{5}pertarungan sekutu

146 11 0
                                    


Setelah pulang sekolah Qeyla dan Savira ikut bersama Alvino dkk untuk menyusun rencana di bacekamp geng Pancara. Ya, mereka berdua ingin ikut bertarung karena mereka sudah lama gak main adu jotos. Karena pulang sekolah hari ini dua jam lebih awal dari biasanya. Mereka mempunyai banyak waktu untuk War nanti.

Qeyla, Savira dan Alvino dkk sampai di bacekamp, memakirkan motor mereka berjajar rapi dengan motor lainnya. Tempat sebagai bacekamp terlihat seperti warkop biasa namun bisa jadi tempat aman untuk menyusun strategi. Sebenarnya bacekamp Pancara bukan ini, yang asli seperti sebuah gedung yang tak terlalu besar namun masih bisa menampung semuanya.

Semua anak-anak yang ada di bacekamp menatap Qeyla dan Savira dengan isi kepala penuh tanda tanya. Apalagi ada yang terang-terangan menggoda mereka.

"Eh, ada neng guelis" seru salah satu anak Pancara dengan nada yang sangat menjijikan didengar Qeyla dan Savira.

"Eneng ngapain disini? Mending sama a'a aja yuk" ucap laki-laki memakai seragam berbeda dengan Qeyla. Mencoba menyentuh dagu Qeyla.

"Jangan sentuh dia!?" peringat Alvino menatap tajam laki-laki itu.

"S-sorry bos" gugup laki-laki bertag Dion itu. Dari SMA JIWA BANGSA.

Ya Pancara adalah gabungan dari dua sekolah yang dulu dipimpin oleh papa Alvino sampai sekarang dua sekolah itu masih bersahabat tidak ada perpecahan sama sekali.

"Lo ngapain bos bawa dua cewek ini?" tanya Dhani menatap Alvino bingung.

"Mereka bakal membantu kita" jawab Daniz datar.

"Hah? Hahaha nggak ada yang lain apa bos?" ledek Rio lalu tertawa bersama lainnya.

Savira menggebrak meja keras yang ada disana membuat meja itu retak, sedangkan Qeyla menatap tajam mereka semua dan juga mengeluarkan aura yang sama seperti Alvino ketika marah. Semua terdiam saat suhu yang tiba-tiba berubah, mereka juga sedikit takut dengan Qeyla yang menatap mereka semua seakan ingin memakan hidup-hidup.

Alvino juga tak kalah marah ketika anggota nya itu merendahkan Qeyla dan Savira, sama saja mereka tak menghargai perempuan. Tanganya mengepal kuat hingga urat-uratnya menonjol.

Saat ingin Alvino menegur anak buahnya yang tidak punya etika itu ditahan sama Daniz sambil membisikan sesuatu yang membuat Alvino memilih menahan amarahnya dulu.

"Mereka bisa mengatasinya" bisik Daniz membuat Alvino memilih diam.

Angkasa dan Rey juga memilih diam daripada mereka terkena masalah nanti. Sebenarnya mereka juga sedikit takut ketika merasakan aura yang sangat pekat disekeliling mereka. Sedikit meringis membayangkan anak-anak Pancara yang lain yang memancing amarah si kembar.

"Heyy, cantik jangan marah-marah dong" ujar Rio diikuti tawa lainnya.

Tangan Qeyla dan Savira mengepal kuat berani-berani nya ada yang meremehkan mereka.

"Kalian seperti manusia rendahan karena kalian semua meremehkan seorang perempuan. Cih" ucap Savira menatap mereka marah.

"Dan kalian jangan coba-coba menyentuh kita" peringat Savira menunjuk wajah mereka semua.

"Kenapa tidak? Kalian masuk ke bacekamp kita, jadi kita bisa ngelaluin apa saja disini" ujar Ivan meremehkan, mencoba menyentuh pipi Qeyla.

Dengan sigap Qeyla melintir tangan Ivan sehingga membelakangi nya.

"Cih. Jangan sentuh gue dan lo salah cari lawan" ucap Qeyla dengan seringainya.

"Ada yang masih mau?" tanya Qeyla tersenyum bak iblis.

The Lives Of Two Twin Girls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang