{19}Tunangan?

76 4 0
                                    


Pukul 18.30 Qeyla dan Savira sudah siap dengan penampilan yang membuat semua orang terpana melihatnya.

Dress berwarna ungu sedikit diatas lutut dengan belakang sedikit panjang, hiasan bunga disekeliling bahunya sangat kontras ditubuh ramping Qeyla. Rambut ombre yang sengaja digerai ditambah asesoris dan high heels yang senada dengan dressnya. Serta make up tipis yang menambah kesan dewasa dan anggun.

Sedangkan Savira memakai dress warna Navy, yang hampir sama dengan Qeyla. Sangat elegan, dan terlihat anggun. Juga memakai high heels yang sama dengan dressnya.
Mereka juga membawa dompet berwarna hitam untuk menaruh ponsel nya dan barang-barang penting.

Setelah dirasa sudah siap mereka turun ke lantai satu. Karena semua orang sudah menunggu nya.
"Ck. Adek Abang cantik banget dah" celetuk Nathan melihat Qeyla dan Savira turun dari tangga.

"Kalian cantik banget, Mom gak salah pilih kalian baju" puji Citra menghampiri Qeyla dan Savira. Hanya dibalas senyuman manis nya sama sikembar.

"Sudah semua kan. Mari kita berangkat" ucap Herman menggandeng Erna.
Lalu Fanddy mengikuti dari belakang sambil menggandeng Citra. Sedangkan Nathan menggandeng Qeyla dan Savira dengan hati-hati.

Semua orang berpakaian formal, seperti Herman, Fanddy, dan Nathan memakai toxedo warna hitam, celana panjang warna hitam, kemeja warna putih, dan sepatu hitam mengkilap juga dasi sebagai pelengkap nya. Sangat berwibawa mengingat keluarga Wijaya adalah bisnis perusahaan terkenal di penjuru negara.

Erna dan Citra juga tak kalah anggun dengan dress panjang warna coklat cream punya Erna dan dress dibawah lutut warna biru dongker punya Citra. Elegan dan formal.

Segera para orang tua memasuki mobil diikuti Nathan, Qeyla, dan Savira di mobil lainnya. Dan juga bodyguard mengikuti di belakang nya.

Selang 25 menit mereka sampai di restaurant, disana sangat sepi karena acara ini khusus jadi restaurant ini di rekrut pribadi. Mereka segera masuk kedalam restaurant, disana dari sudah ada dua keluarga pasangan Qeyla dan Savira sedang mengobrol ringan.

"Assalamualaikum" salam keluarga Adi Wijaya.

"Waalaikumsallam" balas mereka semua.

"Maaf sedikit terlambat" ucap Herman ramah.

"Oh tak apa" jawab seorang pria paruh baya.

"Bagaimana kabar mu Hendra, Indra? " tanya Herman.

"Kabar kami baik, sudah lama kita tidak bertemu dengan mu Herman. " jawab orang yang bernama Indra.

"Ya mungkin sekitar 5 tahun yang lalu" lanjut Hendra menepuk bahu Herman.

"Untung saja kalian masih ingat tentang perjanjian kita" ujar Herman tersenyum senang.

"Tentu saja" sahut Indra.
Para orang tua sedang mengobrol dan sesekali juga tertawa mengingat masa lalu.

"Wah putri mu sangat cantik Jeng Citra" puji seorang wanita mengelus pipi Qeyla.

"Terima kasih, Jeng Elma. Dimana Vino kenapa belum datang?" balas Citra.

"Mungkin sebentar lagi" sahut Elma.

"Diantara kedua putri mu ini, mana yang menjadi menantu ku nanti Jeng Citra? " tanya seorang wanita yang lain.

"Itu terserah putra mu nanti Jeng Lisa" jawab Citra tersenyum hangat.
Setelah beberapa menit mengobrol tiba-tiba Hendra bersuara membuat semua orang menatap nya.

"Baiklah, sebaiknya kita mulai saja" ujar Hendra diangguki semua orang.

"Tapi dimana cucu mu Hendra, Indra? " tanya Herman.

The Lives Of Two Twin Girls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang