Gerry's Side
Aku termenung di bangkuku. Sesekali aku mengacak rambut gondrong yang harusnya sudah kupotong. Tidak kupedulikan tatapan aneh dan penasaran anak-anak kelasku. Bahkan aku mengabaikan Hendra yang mencoba mengajakku berbicara.
Tau apa yang kupikirkan? Ya.. tentu saja Adillah. Kemarin dia berteriak histeris setelah bangun dari tidur panjangnya. Aku memang belum mengerti apa yang terjadi dengan mereka 4 hari yang lalu. Sampai Rian babak belur dan Adillah terluka seperti itu. Dan aku juga belum melihat wajah Deksa 3 hari ini. Sepertinya persahabatan mereka memang penuh dengan konflik.
Aku baru tersadar dari lamunanku saat sebuah bel masuk berbunyi. Dan seorang guru masuk memberikan pelajaran pada kelasku.
Setelah pelajaran usai, aku langsung membereskan barangku dan beranjak pergi dari kelas. Tapi saat membuka pintu, sebuah genggaman terasa di lengan kananku. Aku melihat orang yang melakukannya. Seorang gadis berbando dengan tubuh mungil dan rambut dikepang kebelakang.
"Anoo.. Gerry, kan?" Aku mengangkat salah satu alisku dan mengangguk. "Ada yang pengen aku omongin." Ucap gadis itu lirih. Jika aku tidak memasang telingaku dengan benar, pasti aku tidak bisa mendengarnya.
"Ngomong aja."
Gadis itu menoleh ke kanan dan kiri. Mendapati tatapan orang yang berbondong-bondong keluar kelas tertuju pada kami. Dan sepertinya dia tidak nyaman dengan itu.
"Jangan di sini." Ucapnya lagi lirih sambil menarik tanganku.
"Fiiuuuuu.. ada yang bakal nerima pengakuan nih!!" Aku mendengar teriakan Hendra diikuti oleh siulan Andrian di belakangku. Semakin banyak orang yang menatap kami berdua. Aku hanya menghela nafas panjang dan mengikuti gadis ini.
"So? Ada apa?" Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada. Menunggu gadis di depanku berbicara.
Saat ini kami berada di lapangan belakang sekolah. Memang saat pulang seperti ini, lapangan ini selalu sepi tanpa penghuni. Aku mengedarkan pandanganku pada setiap sudut lapangan. Dan mataku tertuju pada sebuah kolam ikan tempat Adillah di dorong sampai basah kuyup.
"Emm.. maaf jika tiba-tiba memanggilmu ke sini."
"Ah yaa.. kenapa? Apa gue kenal sama lo?"
Aku memiringkan wajahku, memperhatikan wajah gadis yang ada di depanku ini. Dia menundukkan wajahnya, ada raut takut bercampur bingung dalam wajahnya.
"Jadi.. kamu gak pernah liat aku?"
"Maaf.. tapi gue emang gak pernah merhatiin sekitar gue. Mungkin lo juga gak tau gue sebelum ini."
"Eh.. iya, gini.. namaku Liani. Aku kelas 3E. Aku cuma mau tanya sama kamu. Gimana keadaan Adillah? Aku, bener-bener ngerasa bersalah sama dia."
"Kenapa? Bersalah kenapa?"
"Ehmm.. sebenernyaaa.. aku itu.."
Hufh.. aku membuang nafasku dengan kasar. Sangat menjengkelkan saat menunggu orang berbicara seperti ini. Aku membuang wajahku, menatap hal lain selain 'gadis' yang ada di depanku ini.
"Aku orang yang ngedorong Adillah ke kolam waktu itu!"
Mataku terbelalak kaget, aku menatap Liani yang menunduk takut di depanku. Apakah dia tau jika Adillah sampai menangis gara-gara perbuatannya? Memang bukan hanya karena dia Adillah menangis, tapi dialah yang membuat kesedihan Adillah membeludak. Ingin sekali aku memukul Liani, aku sudah mengepalkan kedua tanganku.
Tapi aku sadar, kenapa aku harus marah? Jika hanya simpati kepada Adillah, aku memang memilikinya.
"Kenapa? Kenapa lo ngelakuin itu?" Suaraku bergetar karena amarah.
![](https://img.wattpad.com/cover/36005133-288-k641480.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Traitor in My Life
Teen FictionAdillah, Rian dan Deksa adalah 3 sahabat yang sangat dekat. Banyak peristiwa yang mereka lalui bersama. Banyak hambatan dan halangan dalam persahabatan mereka, bahkan sampai masalah cinta. Ada juga Gerry, orang yang masuk dalam kehidupan persahabat...