Gerry's Side
Tidur seperti menjadi hobi baru untukku beberapa hari ini. Bukan aku tidak ingin keluar dan mencari-cari udara segar atau apa. Tapi ada 4 orang yang terus terusan melarangku bangun. Bahkan mereka akan bertanya macam-macam saat aku ingin ke kamar mandi. Mereka kira aku bayi yang harus selalu dilarang?
Aku mendongak menatap jendela kamar, dimana aku dirawat. 4 orang yang biasa mengomeliku sedang ada kuliah semua. Sehingga aku bisa tenang berdiam diri di sini. Ketenanganku diganggu oleh datangnya dua orang dewasa yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar. Seorang laki-laki yang terlihat sangat bijak dan berwibawa. Dan seorang wanita, penampilannya menunjukkan bahwa dia adalah wanita karier yang sukses.
Mereka berdua menatapku sejenak. Lalu seorang dokter yang kutahu adalah dokter penanggung jawabku masuk dibelakang mereka. Dia tersenyum ramah padaku, dengan tatapan berharap dia berkata,
"Aku mohon, kau mau berbicara dengan mereka sebentar." Dokter itu mempersilakan dua orang di depannya untuk mulai berbicara tanpa persetujuanku.
Aku mengernyit dan menatap dokter itu heran. Lalu tatapanku beralih pada dua orang di depannya. Enggan rasanya untuk mendengar apapun. Melihat aku diam saja, sang pria maju selangkah. Dia tersenyum padaku, tapi aku tau itu adalah senyum yang sangat dia paksakan.
"Aku adalah ayah Liani. Maafkan anakku, dia hanya terlalu terobsesi denganmu sampai dia seperti itu. Aku dan istriku saja tidak habis pikir dengan sikapnya. Belakangan aku juga baru tau, dia selalu mengikutimu. Saat SMA dengan susah payah dia berusaha masuk SMA yang sama denganmu. Dan di sini juga, Liani sengaja mengejarmu sampai ke Chicago. Awalnya aku ingin sekali berbicara denganmu, bertanya apa yang membuat anakku itu sampai begitu tergila-gila dengan laki-laki. Tapi belakangan aku tau penyebabnya."
"...." aku terdiam. Bingung bagaimana menanggapi pria itu. Saat aku mau membuka mulut, pria -ayahnya Liani kembali bersuara,
"Kami kurang memberinya kasih sayang. Dan dia, mendapat semangat hidup karena melihat konsermu dijalanan. Kami sebagai orang tua merasa sangat menyesal. Bahkan kami senang-senang saja saat dia meminta ijin untuk kuliah di Chicago.
Baru-baru ini juga, aku baru tau jika dia pernah mendorong temannya ke dalam kolam saat SMA. Gerry, taukah apa yang membuatnya berani melakukan itu?"
"Aku tidak tau." Aku menggeleng pelan. Penasaran dengan kelanjutan cerita ayah Liani. Jelas aku tau siapa orang yang di dorong oleh Liani.
"Ada orang yang mengatakan padanya jika kamu terlalu dekat dengan perempuan itu. Dan orang itu meminta Liani untuk mendorong perempuan itu ke dalam kolam. Tapi pada hari itu juga ternyata ada yang berusaha membully perempuan itu dengan mengotori seragamnya. Demi tuhan! Bukan Liani pelakunya. Dia sendiri yang mengatakan jika dia tidak pernah bermaksud sejahat itu.
Dan, kupikir dia benar-benar seorang psikopat sekarang. Aku tidak tau kenapa dia rela melakukan apa saja untuk menarik perhatianmu. Dan sekarang berujung dengan melukaimu. Maafkan dia Gerry, maafkan kami juga sebagai orang tuanya."
"Aku tidak pernah memikirkan tentang lukaku ini om. Maaf juga, jika aku terlalu mengacuhkannya. Tapi jujur aku tidak tau. Bahkan aku sendiri kaget karena dengan wajah polosnya dia berani menghunuskan senjata pada teman sekamarnya."
"Dia terlalu cemburu nak. Sampai kapanpun kamu tidak akan mengerti perasaan wanita." Wanita yang ada di samping ayah Liani -mungkin ibunya angkat bicara.
Aku berpikir sejenak. Apa yang dia lihat dariku sampai dia begitu terobsesi denganku? Aku tidak memiliki keistimewaan apapun. Ayah Liani menundukkan kepalanya dan menatapku sendu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Traitor in My Life
Roman pour AdolescentsAdillah, Rian dan Deksa adalah 3 sahabat yang sangat dekat. Banyak peristiwa yang mereka lalui bersama. Banyak hambatan dan halangan dalam persahabatan mereka, bahkan sampai masalah cinta. Ada juga Gerry, orang yang masuk dalam kehidupan persahabat...