Prolog

270 23 0
                                    

Hey hey.. do you ever think to be a honest?
Just for our self!! Can you do it for your life?
Just dont hurt anymore! I beg you

Hello everyone!! Anybody wants to read my story?
Ini adalah cerita dengan genre yang udah umum laah. School life gitu. Karena kemarin udah buat cerita fantasy yang emm, entah nyambung atau nggak gitu. Semoga para pembaca suka dengan karya-karya yang saya buat dan semoga bisa mengisi waktu luang pembaca sekalian.

Author di sini akan merasa sangaat senang jika ada feedback dari pembaca. Apalagi jika ada saran atau kritik agar penulisan cerita ini bisa lebih menarik dan memuaskan anda sekalian.

Thanks for everything. I really appreciate your feedback ..

*****

Aku berdiri menyandarkan punggungku pada dinding keramik yang dingin. Kaos training putih dan celana training merah yang ku pakai basah kuyup. Entah siapa yang tega mendorongku ke dalam kolam ikan di belakang sekolahku tadi.

Aku berusaha mencari kemeja putih dan rok kotak-kotak hitam yang biasa aku pakai ke sekolah. Tidak lain adalah seragam sekolahku. Tapi sudah setengah jam berlalu dan semua teman sekelasku sudah pergi dari ruang ganti. Aku tidak menemukannya.

Dengan langkah terseok-seok aku melanjutkan pencarianku. Hanya satu tempat yang belum aku cari di sekitar ruang ganti dan lapangan belakang sekolah. Aku langsung mendatangi tempat itu.

Tempat pembuangan sampah yang selalu dilewati saat akan pergi ke lapangan belakang sekolah.

Sebal sekali rasanya, aku mengorek sampah-sampah itu dengan tangan kosong. Kebencian sudah sangat tertanam di otakku. Setelah membongkar beberapa kotak sampah, aku menemukannya. Seragam itu sudah penuh dengan bercak-bercak kecoklatan.

Aku meraih bajuku dan membawanya ke kelas. Tidak peduli dengan pandangan orang-orang yang berpapasan denganku di koridor. Sampai di kelas, semua orang menatapku dengan tatapan yang hampir sama. Kaget, heran, dan kasihan.

Tanpa basa basi aku menggebrak meja guru. Dengan sangat kencang aku berteriak, tidak peduli dengan anak-anak kelas lain yang mulai berdatangan menonton. Tidak ada air mata yang keluar dari mataku. Tidak juga umpatan, hanya teriakan kekesalan dan tatapan kebencian yang aku keluarkan.

Tidak ada yang berani berbicara denganku atau menenangkanku. Mereka semua pasti takut denganku, karena siapapun yang berani melakukan ini padaku, akan mendapat balasan 10x lebih berat. Mereka semua tahu motto dan kepribadianku.

Setelah sedikit tenang, aku tersenyum sinis. Lalu dengan santai berjalan menuju bangkuku. Tatapan sinisku mengarah pada 1 orang. Orang yang selama ini selalu aku percaya, atau bisa di bilang selalu ingin aku percaya.

*****

Hey guys! This is it, my second story. Hope you like it.

Cerita ini sedikit banyak merefleksikan perasaan campur aduk Author yang mau melaksanakan ujian nasional 3 hari lagi. Jadi wajar aja ya.. kalo acak-acakan atau kurang menarik

Buat nama, tokoh utama adalah gabungan nama teman sekelas Author. Maaf ya.. kalo ada kesamaan. Tapi karakter yang punya nama sama MC author beda jauh kok.

Keep reading my story!!

Traitor in My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang