Vika tiba di sebuah kelab malam ternama. Ia dulu sering mengunjungi tempat ini bersama Naura dan Ariana. Tapi keadaan sudah tidak sama lagi semenjak mereka kuliah dengan jadwal yang cukup padat. Apalagi sekarang Naura sudah punya pacar. Pasti Arjuna tidak akan mengizinkannya memasuki kelab lagi.
Mengenakan dres hitam yang mencetak lekuk tubuhnya, Vika sudah siap jadi santapan mata-mata lapar pria-pria di dalam kelab. Itu resiko penampilannya. Vika juga tidak peduli seperti apa orang lain menilainya. Vika hanya butuh hiburan untuk dirinya sendiri.
Setelah memesan minuman, Vika mengecek ponselnya. Ada beberapa pesan masuk di sana. Salah satunya dari kelas besok sore. Katanya dosen sekaligus dokter yang mengajar di kelas besok meminta jam diundur ke pukul 4. Vika mengangguk saja, lalu meletakkan benda pipih itu ke meja di depannya.
Satu gelas alkohol sudah Vika habiskan. Ia kembali meminta gelas kedua. Kini pandangannya menyapu area lantai dansa. Mulai penuh dan sesak. Vika tidak tertarik untuk bergabung di sana. Ia hanya akan duduk dan minum saja.
Di sudut ruangan kelab ada sebuah meja yang dikelilingi sofa dan dihuni oleh pria-pria dewasa. Ada sekitar 5 pria dengan usia 30 tahun. Mereka sedang merayakan keberhasilan salah satu teman mereka dalam melakukan operasi besar sehingga mendapatkan apresiasi dari berbagai kalangan elit.
"Gila. Itu penyakit langka dan dokter-dokter senior bahkan angkat tangan soal kasusnya. Tapi lo, keren."
Suara tawa saling bersahutan di sana. Vika yang duduk sendirian jadi menoleh dengan kening berkerut. Ia memicing saat pandangannya tidak begitu jelas. Vika seolah mengenal salah satu di antara 5 pria di sana.
"Gak mungkin dia," gumam Vika sambil menggeleng.
Vika kembali menenggak gelas kedua, lalu berlanjut ke gelas ketiga dan akhirnya bablas sampai 5 gelas alkohol. Kepalanya mulai terasa berat tapi ia masih belum berniat untuk beranjak pergi dari sana.
"Eh, gue ke sana dulu," kata seorang pria sambil beranjak dan mendekati Vika.
Salah satu temannya yang lain mengikuti arah langkah pria itu. Ia mengernyit bingung saat wajah gadis yang didekati temannya begitu familiar.
"Si bangke nyari mangsa lagi," kekeh temannya yang lain.
"Kayaknya muda banget itu cewek. Anak sekolah kali ya," sahut yang lainnya.
Pria yang sejak tadi menatap ke arah Vika menelan ludah saat sadar kalau gadis itu benar orang yang ia kenal. Dalam hati ia mengumpat berulang kali ketika temannya di sebelah Vika memberikan kode pada bartender dan pria muda itu memberikan segelas minuman bening pada Vika.
Vika yang tidak tahu apa-apa menima saja dan mengucapkan terima kasih karena ada pria yang menemaninya. Pria itu cukup humoris dan Vika dibuat tertawa beberakali.
"Kamu sekolah?" tanya pria itu pada Vika.
Vika tertawa lagi. Rasanya lucu saat seseorang menanyai seperti itu padanya.
"Gue kuliah. Kayak bocah ya?" tanyanya dengan geli.
Pria itu memberikan senyuman manis di bibirnya. "Kirain. Soalnya masih muda banget."
"Iya. Masih kuliah 2 semester," balas Vika.
Vika mengernyit saat merasakan kepalanya pusing. Ia menggeleng beberapa kali, lalu menghela napas sebelum turun dari kursinya. Vika pamit ingin ke toilet dan pria itu mengangguk senang.
Saat Vika selesai mencuci tangan dan menatap pantulan dirinya dengan gamang di balik cermin toilet, seseorang masuk dan menghampirinya.
Vika menoleh bingung, lalu tertawa senang karena mengenal orang tersebut. Vika hendak menyapa, tapi ia merasa gerah seketika. Ada perasaan aneh yang Vika rasakan. Apa ini karena ia terlalu banyak minum? Sial.
Vika berjalan dengan limbung dan menabrak tubuh pria di depannya. Pria itu mengulurkan tangan untuk menahan pinggang Vika sebelum menuntun gadis itu keluar dari toilet, lalu membawanya keluar dari kelab malam. Bahkan ponsel yang sejak tadi digenggam Vika sudah diambil alih oleh pria itu dan dimasukkan ke dalam saku celana bahan yang ia kenakan.
Vika mengeluh berulang kali karena ia merasa gerah dan berkeringat. Bahkan Vika tidak tahu kalau dirinya kini sudah duduk di dalam mobil mewah dan di sebelahnya ada seorang pria yang menatapnya dengan jakun naik turun.
"Ke rumah, Pak?"
"Apartemen," jawab pria di sebelah Vika saat sopirnya bertanya.
Mobil melaju meninggalkan kelab. Di kursi kemudi, sopir berusia setengah abad itu menatap bosnya yang tampak tegang. Ia juga melirik gadis muda di sebelah sang bos yang tampak sangat mabuk. Ini pertama kali ia mengemudikan mobil sang bos sambil membawa seorang gadis muda nan cantik.
Mobil tiba di sebuah gedung tinggi yang terlihat mewah. Sopir turun sambil membukakan pintu untuk bosnya, lalu pria itu menunggu sang bos membawa gadis di dalam mobil sebelum kembali melaju meninggalkan area apartemen.
Vika digendong memasuki gedung apartemen setelah pria itu membalut tubuhnya dengan jas kebesaran miliknya. Vika meracau dan sesekali tangannya menyentuh wajah pria tersebut.
Vika direbahkan di atas ranjang besar milik si pria. Vika merentangkan tangannya, kemudian berguling ke berbagai arah.
"Panas!" serunya sambil berusaha duduk.
Pria itu berdiri di depan ranjang memperhatikan Vika yang tampak kacau. Bahkan saat Vika berhasil meloloskan pakaiannya sehingga menyisakan bra dan celana dalam saja, pria itu tidak mencegahnya.
Vika belum puas meski pakaiannya sudah terlepas sempurna. Ia meraih kaitan bra dan melepaskannya meski beberapa kali gagal. Vika masih mengeluh gerah. Bahkan puncak payudaranya terasa menegang dan ngilu.
Vika berbaring. Ia membuka kedua pahahnya, lalu menyentuh karet celana dalamnya. Vika bersiap untuk melepaskan kain tipis itu saat seseorang menindih tubuhnya.
"Minggir, panas..." Vika merengek dengan napas yang memburu.
Pria itu tidak lagi menahan diri. Ia mengambil alih tugas tangan Vika, lalu menarik lepas kain terakhir yang melekat di tubuh gadis itu. Kini Vika sepenuhnya polos di hadapan pria yang tidak asing bagi Vika.
"Kamu menggoda sekali, Ghaliya," gumam pria itu sebelum menenggelamkan wajahnya di pangkal paha Vika.
"AAHH..."
Vika melengkungkan punggungnya dengan kedua tangan yang meremas apa saja yang ia jangkau. Vika terpejam dengan erat seiring tubuhnya yang menegang kala merasakan sensasi asing untuk pertama kalinya. Vika dibuat melambung tinggi sampai tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini.
Kedua paha Vika kini terbuka lebar karena kedua tangan pria itu menahannya. Lidahnya mengekspos bebas belahan bibir basah milik Vika. Ia bermain sangat rakus. Ditambah lagi bibirnya mencecap dengan penuh gairah.
"AAHH..."
Vika memekik dengan tubuh yang bergetar hebat. Kedua tangannya melemas dengan sneyum yang terbit begitu saja. Meski matanya masih terpejam, Vika belum sepenuhnya tidur.
"Enak," gumam Vika yang didengar jelas oleh pria itu.
Vika membuka mata saat merasakan seseorang tengah mengecup perutnya, lalu naik hingga ke dadanya. Sebelah payudara Vika terasa dingin dan puncaknya kian menegang.
"Mhhmm..."
Mulut Vika terbuka lebar saat sebelah payudaranya kini dilingkupi mulut hangat seseorang. Vika mengulurkan tangan untuk menekan kepala pria itu agar hisapannya makin terasa. Vika tertawa. Ini pasti mimpi, batinnya.
"Kamu suka?" tanya pria itu dengan serak.
"Iya... enak."
Mungkin malam ini Vika tidak sadar apa yang terjadi. Tapi besok, Vika pasti akan mengutuk dirinya karena kehilangan sesuatu dari dirinya.
***
Hayoloh siapaaaaaa...
Di bab Naura ada di spill namanya wkwkLanjutin ehem2?💦
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...