jaehyun minta dia duduk di atas pangkuan, alur Jaehyun mampu dia baca; kiranya bagaimana skenario paling mustahil yang mungkin terjadi.
Namun, otak Taeyong terlalu beku dari kaget pasca dengar tawaran Jaehyun. Jadi, saat temannya itu eratkan dekapan, mengecup lehernya ringan, dia sudah terlalu telat hadir dalam realita- sadar akan tawaran bodong yang dia terima. Tiba-tiba saja dia melenguh merasakan benda bulat kecil dilesakkan ke dalam dirinya dan yang dia dapatkan sebagai jawaban adalah cengiran usil dari Jaehyun.
Taeyong luruskan punggungnya, bersandar pada kursi, meregangkan otot-otot tubuhnya yang dari tadi mengejang menahan kejutan getaran pada daerah sensitifnya.
Dia lirik dirinya pada layar ponselnya yang terkunci; oh, penampilannya-
"Masi cantik, tenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET
Fiksi Penggemar[ROMANCE] [GENDERFLUID] secret, after secret, and a secret upon it. [!!] warning: - mature content (tag. penetrative sex, squirts, rough sex, deepthroating) please be wise before clicking this story, be aware of the tags given. if any of the war...