{8}suara lo bagus gue suka

141 10 0
                                    


Keesokan harinya.
Sehabis dari kantin Qeyla dan Savira memutuskan ke ruang musik untuk mendinginkan pikiran. Beruntung ruang musik tidak dikunci, mereka bisa masuk seluasa.

Qeyla mengambil sebuah biola yang ada dirak musik, sedangkan Savira sudah duduk manis dikursi piano.

"Mau main?" tanya Qeyla duduk dikursi disamping Savira.

Savira mengangguk antusias. "Lagunya?" tanya Savira.

Qeyla berfikir sebentar. "Hanya Rindu."

Savira mengangguk setuju, lalu tangannya mulai memainkan tuts-tuts dengan lihai. Lirik pertama dinyanyikan oleh Qeyla, lalu mulai memainkan biola sambil mendalami arti setiap lirik lagu itu.

"Saat ku sendiri melihat foto dan video bersama mu yang telah lama ku simpan. "

Lalu dilanjutkan dengan Savira.

"Hancur hati ini melihat semua gambar diri yang tak bisa ku ulang kembali."

Selanjutnya Qeyla dan Savira bersama.

"Ku ingin saat ini engkau ada disini, tertawa bersama ku seperti dulu lagii... Walau hanya sebentar tuhan tolong kabulkan lah... Bukannya diri ini tak terima kenyataan.. Hati ini hanya rinduu..."

"Segala cara telah ku coba... Agar aku bisa tanpa dirimu.. "

"Namun semua berbeda sulit ku menghapuskan kenangan bersama dirimu. "

"Ku ingin saat ini engkau ada disini... Tertawa bersama ku seperti dulu lagii.. Walau hanya sebentar tuhan tolong kabulkan lah.. Bukannya diri ini tak terima kenyataan... Hati ini hanya rinduu... Hoo.. Hooo.. Hanya rinduu.. Hmm... Hmmm"

Qeyla mengakhiri lagu dengan nada yang lembut, lalu kedua nya tersenyum puas.

Lamuan mereka buyar karena mendengar suara tepuk tangan.
Ternyata banyak siswa-siswi yang menonton mereka berdua bahkan juga ada diluar ruang musik yang menonton melalui jendela.

"Wahh, kalian keren banget" puji Gita mengacungkan kedua jempolnya.

"Kalian sangat menghayati lagu itu, sampai kita terbawa suasana" dramantis Febby, cewek paling alay sekelas Qeyla dan Savira.

"Kalian sangat berbakat. Kalian mau ikut ekstra musik nggak? Kebetulan gue ketua nya" tawar Devan.

Qeyla sebenarnya tidak perlu repot-repot ikut ekstra, tapi jika saudaranya ikut ia terpaksa juga ikut.

"Kita mau" jawab Savira antusias. Dan Qeyla hanya tersenyum tipis.

Devan terseyum senang karena tawaran nya diterima.

"Sipp, latihannya setiap hari Senin dan jum'at sepulang sekolah" ucap Devan.

Qeyla hanya berdehem singkat, sedangkan Savira mengangguk beberapa kali.

"Tapi jika kita ada acara mendadak, terpaksa kita tidak ikut latihan" ujar Qeyla datar. Dibalas anggukan setuju Devan.

"Wehh, si eneng guelis. Bagus banget main musiknya, merdu lagi suaranya" puji Rey dengan gaya logatnya.

"Iya, lagu nya menghayati banget, kayak lagi rindu seseorang banget" sahut Angkasa.

"Ini cuma lagu, lagian gue sama Qeyla nggak pernah punya hubungan sama laki-laki kecuali keluarga" ujar Savira santai.

Tapi membuat semua orang congo mendengar nya. Cantik, tajir, jago main musik, badgirl. Kurang apa lagi coba, tapi tak pernah pacaran. Ckckck. Geleng-geleng kepala.

The Lives Of Two Twin Girls Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang