Author's Side
Di sebuah tempat yang cukup remang, sebuah gang sempit dengan tembok tinggi di bagian kanan dan kirinya. Terlihat gerombolan remaja pria sedang asyik memukuli seorang laki-laki. Tidak mengacuhkan lagi teriakan kesakitan yang keluar dari mulut orang itu.
Wajah orang itu memar, darah segar mengalir dari pelipis kanan dan sudut bibirnya. Luka di wajah itu tidak sebanding dengan di tubuhnya. Bayangkan jika ada 5 orang yang memukuli tubuhmu tanpa henti secara bersama-sama. Berulang kali laki-laki itu muntah darah dan merintih kesakitan.
"Cukup. Mending sekarang kita tinggalin dia di sini." Ucap seseorang yang bisa dibilang bos dari para pengeroyok. Setelah itu, mereka meninggalkan laki-laki itu di sana. Sendirian, meringkuk kesakitan karena ulah mereka.
Laki-laki itu berdiri dengan susah payah. Kaos oblong biru miliknya sudah penuh dengan bekas telapak sepatu dan beberapa cipratan darah miliknya sendiri. Tangannya menjadikan tembok untuk menopang tubuh penuh luka miliknya. Dia mulai berjalan perlahan meninggalkan gang sempit itu.
"Shit!! Look what will i do to you!" Laki-laki itu mengumpat setelah tidak ada tanda-tanda pengeroyoknya.
Perlahan laki-laki itu pergi, membiarkan luka diwajahnya terekspos. Dia berjalan menuju ke sebuah halte tidak jauh dari tempatnya berdiri. Melihat 2 orang murid SMA turun, yang laki-laki memakai kemeja putih dan celana hitam kotak-kotak. Satunya lagi perempuan, dengan hoodie dan celana training selutut.
Wajah ceria mereka langsung terkejut ketika melihat laki-laki itu. Si perempuan berlari sangat cepat menghampiri laki-laki itu.
"Kenapa? Kenapa lo bisa kayak gini? Siapa yang berani ngehajar lo?"
"Dil.. tenang dulu. Mending bawa aja Rian ke rumah lo. Gue bantu deh."
Mereka adalah Adillah dan Gerry, sedangkan laki-laki tadi? Dia Rian, orang yang tiba-tiba menghilang tanpa sebab. Gerry mengalungkan tangan Rian ke pundaknya dan memapah Rian. Mereka berjalan menuju rumah Adillah yang memang tidak jauh dari halte.
Gerry meletakkan Rian di atas sofa ruang tamu. Adillah berlari mengambil kotak p3k dan mulai membersihkan luka di wajah Rian. Dengan hati-hati Adillah membersihkan darah di pelipis dan sudut mulut Rian. Lalu dua buah plester juga langsung tertempel rapi di sana.
Rian masih terdiam, dia belum buka mulut sejak mereka bertemu. Gerry memberi tanda kepada Adillah untuk mengikutinya ke pintu depan. Adillah mengangguk dan mengikutinya.
"Dil.. maaf gue gak bisa lama-lama. Gue harus pulang."
"Gak apa-apa. Makasih udah bantu."
Gerry mengangguk dan berjalan pergi keluar rumah Adillah. Adillah tetap menatap punggung tinggi dan rambut gondrong itu sampai benar-benar keluar gerbang. Lalu dia kembali menghampiri Rian.
Rian menatap Adillah, mata sipit itu memancarkan sorot kesedihan yang sangat. Adillah duduk di samping Rian dan menatapnya juga.
"Itu Gerry?" Tanya Rian. 2 kata pertama yang dia ucapkan setelah sekian lama menghilang.
"Yaa.. dia Gerry." Adillah mengalihkan pandangan ke lengan kanan Rian sampai ke telapak tanfannya. Ada darah mengalir di telapak tangan itu. Adillah menarik tangan itu hati-hati, Rian meringis kesakitan.
"Ouch! Hey.. ngapain si Dil?"
"Ya gue mau liat luka lo lah! Apa lagi? Kenapa lo bisa digebukin gini sih? Lo cari masalah sama siapa? Hish!" Adillah meraih kotak p3k yang ada di atas meja. Dia menarik tangan Rian lebih kasar.
"Adu..duh! Didil! Jangan kasar-kasar gitu geh. Ntar gak ada yang mau loh."
"Hah? Lo aja mau sama gue, walaupun lo tau gue kayak gini."Rian tersenyum mendengarnya, dia memperhatikan Adillah yang dengan teliti mengobati lukanya. Cup! Sebuah kecupan hangat mendarat di pipi Adillah. Adillah melotot penuh amarah pada Rian. Sedang yang dipelototi malah senyum-senyum senang.
![](https://img.wattpad.com/cover/36005133-288-k641480.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Traitor in My Life
Fiksi RemajaAdillah, Rian dan Deksa adalah 3 sahabat yang sangat dekat. Banyak peristiwa yang mereka lalui bersama. Banyak hambatan dan halangan dalam persahabatan mereka, bahkan sampai masalah cinta. Ada juga Gerry, orang yang masuk dalam kehidupan persahabat...