{4}Dua Nadya

157 12 1
                                    


Hari ini kelas IPA 1 tepatnya kelas Qeyla dan Savira ada pelajaran olahraga. Dan itu sangat disukai oleh semua murid tak terkecuali Qeyla maupun Savira. Karena mereka akan memulai pelajaran diruang terbuka, bebas melakukan apapun dibandingkan di dalam kelas.

Semua murid kelas IPA 1 sekarang berada dilapangan basket karena gury yang mengajar pelajaran olahraga hari ini sedang tidak masuk jadi semua murid bebas untuk melakukan apapun.

Mereka memutuskan mengadakan lomba basket antara cewek vs cowok. Bukan berarti para cowok pengecut dengan berlomba dengan cewek. Tapi karena para cewek yang menantang jadi mereka menerimanya saja kalau tidak mau dianggap pengecut. Di tim cewek ada Qeyla, Savira, Gita, Cheren, Hana, dan Lisa. Sedang tim cowok Andra, Bagas, Aldo, Dicky, Dino, dan Ryan.

Setiap tim memilih tempat untuk mengatur strategi. Murid lain yang tidak ikut basket menonton ditepi lapangan menyemangati tim yang disukai. Murid dari kelas lain yang sedang free juga ikut menonton pertandingan, bukan pertandingan tetapi hanya lomba biasa.

Perbandingan bola basket cewek vs cowok dimulai. Tim Qeyla mulai memainkan bola dan Qeyla mencetak angka karena memasukkan bola dalam ring cowok. Permainan dimulai kembali dengan lihai tim cewek mengecoh lawan dan tim cewek mencetak angka lagi dan lagi.

Dilantai paling atas tepatnya rooftoop seseorang tengah mengamati pertandingan basket dilapangan. Seseorang itu menatap tajam area lapangan, lebih tepatnya seorang cewek yang sedang memasukan bola didalam ring.

Orang itu adalah Alvino. Alvino mengamati Qeyla dari rooftoop, meskipun tatapan nya yang tajam tetapi senyum tipis tercetak dibibir nya. Wajah mulus terkena sinar matahari, keringat membanjiri pelipis serta rambut di cepol jadi satu. Gerakan yang sangat lincah, cepar, dan tepat sasaran.

Alvino merasa kagum dengan Qeyla, entahlah Alvino mulai suka apapun yang ada didalam diri cewek itu. Walau mereka baru saja bertemu beberapa hari lalu. Tetapi dengan wajah datar dan tatapan nya yang tajam itu membuat seorang Alvino kagum dan mau membuka hati kepada Qeyla.

Ternyata bukan hanya Alvino yang melihat kearah lapangan. Tapi ada seseorang lagi yang mwngamati permainan sikembar dari atas gedung. Yap, dia adalah Daniz. Daniz menarap kagum Savira kulit putih mulus terpancar sinar matahari, dan rambut panjangnya yang diikat satu ikut menari-nari saat dibawa berlari dan meloncat.

Dua cowok itu seperti sedang kasmaran, bagaimana tidak mereka cowok normal yang akan suka sama cewek sempurna seperti Qeyla dan Savira. Mengagumi dalam diam, itulab yang sedang mereka lakukan.

"Woyy, kalian ngapain bengong?" tanya Rey menatap heran dua manusia tembok itu.

Alvino maupun Daniz tak mempedulikan pertanyaan Rey membuat sang empu kesal karena diabaikan.

"WOY, JAWAB NAPA?" teriak Rey tepat disamping keduanya.

Mereka menoleh kesal kearah Rey, jangan lupa tatapan Alvino yang membuat Rey nyengir gak jelas.

"BERISIK" sarkas Alvino dan Daniz bersamaan.

"Hehe, ya abis kalian ditanya nggak jawab. Liat apasih dibawah?" tanya Rey melongok ke bawah.

Kemudian mata nya memicing curiga kearah Alvino dan Daniz. Yang merasa ditatap, mereka menoleh kembali ke Rey.

"Apa?" tanya Alvino dingin.

"Kalian nonton anak kelas sebelah main basket dilapangan ya?" tanya Rey menunjuk wajah keduanya.

"Nggak" jawab Daniz jengah.

"Atau kalian liat Maimunah sedang duduk sambil makan. Dan terlihat itunya ya" tanya Rey makin memicing.

"Ck. Nggak" jawab Alvino malas karena pertanyaan Rey yang mulai aneh-aneh.

The Lives Of Two Twin Girls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang