{18} Official

60 4 0
                                    


Daniz membawa Savira ke rooftoop sekolah. Disana ada sebuah sofa, meja dan kursi tak terpakai. Biasanya ini menjadi tempat berkumpul Geng Pancara saat disekolah. Tapi entah kenapa gak ada seorang pun disini hanya mereka berdua.

"Ngapain kesini?" tanya Savira bingung.

Daniz menatap lekat bola mata coklat petang Savira. Mengikis jarak antara mereka berdua.

Udara pagi membuat suasana lebih sejuk dan nyaman. Savira menatap manik mata biru tua Daniz dalam.
Setelah beberapa lama saling tatap Savira memutuskan pandangannya.

"G-gue turun duluan, m-mau ganti" ucap Savira gugup. Dalam hati Savira merutuki dirinya yang tiba-tiba gagap.

Savira berjalan menuju pintu keluar rooftoop tapi sebelum Savira memegang knop pintu tiba-tiba tangab kiri nya ditarik kebelakang. Karena reflek mata Savira menatap netra biru tua itu dengan jarak lima senti.

Savira mati-matian menahan debaran jantung yang dua kali lebih cepat dari biasanya.
Daniz menatap balik manik coklat petang Savira, tangan nya melingkar di pinggang ramping Savira.

Jarak yang sangat dekat ini membuat lutut Savira lemas bahkan hembuskan nafas mint Daniz menerpa diwajah nya.

Daniz menatap setiap inci wajah Savira dan mendekatkan wajah nya ke wajah Savira. Hidung kedua nya bersentuhan membuat Savira menutup mata nya. Semakin dekat Daniz memajukan wajah nya dan berlahan menutup mata nya.

Cup.

Bibir Savira dan Daniz menempel bukan melumat hanya menempel beberapa lama.
Savira merasakan gelonjak aneh pada dirinya tapi dia tak mau membuka matanya. Daniz membuka matanya lalu menjauhkan wajah nya beberapa senti dari Savira. Perlahan Savira membuka matanya pandangan pertama adalah wajah tampan Daniz dengan senyum tipis dibibir nya.

Membuat wajah Savira merona.
"Gue sayang sama lo" bisik Daniz tepat ditelinga Savira membuat wajah nya memerah seperti tomat.
Dengan posisi masih berdekatan Daniz memegang sebelah pipi Savira yang merona. Senyum manis tercetak diwajah Daniz membuat Savira gugup.

Tapi Savira tidak bisa mengelak bahwa dia menyukai sikap manis Daniz terhadap nya.

"G-gue__" entah mengapa Savira menjadi gagap begini.

Karena Savira tidak bisa bicara dengan benar ia memilih cara lain untuk mengutarakan perasaan nya.
Savira memeluk Daniz membuat pemuda itu terkejut tapi ia juga membalas pelukkan Savira tak kalah erat.

Perasaan senang, malu, berdebar-debar terdapat pada diri Savira kali ini. Tapi ingatan terlintar di pikiran nya. Perjodohan.

"Daniz" panggil Savira masih dalam pelukkan.

"Hmm?" jawab Daniz dengan gumaman.

"Gak papa" jawab Savira mencoba menenangkan detak jantungnya.

"Dari kapan lo suka sama gue?" tanya Savira penasaran karena mereka berdua jarang dekat bahkan bisa terhitung kedekatan mereka.

"Aku-Kamu sayang, no gue-lo!" ucap Daniz tegas.

"Aku jawab pertanyaan kamu nanti saja, sudah hampir bel" ujar Daniz mengelus rambut Savira lembut.

Savira hanya mengangguk sambil tersenyum tipis mendapat perhatian kecil darinya.
Daniz menggenggam tangan Savira membawa nya turun dari rooftoop sekolah.

****

Dilain tempat Alvino dan Qeyla duduk dibatang pohon yang tumbang di taman belakang sekolah.
Setelah mengantar Qeyla ke ruang ganti untuk mengganti rok nya, dan sekarang disini lah mereka taman belakang sekolah. Yang ditanami rerumputan yang luas, berbagai pohon ditanam berjejer dan beberapa gazebo sebagai pelengkapnya.

The Lives Of Two Twin Girls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang