v. Tournament

186 20 4
                                    

Kegiatan rutin pagi hari Jaemin adalah bangun tidur, minum air putih yang sudah tersedia di nakasnya, beberapa menit peregangan otot, lalu menggosok gigi dan dilanjutkan cuci muka.

Setelah itu Jaemin memasak untuk sarapan. Setelah sarapan dia akan membersihkan apartemen, dan jika niat dia akan membersihkan koleksi senjatanya.

Saat sedang asyik menumis sayur, ponsel kedua Jaemin berbunyi, ada panggilan telepon dari Haechan. Jaemin segera mematikan kompor lalu menerima telepon.

"Haechanie?"

"Apakah hari kau bekerja?"

Jaemin menggeleng, "Tidak, aku masih menunggu pekerjaan."

"Kamu masih melamar pekerjaan?"

Jaemin bingung harus menjawab apa, dia memang tidak ada pekerjaan jika tidak disuruh Suho.

"Bisa dibilang begitu." Jaemin tidak bohong.

"Nanti siang bisa ke kampusku? Kita menonton pertandingan."

"Aku tidak punya tiket, dan aku bukan mahasiswa universitasmu Haechan."

"Tiketnya gratis, dan siapa pun boleh menonton. Bahkan banyak orang dari kampus lain yang menonton. Kamu tahu sendiri kan, Anggota team basket itu famous dan kebanyakan sudah punya pacar, dan pacarnya itu bukan hanya dari satu kampus yang sama."

Jaemin hanya mengangguk. Ternyata ada yang gratis dimuka bumi ini.

"Aku dan Renjun akan berangkat lebih awal untuk briefing dengan suporter fakultas, kampus akan libur sepekan untuk memperingati dies natalis kampus. Kamu tidak apa berangkat sendiri kan jaeminie?"

"Iya Haechan."

"Oke, Aku akan mengeshare lokasi tempat kita ketemuan. Setelah sampai sana, kau harus segera menelepon aku begitu sampe sana. Bla bla bla."

Jaemin sampai tidak fokus pada ucapan Haechan. Haechan ini cerewet sekali.

"Jam berapa pertandingan kalian?"

"Aku belum tahu pasti, tetapi biasanya pagi itu ada upacara pembukaan terus ada sambutan dari rektor dekan gitu-gitu, tapi di jadwal katanya jam 10 pagi."

Terbukti kan kalau Haechan itu cerewet.

"Aku akan datang setengah 10."

"Can't hardly wait Jaeminie."

Haechan terlalu banyak bergaul dengan bule Canada jadi seperti ini, pikir Jaemin.

Haechan terlalu banyak bergaul dengan bule Canada jadi seperti ini, pikir Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaemin beberapa kali pernah "bertugas" di kampus Haechan. Dia sudah hapal jalan-jalan yang menuju ke gedung olahraga universitas, sekaligus jalan alternatifnya.

Jaemin memarkirkan motornya di tempat parkir, lalu menelepon Haechan, memberitahunya kalau dia berada di pintu keluar parkir bagian Utara, dan tak lama kemudian Haechan datang.

Silent Nana Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang