ix. Tiffany

200 26 13
                                        

Jeno dan Jaemin berada di mobil setelah tadi mereka pergi membeli speaker untuk kamar Jeno. Padahal di kamar Jeno sudah ada 8 speaker, ditambah yang baru kini ada 10 speaker.

Apakah Jeno berniat merobohkan gedung apartemen mereka dengan getaran dari 10 speaker-nya? Itu yang timbul di pikiran Jaemin.

Tiba-tiba ponsel Jeno yang berada di holder yang menempel di dashboard mobil berbunyi.

Hyung calling.

Jeno langsung menyentuh tanda terima telepon dan menyentuh tanda loud speaker di ponselnya.

"Wae?" Kata Jeno datar, yang menurut Jaemin tidak sopan sekali bicara seperti itu pada Hyung-nya.

"Jeno, aku ada tugas mendadak ke Busan. Kamu ke rumah ya?!"

"Tapi Hyung."

"Kasian Eomma sendirian, lagi pula kamu jarang menginap sekarang."

Jeno diam, nampak berpikir.

"Baiklah Hyung, aku kesana sekarang."

Dan panggilan itu terputus begitu saja oleh Hyung-nya Jeno.

"Boleh minta tuker Hyung ga sih?" Kata Jeno kesal.

"Bersyukur saja kamu punya saudara, aku sering iri melihat orang-orang yang bisa bermain dengan kakak adiknya atau dengan keluarganya." Kata Jaemin datar.

Jeno melirik ke arah Jaemin. Teringat kalau Jaemin itu sebatang kara. "Maaf."

"Gapapa Jeno." Jaemin tersenyum manis sekali.

"Weekend ini kamu free kan?"

Jaemin mengangguk.

"Kita ke rumahku ya?"

"Tapi Jeno..." Jaemin tidak siap bertemu dengan istri orang yang telah dia bunuh, sempat depresi pula.

"Eommaku ga gigit kok."

"Eh?" Jaemin menatap Jeno bingung.

Jeno tertawa sambil terus konsen mengemudi.

"Eomma pasti suka sama kamu yang imut."

"Iyadeh." Jaemin terpaksa ikut ke rumah Jeno.

"Kamu bisa tidur kalau ngantuk, rumahku masih jauh di pinggiran kota."

Jeno memutar lagu untuk mengantar Jaemin tidur, akan memakan waktu hingga satu jam untuk sampai di pinggiran kota. Walau rumah Jeno di pinggiran kota, tetapi termasuk kawasan yang aman karena terletak di kompleks perumahan yang sistem keamanannya bagus.

Setelah menyetir hampir satu jam, mereka berdua sampai di rumah Jeno.

"Jaeminie." Jeno mengelus pipi Jaemin. Jaemin yang sensitif segera membuka matanya, melihat sekeliling, dia sadar bahwa dia ada di mobil Jeno.

"Kita sudah sampai."

Jaemin mengangguk, melihat ke luar, mobil Jeno sudah terparkir di carport di depan rumah 2 lantai yang lumayan besar.

Jeno sudah keluar dari mobil dan membuka pintu untuk Jaemin.

Jaemin tersenyum pada Jeno, berusaha menahan gugup, jantungnya berdetak kencang, dia takut bertemu dengan Tiffany. Jaemin masih merasa bersalah.

Jeno dan Jaemin sudah masuk ke dalam rumah, Jeno merangkul pinggang Jaemin yang berjalan lambat.

"Aku pulang." Kata Jeno.

"Jenooo." Seorang wanita cantik yang matanya mirip sekali dengan Jeno berlari mendekat dan langsung memeluk Jeno.

"Eomma rindu." Kata wanita itu setelah melepas pelukannya.

Silent Nana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang