Jangan lupa tinggalkan jejak bintang ⭐⭐
Typo bertebaran dimana-mana.
🍒🍒
Ista menuruni tangga rumahnya dengan bersenandung kecil, saat di pertengahan tangga dia melihat keluarganya sedang menikmati sarapan dengan candaan, selalu seperti biasanya terasa lengkap walaupun tanpa dia dan Arsa.
Ista tidak lagi peduli akan hal itu, entahlah dulu dia memang sering menangis jika menyaksikan hal seperti ini tapi entah sejak kapan dia tidak lagi peduli.
"Pagi ma, pagi pa, pagi semuanya" sapa Ista ramah. Dia memang sering merasa sakit hati kepada keluarganya tapi bukan berarti dia bisa tidak sopan kan?.
''pagi Ista" sahut mama dengan senyuman manis.
"Pagi juga sayang " itu papa
"Pagii" itu saudaranya
"Ista gak ikut sarapan ya, ada tugas yang belum kelar jadi buru-buru mau ke sekolah" dia menyalim tangan kedua orangtuanya.
"Nanti kamu masuk angin lho nak, lagian gak baik juga kalo gak sarapan pagi " mamanya memperingati dan hanya di beri senyuman oleh Ista.
"Gakpapa kok ma, nanti Ista makan di kantin " sahutnya.
"Gak usah, kamu bawa bekal aja ya biar mama kamu yang nyiapin" papanya ikut nimbrung yang sekali lagi membuat Ista tersenyum dan mengangguk.
"Makasih ma, pa, Ista duluan" pamitnya setelah menerima kotak bekal dari mamanya.
"Hati-hati " seru mama dan papa.
Ista lagi-lagi tersenyum, entah sudah berapa lama dia dan Arsa tidak mendapatkan perhatian seperti itu dari keluarganya, mungkin jika ada Arsa diapun pasti akan senang mendapat perhatian kecil seperti tadi.
Setelah kepergian Ista suasana menjadi sepi
"Adek udah besar ya ma, pa" Lena yang sejak tadi bungkam membuka suaranya.
"Iya ya gak terasa banget dia udah segede itu ternyata" Ran ikut nimbrung
"Ho'oh, udah lama banget gue gak meluk dia" Raf pun ikut berbicara membuat Lena dan Ran mengangguk sedangkan Adel hanya menyimak. Dia tidak tau mau berbicara apa, karena sejak dia datang ke rumah ini dia tidak pernah dekat dengan Ista, satu hal yang dia tau Ista orang baik.
"Perasaan dulu mama ngantar dia ke sekolah waktu kelas sembilan bareng Arsa " mamanya membuang nafas perlahan "sekarang dia udah kelas sebelas ternyata, apa kabar ya tentang Arsa sekarang" mamanya melanjutkan dengan suara makin melirih di akhir.
Mereka semua kembali terdiam hingga acara sarapan selesai.
Sebenarnya Ista hanya mencari alibi tadi, padahal dia mau ke rumah sakit sekedar untuk pamit pada adiknya.
Dan bekal yang tadi di berikan mamanya dia makan bersama Arsa, terkadang dia tidak melarang Arsa lagi untuk memakan makanan yang dilarang dokter. Bukan karena dia tidak peduli tapi dia hanya tidak mau adiknya terlalu di kekang oleh (ekhmm maaf) penyakitnya itu.
Dia menceritakan hal tadi pagi pada Arsa yang membuat Arsa tersenyum bahagia, dia tidak iri justru dia bahagia ternyata keluarganya masih peduli pada Ista.
"Ya udah deh aku pamit ya, entar telat lagi"
Arsa mengangguk "have a nice day Istayang" Arsa tersenyum saat Ista memeluknya.
"Byee arsayanggg" Ista meninggalkan Arsa kembali dengan kesendiriannya, sepi dan kosong.
Tapi hal itu tidak lama, karena ada seseorang yang datang menghampirinya ke kamarnya membuat Arsa tersenyum cerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT (END)
Teen FictionIni bukan kisah ketua OSIS dingin yang teladan dengan cewek barbar, ini bukan kisah murid emas dengan murid berandalan sekolah, ini juga bukan kisah ketua mafia yang bucin ke korbannya sendiri, ini juga bukan tentang kesalahpahaman di masa lalu yang...