Jangan lupa tinggalkan jejak bintang ⭐⭐
Pulang sekolah Ista tidak langsung ke rumah sakit seperti biasa, dia pergi ke suatu tempat, lebih tepatnya sebuah bangunan yang berdiri kokoh yang selalu menjadi tempat tujuannya setiap hari Minggu.
Dia menaiki tangga menuju lantai dua, dia membawa langkahnya ke depan menuju kursi paling depan. Dia duduk di bangku panjang tersebut dan meletakkan tasnya, di tatapnya lurus ke depan sana pada sebuah salib yang tertempel di dinding Gereja, ya dia pergi ke rumah ibadahnya.
Setiap hari Minggu dia akan bersekutu dengan saudara seimannya di sini, bernyanyi dan berdoa. Tapi kali ini dia datang bukan untuk hal itu, bahkan ini masih hari Kamis, masih tiga hari lagi jika dia ingin beribadah seperti biasa.
Dia melipat tangannya untuk mulai bercerita
"Selamat siang Daddy J'' Ista tersenyum pedih, hanya di tempat ini dia bisa menceritakan segalanya, menumpahkan segala isi hatinya, membagi rasa sesaknya.
"Hari ini Ista mau cerita sesuatu" dia menatap lurus ke depan "banyak banget yang pengen Ista ceritain sebenarnya tapi satu-satu dulu ya" dia tersenyum lagi memandang salib didepan sana, kemudian tangannya meraih kalung di lehernya, meremasnya dan tertunduk.
Ista menceritakan pada Tuhannya tentang Arsa, ini bukan kali pertama dia bercerita tapi entah kenapa kali ini rasanya lebih sesak, bahkan lebih sesak daripada saat pertama kali dia bercerita tapi tidak ada air mata setetes pun kali ini.
Dia ceritakan tentang tidak banyaknya lagi harapannya untuk kesembuhan adiknya itu, dia ceritakan tentang keluarganya yang seolah tidak peduli, dia ceritakan dia takut kehilangan.
"Ista gak minta banyak hal, yang Ista minta tolong beri kami kebahagiaan, Ista mulai capek lihat dia harus sakit, kasihan dia" Ista lalu bangkit berdiri.
"Ya udah Ista pulang ya Dad" dia tersenyum seperti biasanya "terimakasih untuk semuanya" kemudian dia berbalik dan pulang.
Setelah dari gereja baru Ista ke rumah sakit, dia lebih dahulu membeli makan siang untuk dirinya, dia yakin Arsa sudah makan siang. Sebenarnya ini sudah kelewat siang, bahkan bisa dikatakan sore, karena jam sudah menunjukkan jam tiga. Tapi di sekolah tadi dia tidak sempat makan siang karena berurusan dengan Danya dan juga pulang sekolah dia buru-buru ke gereja, jadilah dia makan siang seterlambat ini.
"Selamat sore ganteng" dia tersenyum ke arah Arsa, yang dibalas pula dengan senyuman oleh Arsa dan seseorang yang duduk di kursi roda.
"Ehh ada Cicha yaa, sore cantik"
"Sore yang lebih cantik" Cicha tersenyum kala Ista mengusap rambutnya lembut.
"Kakak makan dulu ya, baru kita cerita" Cicha hanya mengangguk mendengar ucapan Ista.
Setelah selesai dengan makan siangnya Ista kemudian duduk di kursi yang terletak di samping bed Arsa.
"Kak" panggil Arsa yang dibalas langsung menarik perhatian Ista dan Cicha
"Kenapa hmm, ada yang sakit?" Tanya Ista Arsa hanya menggeleng seraya tersenyum.
"Arsa sayang sama kakak" dia merentangkan kedua tangannya yang langsung di sambut Ista. Memeluk adiknya itu erat.
"Kakak juga sayang kok sama adek" Ista tau jika sudah seperti ini maksudnya jika Arsa memanggilnya kakak berarti Arsa sedang lelah dan dia tidak perlu ceramah semangat, hanya pelukan hangat dan telinga untuk mendengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVANESCENT (END)
Teen FictionIni bukan kisah ketua OSIS dingin yang teladan dengan cewek barbar, ini bukan kisah murid emas dengan murid berandalan sekolah, ini juga bukan kisah ketua mafia yang bucin ke korbannya sendiri, ini juga bukan tentang kesalahpahaman di masa lalu yang...